Minggu, 27 Juni 2021

Bandar Estetika Bahasa dalam Novel Bulang Cahaya

Abdul Kadir Ibrahim *
riaupos.co
 
Model Cerita Bulang Cahaya
 
Bagi kita, nampak begitu jelas kemahiran dan kedalaman pemahaman Rida K Liamsi terhadap serangkaian perjalanan, pasang-surut, turun-naik atau apapun istilah peristiwa terhadap Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga dan bahkan Selangor ke dalam karya fiksi, prosa berciri khas novel. Banyak sekali kisah-kisah yang mengharu-birukan apa-apa yang berkaitan dengan manusia, baik ianya lelaki ataupun perempuan. Banyak pula perkara-perkara yang berlaku atau terjadi seputar atau yang mengitari petinggi-petinggi Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang, misalnya tentang “racun-meracun” yang dikisahkan dalam novel ini. Yakinlah kita, bahwa beberapa kejadian, peristiwa dan apa-apa perkara baik ataupun buruk yang menyebati dengan Yang Dipertuan Besar, Sultan Mahmud Syah III dan pembesar-pembesar kerajaan lainnya, atau sesiapa saja dalam lingkup kerajaan itu sendiri, sulit akan dapat dibaca dengan terang di dalam senaraian-senaraian yang lain. Banyak kabar, antara lain kabar sejarah Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang yang didedahkan Rida kepada pembaca melalui novel ini.
 
Model penceritaan yang dituangkan atau dihidangkan oleh pengarang kepada khalayak pembaca, tidak dari pangkal sampai ke ujung atau sebaliknya dari ujung balik ke pangkal. Melainkan, dibuatnya dalam penggalan-penggalan utama, yakni berpenggal tiga. Penggalan pertama sebagai pembuka, yakni Raja Djafaar sudah mengenang cintanya kepada Tengku Buntat, ketika dia sudah tidak muda lagi, dan berada di Selangor. Berada jauh dari pusat Kerajaan Riau-Lingga. Dia diminta pulang ke Riau-Lingga, karena akan ditabalkan (dilantik) menjadi Yang Dipertuan Muda Riau mengantikan Raja Ali yang sudah wafat.
 
Berlanjutnya cerita itu, pada penggalan kedua, yang memuncak, tetapi sukarnya masa-masa percintaan Tengku Buntat dengan Raja Djafaar. Pada penggalan kedua itu, berbagai kisah, peristiwa, dan perkara-perkara lainnya, begitu berselang-seling, melingkar, melingkup, menyungkup, menangkup dan seakan-akan menutup jalinan cinta keduanya. Berbagai informasi yang ada kaitannya dengan kebenaran Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga, dihidangkan sempurna di dalam penggalan kedua novel ini.
 
Selanjutnya, penggalan ketiga, diakhiri dan ditutup dengan keberadaan Raja Djafaar yang sudah tidak muda lagi, selanjutnya mengenang masa lalunya, terutama ketika menjalin kasih mesra yang sulit dengan Tengku Buntat. Dia seakan-akan tiada dapat melupakan Tengku Buntat, meskipun Buntat sudah lama menikah dengan Tengku Husin. Dalam pada itu, Tengku Buntat pun tetap tak pupus-pupus juga cintanya kepada Raja Djafaar, sampai-sampai sebelum dia beserta suaminya pindah dari Lingga ke Temasik atau Singapura, masih sempat-sempatnya menengok bilik Raja Djafaar, meskipun tak ada orangnya. Dan penggalan ini, pengarang novel menggantungkan akhir daripada cinta dan kisah Tengku Buntat dan Raja Djafaar. Sehingga para pembaca, dibiarkan gelisah akan mencari dan mungkin akan akhir sebenarnya cerita novel dimaksud.
 
Sanggam Bahasa dan Optimisme
 
Bagi pengarang orang Melayu, niscayalah akan bersungguh-sungguh menggunakan bahasanya sendiri (Melayu/Indonesia) dengan sebaik sebenar-benarnya. Secara patut, beradat dan bermarwah. Dia akan menjaga eksistensinya sebagai pemilik bahasa Indonesia itu sendiri. Pastilah akan sedapat-dapatnya menggunakan bahasa itu bersesuaian dengan adab, adat-budaya dan petah Melayu. Kata-kata vulgar, dan tabu tentulah sukar ditemukan. Bahasa kias dan misal akan menjadi penekanan. Itulah pula yang dapat ditangkap dan dikesan dalam penulisan (pengarangan) novel Bulang Cahaya.
 
Bagaimanapun, patut diacung jempol, bahwa Rida K Liamsi, seorang penyair, wartawan besar, jurnalis tulen, pengelola media massa terbesar dari Riau Pos Group memuncak ke Jawa Pos Group —yang saya pernah lama bersamanya, baik ketika di SKM Genta, yang ianya sebagai Ketua PWI Riau, ataupun ketika saya menjadi wartawan Harian Pagi Riau Pos, dan berlanjut menjadi redaktur Mingguan SeMpadaN, salah satu media massa Riau Pos Group. Juga selalulah hadir bersamanya dalam seminar sastra dan baca puisi —di dalam menempatkan petah bahasa Melayu dan “akhlak” berbahasa.
 
Bagi orang Melayu, menjadi pengarang bukan sekadar menghadirkan atau menghidangkan serangkaian kalimat dengan jalinan cerita, tetapi lebih menukik dan jauh daripada itu. Ianya bertanggung jawab kepada agama yang diyakini dan diamalkannya, Islam dan adab, adat-istiadat Melayu yang bersebati dan menjadi jati-dirinya. Memarwahkan dan memartabatkan bahasa adalah harga mati, karena di sanalah makna: manusia mati meninggalkan nama! Ini pulalah yang “dipetuahkan” oleh Raja Ali Haji dalam “Gurindam Dua Belas”, bahwa: Jika hendak melihat orang berbangsa lihatlah kepada budi dan bahasa. Budi dan bahasa bermakna berbuat dan berlaku (berperangai) baik, mulia dan agung (akhlakul karimah). Dengan demikian, maka perkara menyanggam (mematutkan, memarwahkan dan menghebatkan) bahasa menjadi identitas dalam melahirkan karya. Rida K Liamsi dengan novel Bulang Cahaya, ini menjadi penanda bagi kepengarangan Melayu, dan bergeliuk menjadi “bandar estetika bahasa”.
 
Hal terpenting kehadiran novel ini, Rida hendak mengabarkan kepada sesiapa saja, baik yang membaca karyanya ini ataupun mereka-mereka yang hidup di tanah Melayu bernama Kepulauan Riau, dan umumnya Indonesia, setiap kejadian, peristiwa, hal-ikhwal, apakah ianya baik ataupun yang buruk, senantiasa ada pesan optimisme di dalamnya. Bagaimana pertelingkahan pandangan, pembidikan kekuasaan, dan pengaruh bagi masa hadapan di dalam lingkar-lingkup Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga, antara pihak Melayu dan Bugis, niscayalah dapat menjadi teras bagi mengentalnya rasa optimisme di dalam masyarakat dan pemegang teraju pemerintahan. Serangkaian kejadian atau “peristiwa sejarah” di dalam novel ini, menjadikannya sebagai bacaan kekinian, dan dapat dipetik mutiara kebaikan bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan negeri.
 
Simpai
 
Kisah cinta, perjalanan kerajaan, pertukaran-pergantian pejabat Yang Dipertuan Besar (Sultan) dan Yang Dipertuan Muda (Raja), dan perjodohan sungguh membumbui dan mewarnai jalan-jalinan dan rangkaian cerita-kisah novel Bulang Cahaya. Dapat ditangkap dan dimaknai bagaimana semestinya berteguh hati, setia dan amanah akan marwah, harkat dan martabat. Juga, kecepatan, ketegasan dan kepastian keputusan yang mau tidak mau harus diambil, diputuskan atau dilaksanakan. Jikalau keputusan yang diambil itu tidak dapat memuaskan atau bahkan tidak diterima semua pihak, adalah suatu yang wajar dan sekali-kali tidak boleh bersurut apalagi mundur.
 
Rida K Liamsi, hendak mempertegaskan kepada sesiapa saja yang kini dan kelak mendapat rahmat atau berkah (amanah) dari Allah sebagai pemegang kekuasaan (menjadi petinggi) negeri, hendaklah betul, tegas, cepat, dan pasti. Demi khalayak ramai dan negeri, jikapun keputusan itu mesti berhadapan dengan keinginan keluarga, tidak menjadi soal. Keputusan final bukan demi keluarga, demi kelompok, demi suku, melainkan demi kebaikan dan kemaslahatan rakyat dan Negara.
 
Itulah keputusan luar biasa hebatnya yang pernah hadir dalam Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga, yakni keputusan yang diambil oleh Sultan Mahmud Syah III ketika menjodohkan Tengku Buntat dengan Tengku Long (Husin) anaknya, dan “mencabut” jabatan Yang Dipertuan Muda dari Tengku Muhammad, yang selanjutnya menyerahkan jabatan itu kepada Raja Djafaar. Selanjutnya, keputusan hebat itu diambil pula oleh Raja Djafaar ketika dia menjadi Yang Dipertuan Muda Riau, melantik Tengku Abdurrahman menjadi Yang Dipertuan Besar, Sultan Riau-Lingga mengganti Sultan Mahmud Syah III.
 
Pada akhirnya, cerita novel Bulang Cahaya karya Rida K Liamsi ini, bukan sekadar pantas, patut, elok dibaca, tetapi sesiapa menjadi petinggi negeri di kawasan Kepulauan Riau —ianya ada Gubernur Kepri, Wali Kota Tanjungpinang dan Batam, Bupati Bintan, Karimun, Lingga, Natuna dan Anambas— sepatutnya dapat serempak-kompak berikhtiar menjadikan novel ini dapat dinikmati secara visual. Bahwa, alangkah moleknya kalau diangkat menjadi film layar lebar! Atau, paling tidak di layar kaca (sinetron TV). Tahniah!
***
 
29 April 2012
 
*) Abdul Kadir Ibrahim, sastrawan, Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Provinsi Kepulauan Riau, mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang dan kini staf ahli Wali Kota Tanjungpinang. Sempena HUT ke-46 tahun 2012 ini akan meluncurkan delapan judul buku, di antaranya 3 kumpulan cerpen, 1 novel dan tiga ulasan. http://sastra-indonesia.com/2012/04/bandar-estetika-bahasa-dalam-novel-bulang-cahaya/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar