zonasultra.com 13 Mei 2018
Penyair tamu dari
Yogyakarta Bustan Basir Maras mengikuti acara “Panggung Penyair Kabanti” di Pustaka
Kabanti pada Sabtu (12/5/2018) malam.
Kalangan lintas komunitas, sastrawan, senior, hingga seniman begitu ramai di Pustaka Kabanti pada Sabtu (12/5/2018) malam. Sekitar 40 orang malam itu begitu khidmat mengikuti acara “Panggung Penyair Kabanti” yang menjadi penanda bahwa denyut perpuisian masih menggelora di Kota Kendari.
Pustaka Kabanti yang beralamat lengkap di Kompleks BTN Puri Tawang Alun 2, Blok H, RT 14 RW 04, Kelurahan Padaleu, Kendari itu mengadirkan penyair tamu dari Yogyakarta, Bustan Basir Maras. Selain itu turut tampil penyair dari Kendari Adhy Rical, La Ode Muh. Rauf Alimin, Astika Elfakhri, dan Muammar Qadafi.
Acara yang dimulai jam 8 malam itu berakhir pada jam 11 malam dengan suasana pertunjukkan di antara rak dan buku Pustaka Kabanti. Ragam penampilan yakni penyair dari Kendari masing-masing membacakan 6 puisi lalu ada juga yang bermain musikalisasi puisi dari komunitas Lastra, Eros.
Bustan Basri Maras mengungkapkan, jika dirinya melihat kegiatan di Pustaka Kabanti tersebut mengingatkannya dengan Study klub yang didirikan sastrawan Umbu Landu Paranggi di Jogja pada tahun 1970-an. Antusiasme dan ketertarikan bersastra tampak dari ramainya yang datang mengikuti acara di Pustaka Kabanti.
Dia menilai, para penyair yang tampil memiliki kekuatan puisi yang patut diapresiasi. Panggung Penyair diharapkan menjadi wadah untuk melahirkan penyair-penyair Kendari dengan karya-karya puisi.
“Saya terkesan dengan banyaknya penonton yang hadir malam ini. Kita berharap teman-teman intens dalam kegiatan-kegiatan kepenyairan. Karya-karya penyair di sini memiliki kekhasan dibanding penyair dari luar,” ujar Bustan di hadapan hadirin acara.
Pengelola dan Pendiri Pustaka Kabanti Kendari Syaifuddin Gani mengatakan Panggung Penyair adalah sebuah ruang pertemuan antara puisi, penyair, dan penonton di Kendari. Puisi dibacakan sendiri oleh penyairnya dan penonton menikmati puisi sebagai karya sastra.
“Puisi menjadi benar-benar sangat penting artinya karena menjadi pusat pengkhidmatan. Penyair membacakannya dengan aksi panggung beragam dan didukung oleh apresiasi penonton sejak awal sampai akhir acara,” ujar Syaifuddin.
Kalangan lintas komunitas, sastrawan, senior, hingga seniman begitu ramai di Pustaka Kabanti pada Sabtu (12/5/2018) malam. Sekitar 40 orang malam itu begitu khidmat mengikuti acara “Panggung Penyair Kabanti” yang menjadi penanda bahwa denyut perpuisian masih menggelora di Kota Kendari.
Pustaka Kabanti yang beralamat lengkap di Kompleks BTN Puri Tawang Alun 2, Blok H, RT 14 RW 04, Kelurahan Padaleu, Kendari itu mengadirkan penyair tamu dari Yogyakarta, Bustan Basir Maras. Selain itu turut tampil penyair dari Kendari Adhy Rical, La Ode Muh. Rauf Alimin, Astika Elfakhri, dan Muammar Qadafi.
Acara yang dimulai jam 8 malam itu berakhir pada jam 11 malam dengan suasana pertunjukkan di antara rak dan buku Pustaka Kabanti. Ragam penampilan yakni penyair dari Kendari masing-masing membacakan 6 puisi lalu ada juga yang bermain musikalisasi puisi dari komunitas Lastra, Eros.
Bustan Basri Maras mengungkapkan, jika dirinya melihat kegiatan di Pustaka Kabanti tersebut mengingatkannya dengan Study klub yang didirikan sastrawan Umbu Landu Paranggi di Jogja pada tahun 1970-an. Antusiasme dan ketertarikan bersastra tampak dari ramainya yang datang mengikuti acara di Pustaka Kabanti.
Dia menilai, para penyair yang tampil memiliki kekuatan puisi yang patut diapresiasi. Panggung Penyair diharapkan menjadi wadah untuk melahirkan penyair-penyair Kendari dengan karya-karya puisi.
“Saya terkesan dengan banyaknya penonton yang hadir malam ini. Kita berharap teman-teman intens dalam kegiatan-kegiatan kepenyairan. Karya-karya penyair di sini memiliki kekhasan dibanding penyair dari luar,” ujar Bustan di hadapan hadirin acara.
Pengelola dan Pendiri Pustaka Kabanti Kendari Syaifuddin Gani mengatakan Panggung Penyair adalah sebuah ruang pertemuan antara puisi, penyair, dan penonton di Kendari. Puisi dibacakan sendiri oleh penyairnya dan penonton menikmati puisi sebagai karya sastra.
“Puisi menjadi benar-benar sangat penting artinya karena menjadi pusat pengkhidmatan. Penyair membacakannya dengan aksi panggung beragam dan didukung oleh apresiasi penonton sejak awal sampai akhir acara,” ujar Syaifuddin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar