Jumat, 11 Oktober 2019

DIALOG PETANG UNTUK NIEK (1-9) Puisi Agus R. Subagyo

DIALOG PETANG UNTUK NIEK (1)

1.
ketika matahari sombong menggantang ubun-ubun, ikutlah pula mendakinya. walau sebentar lagi lembayung menyelimuti mimpi matahari, istirah sejenak untuk esok merakit kembali. belum usai perjalanan.

niek, cakar-cakar itu terselip disela-sela gigi, seringainya telah merontokkan karang. yang tertinggal di catatan kemaren sore ketika kau gamit do’a yang mengumpat di debur pantai. lihatlah niek, pohon besar di pulau itu daunnya sudah rontok hampir lunas. bukan salah matahari atau musim yang mengangsu air dari juntai akar-akarnya.

esok ada lagi sungai yang mengalirkan harapan mengering. perjalanan belum usai, langkah kaki melarungkan nafas berpacu dengan detak jarum jam, menjadi kompas menuju cadas. merangkai pertanyaan diantara desir dekil mengupas rahasia. memaknai senyum, tangis, keringat dan tawa.

niek, mengapa gelombang tak selalu besar dan tak pernah mau berhenti menggulung diri memutar baling-baling noktahnya. apakah ia tak lelah mendayung buih? perjalanan masih tetap terkayuh, belum usai karena lunasnya tidak datang tiba-tiba.

niek, belik di belakang rumah tetap jernih airnya walau ikan-ikan tak pernah berhenti mengaduknya. tak ada mantra tak ada dupa yang terbakar atau janji-janji yang menelikung di sudut bukit.

niek, sebentar lagi kawanan pawana akan menyanyikan kidung-kidungnya, menidurkan mimpi, meriuh ritual mengutas malam. tapi pohon besar itu akan tetap tegak terpekur di sana. menunggui biji-biji pecah menyetubuhi bumi.

2.
jejak merajah mengukir kesendirian mengisi pertanyaanmu kemaren telah membatu menggelandang laut lepas. mengantar nelayan menjala mimpi. niek, kesendirian tak akan ada jika nelayan-nelayan itu esok bisa tersenyum kembali menyapa pantai.

3.
niek, garis merah di tatap matamu menugal menagas makna lirih. mencukili mata langit yang terkurung tempurung stratosfer menjilati api. biarkan ia tetap bara membakar air mata. tentenglah langkah kakimu seringan memanjai tagas hari kemaren. Mengelus melukis jejak di lembut pasir pantai yang sepi.

niek, ku ingin memelukmu tiap kali, menangkis kesendirian yang kau takuti, menjalani kealpaan malam. memaknai kebohongan yang terlantunkan. memaknai perca lukisan airmata. hingga tandas.

Kavling 10 Malang, 18 Juli 2005



DIALOG PETANG UNTUK NIEK (2)

niek, gelombang menggelombang gelembung bercerita pada petang. menggoyang cadik awan. sampaikah ia? jika cerita tertusuk tempurung kepalanya juga petang sudah enggan bercengkerama. gelombang berlari menghitung hari gagah di puritan horizon, dengan kaki terikat. memasung kendali. tak sia-siakah ia? menjumputi buih seputih kapas di perut laut yang gempil segantang danau. seperti tanya yang kau cecarkan menggantang ubun-ubunku ketika kau menggumuli suntukmu yang lapar. tetaplah kau menggelindingkan kabut kanabis. di suluk gelincir gelombang.

cadailah gelombang agar ia tak bosan meniti cakah sebilah segelintir caing petang. cancang matahari agar buih tetap berwarna kapas tanpa pasi pusara. biarlah gruwung karang melingkari laju gondola memecah gelombang.

Malang, 20 Juli 2005



DIALOG PETANG UNTUK NIEK (3)

malam masih menunggu saat darasderas angin meniup galak kidung mendung. dari jelang gelap sembab petang, jejak jelas terlukis. di antara ramang hari. niek, teruslah melukis jejak memaknai hari yang telah kau daras. tak usah kau eluhkan seberapa banyak peluh

yang tertetes. lewati remangramang hari dengan lentera yang kau sulut kemarin.

Surabaya, 21 Juli 2005



DIALOG PETANG UNTUK NIEK (4)

begitulah senja menunggu nyanyian malam yang masih berselimut di belantara siang. dari tumpukan genderang merahasia dewa. melawat hari merenung siangnya fentilasi nafas keringat nurani yang kering. belantara ramainya sibuk menata genta yang akan tertabuh di bibir juling. melukis petang dari batang-batang jerami lusuh dekat lumbung kosong. memilin air mata dari tetesnetes embun hingar pagi yang sepi dari tawa. genderang berbunyi dari putaran sloki mata sayu memutar isi kepala menelan tanda tanya kosongnya lumbung yang limbung. tanda tanya akan dibuang kemana? sedang comberan tak lagi mau menerima.

Surabaya, 23 Juli 2005



DIALOG PETANG UNTUK NIEK (6)

dari gulir waktu menambat rambat gelombang di tarian buih menuju bingkai karang mematung altar-altar. niek, matahari masih ada terawang siangnya esok. dan tanda tanya besar tetap mengakhiri nanar kegamangan. butuh digulirkan mencari jawab.

niek, rayap-rayap telah merayap-rayap mengepung kelam mencari batang-batang pohon, akar dan daun-daun kering membangun istana penantian semusim. menunggu gelaran lakon laron yang hanya semalam. tak sia-sia ia untuk mengulang kembali. karena istana akan kembali dari rontok sayap-sayapnya. untuk memulai perjalanan lagi.

Surabaya, 30 Juli 2005



DIALOG PETANG UNTUK NIEK (7)

lariklurik cahaya mengantar senja emasnya mewarna sayap gelombang mengibas terbang memaknai tanda tanya. berkelindan menyepuh puisi.

wajah gelombang sayu menampar karang. nanar menuju tempat rahasia. memelintir buih. mengucur keringat dari lubang telinga yang lama mengendap-endap. lalu datang kembali gerombolan gelombang menderu sepasukan berkuda dengan tombak. siap mencecar dan melubangi tubuh karang. lalu diam, hening dan surut.

ada gelepar kakap belum genap usia diantara perca cuilan karang. menggelepar di tarian kematian. menyambut petang lalu diam, hanya suara gelombang jauh saut deburnya.

lariklurik cahaya senja ditelan gelombang, emasnya melepuh melukis puisi pada nyeri karang.

Jombang, 31 Juli 2005



DIALOG PETANG UNTUK NIEK (8)

ada bidadari menari menumpuk gemulai petang di atas kepala mengurai tali membelit mimpi tidur semu. kerinduankah? sibuk isi kepala menuang senyum memintal batu pertapa.

niek, tabuh harmoni jangan terhenti agar tarian bidadari tak terhenti menghapus tangis. biarkan hari merangkak tetap per detik, percepatan tak memungkinkan untuk menjungkirbalikan nyata mimpi. yang sibuk menuang syair di khilaf jemari menata huruf-huruf. Menarilah diputar alir petang.

Nganjuk, 3 Agustus 2005



DIALOG PETANG UNTUK NIEK (9)

kubah itu bukan menara. dan menara menantang langit. menyeruput anyir kecut keringat. tapi ia menahan gentar di kerling jidat penari telanjang. menawar mutiara dasar lautan yang harganya di puncak kesombongan. niek, pakailah cincin yang kau beli dari asongan terminal kecil pinggir kota. rasakan keringat mereka dengan keringatmu yang meleleh membasahi lingkar jemari ketika berjejal duduk termangu himpit-himpitan dalam angkutan kota. liarkan anganmu menelusuri kamar sempit di mana ia menjelmakan ritual rumah kardus yang meringis di pinggir kali. karena berlian dan mutiara berharga tipuan istana yang berdiri dengan melindas bukit yang sakit. mata air tak beda dengan air mata. mengisi kosong bejana murka. menyerobot mandi batu-batu.

banyak sudah pengemis kekenyangan menyelipkan kata-kata di dasi bergambar bunga. bertumpuk dalam lemari besi. tersimpan rapi. paceklik tak mencekik. pengemis tak lagi gembel berbaju lusuh. tak lagi ada di gubuk reot tapi di depan perapian mansion house dan villa menikmati tequila. niek, kamuflase yang sering kau tanyakan tak harus dicari dari tumpukan jerami sisa nasib petani atau keringat amis pengemis yang benar-benar gembel.

niek, jangan suntuki jalan yang lelah dimaki-maki yang tak lagi bisa menangis. air mata tak wajar lagi mengaliri pirus pipi tapi mengucur dari kran wastafel dan kloset duduk di villa-villa. yang tumbuh subur dari sembab mata. tercecer bulir nasi serakserakan dari baki kotor menyumbat comberan mengaliri kantong-kantong jas safari.

Malang, 05-09-2005

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar