Kau Tahu
di peluk kelamaku berdiang: hangat?
di peluk sunyiaku menepi: gelisah?
kau tahu pada malam malam aku bagaikan kembang
Ke Mana Pulang
(1)
aku ingin kata kata agar mataku menyala
aku rindu mata buatku tak lagi meraba
tumpahkan rasa untuk-Mu aku puasa
(2)
apa guna sayap jika tak ada kepak
guna apa hati bila gelap memandang-Mu
apakah haus-lapar kusenyumnya pada-Mu?
aku petik senyum itu…
(3)
aku petik tawa yang meranting
aku hempas badai yang berpohon di wajahmu
aku peluk dirimu sebab kucintai-Nya
(4)
usah curiga apakah pahala puasa ini
tak sampai dengarkan gumam haus-laparmu
ke mana pulang jika tak ke Dia?
maghrib membenam wajahmu menawan:
hirup puasmu cintaku!
5-7 agustus 2011
Peristiwa Suatu Pagi
di bangku panjang
di depan televisi pada sebuah ruang masih sunyi
akhirnya kau-aku menulis puisi
tentang persahabatan.
“tapi satu kalimat ini
untuk cinta, dan sebuah ciuman
buat pagi yang masih gairah,” katamu aku
besarkan volume televisi dan sebuah anak kunci
di tanganmu menari-nari
seperti digerakkan dari dalam kamar
yang samar penuh dengkur”selamat pagi,”
katamu di depan pintu
sebagai penanda hanya pagi yang tahu
hotel prada palembang, 16.07.2011
Ingatan itu:
budisantoso budiman
kubawa debur musi ke peraduan
agar kulelapkan wajahmu
yang sempat melarung dan melambai
tadi saat aku duduk di paling tepi
dan kerlip lampu juga sengau jukung
seperti ingin menarikku
“mari berdekapan, mendekaplah: aku musi
yang pernah kau kata. akulah musi
yang telah terpatri oleh tangan soekarno! ”
kata jukung lalu benteng besak
ingin membujukku: masuk ke halamanku,
bergambar atau tancapkan ikrar
“aku ingin mengecupmu lagi,
sebab aku sudah meminum cukamu…”
pedas di lidah hangat di tubuh
“inilah nusantara, kujaga hingga mati
marwahnya…” ucapku menghadap
benteng besak: aku bawa ingatan itu
ke peraduan ini malam…
plmbng, 15/07/11
Berkalung Purnama-dzafirah
adeliaputri isbedy
engkau bangunkan pohon
engkau datangkan gerimis
selepas adzan jumat yang paling semangat,
menyambut tiap yang datang
bersama puluhan tangisan setelah itu kau akan
tersenyum bahkan terhadap cobaan
obormu dari minyak kasihku
demi menjaga marwahmu
demi jumat paling hormat
kau kais waktu yang melesat
ingin kau dekap lekat sebagai perempuan
yang tiba di siang yang cahaya
sebelum hadir gerimis
sesudah tangismu melaju di depan berpalu
kekuatan berkalung purnama…
1 Juli 2011.
http://sastra-indonesia.com/2011/09/sajak-sajak-isbedy-stiawan-zs-4/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar