Selasa, 20 April 2021

MUSUH PARA KORUPTOR: RAMADHAN KH

Maman S. Mahayana *
 
Ramadhan Karta Hadimadja, setelah sekian lama terbaring sakit di Cape Town, Afrika Selatan, Kamis, 16 Maret, sekitar Pukul 8.30 waktu setempat, pergi sudah menjumpai Sang Khalik. Salah seorang tokoh pendiri Akademi Jakarta dan Dewan Kesenian Jakarta itu, sungguh sebuah teladan. Ia figur sastrawan yang konsisten dalam melawan kebrengsekan, teguh pada apa pun yang diyakini sebagai kebenaran, dan solider pada persahabatan. Kang Atun, yang sangat bersahaja dan rendah hati, telah mengajari banyak hal, bagaimana kita memusuhi penindasan dan pemanipulasian, membuka ruang toleransi antar-agama, sikap tawadu, dan berjuang dalam membentangkan sastra, seni, budaya, dan martabat manusia.
 
Dalam acara diskusi novel Manifesto Khalifatullah karya Achdiat Karta Mihardja di Taman Ismail Marzuki, 9 Juni 2005, jauh-jauh dari Cape Town, Ramadhan sengaja datang hanya untuk acara itu. Sebuah solidaritas dan apresiasi atas prestasi seorang kawan yang dalam usia 95 tahun masih mampu berkarya telah ditunjukkan Ramadhan tanpa pamrih. Adakah di antara kita punya solidaritas semacam itu?
***
 
Saya mengenal Ramadhan KH lewat “Priangan si Jelita” sebuah puisi panjang yang bercerita tentang keindahan alam Pasundan, tanah kelahiran si penyair. Sebuah lanskap alam pegunungan yang membentang dari Burangrang dan Tangkuban Perahu sampai Pangrango dan Gunung Gede. Tentang kehijauan pepohonan yang berombak dari Bandung hingga Bogor. Antologi puisi inilah yang mengantarkan Ramadhan mendapat hadiah Sastra Nasional BMKN 1957/1958.
 
Keluarga Permana (1978) adalah novel Ramadhan yang memperlihatkan pesan toleransi antar-agama. Novel yang terkesan sebagai pengembangan atas cerpennya, “Antara Kepercayaan” (Prosa, September 1955) itu mengusung pentingnya ketakwaan dan pentingnya menghargai segala bentuk kepercayaan. Dalam cerpen “Antara Kepercayaan” mengecam keras segala sikap fanatisme buta dan taklid yang tak berdasar.
 
Dasawarsa tahun 1950-an Ramadhan memulai kiprah kesastrawanannya. Sejumlah sastrawan Sunda ketika itu berlahiran. Menyusul sang kakak, Aoh Karta Hadimadja, Achdiat Karta Mihardja, Rusman Sutiasumarga, dan Mh. Rustandi Kartakusuma, muncul nama-nama Dodong Djiwapradja, Toto Sudarto Bachtiar, Ajip Rosidi, Ajatrohaedi, Ramadhan KH, dan entah siapa lagi. Dasawarsa 1950-an, Jakarta seperti mendapat serbuan sastrawan dari berbagai daerah, yang dikatakan Ajip Rosidi sebagai Angkatan Sastrawan Terbaru. Mereka mengusung kultur lokal dan menebarkan berbagai kosakata daerah masuk dan menyelinap ke dalam khazanah sastra Indonesia. Dan secara tematik, memperlihatkan kebebasan kreasi yang di belakangnya, menyelusup berbagai ideologi kemanusiaan.
 
Dalam deretan nama-nama sastrawan Sunda itu, Ajip Rosidi mencuat sendiri sebagai sastrawan yang paling produktif. Sementara Ramadhan KH yang usai bekerja di Sticusa, Amsterdam, kembali ke tanah air. Ia membawa drama Frederico Garcia Lorca (Rumah Bernarda Alba, 1957 dan Yerma, 1959), dan terkejut ketika negerinya dilanda royan, sebuah kata untuk mengungkapkan berbagai penyakit yang melanda sebuah negeri merdeka bernama Indonesia. Korupsi dan manipulasi seperti royan, penyakit yang biasa dialami seorang ibu sesudah melahirkan. Royan Revolusi (1970) menggambarkan situasi yang terjadi tahun 1950-an itu. Novel yang memenangi hadiah pertama Sayembara Ikapi/Unesco 1968 itu -bersama Kota Palopo yang Terbakar dan Ziarah, Iwan Simatupang, sungguh memperlihatkan sikap dan keprihatinan Ramadhan tentang bahaya epidemi korupsi, penyelewengan, dan penyalahgunaan jabatan.
 
Royan Revolusi melalui tokoh Idrus, seperti merepresentasikan sosok seorang Ramadhan yang tak mau kompromi dengan penyuapan. Ia memusuhi korupsi dan manipulasi. Ia tetap bergeming pada hati nuraninya. Itu pula yang dihadapi tokoh Abdurahman dalam Kemelut Hidup (1975), meski ia harus tergusur oleh perubahan zaman. Problem yang sama yang juga terjadi pada diri tokoh Hidayat dalam Ladang Perminus (1990) ketika ia berada dalam gurita suap-menyuap yang melanda perusahaan minyak nasional (Pertamina?).
 
Tokoh utama dalam novel-novel Ramadhan KH laksana kegelisahan dan obsesi pengarangnya. Selalu, tokoh-tokoh itu dihadapkan pada jihad melawan nafsu dan godaan duniawi: uang, jabatan, dan perempuan. Ketika moral dan hati nurani para pejabat pemerintah hancur dan masyarakat secara tidak langsung ikut “mendukung” kehancuran itu, harus ada seseorang yang tampil menjadi “juru selamat”. Maka, Idrus, Abdurahman, atau Hidayat, mesti hadir menunjukkan jati dirinya, memperlihatkan konsistensinya bermusuhan dengan korupsi, manipulasi, dan segala bentuk penyelewengan. Ia tetap bergeming meskipun uang, jabatan, dan perempuan berada di hadapan matanya.
 
Dalam konteks peta novel Indonesia, tidak terlalu banyak novel Indonesia yang mengangkat problem seperti itu. Senja di Jakarta dan Tanah Gersang (Mochtar Lubis), Jalan Terbuka (Ali Audah) dan novel-novel Ramadhan yang disebutkan tadi adalah yang termasuk yang sedikit itu. Dan sesungguhnya novel-novel itu justru menunjukkan keberanian pengarangnya dalam menyampaikan kritik sosialnya. Ladang Perminus, bahkan secara jelas membongkar serangkaian penyelewengan yang terjadi di perusahaan minyak nasional (: Pertamina). Dalam konteks itu, tentu saja novel-novel Ramadhan menjadi penting sebagai bentuk tanggung jawab kepengarangannya. Itulah sesungguhnya peran sosial pengarang. Ramadhan telah melaksanakan peran itu dengan sangat baik.
 
Jika kini korupsi terjadi di mana-mana, pejabat pemerintah, wakil-wakil rakyat, dan para pejabat daerah, ramai-ramai berjamaah menimbun uang dan mempertontonkan jurus-jurus ampuh melakukan korupsi, Ramadhan KH telah memberi isyarat hampir lima puluh tahun yang lalu. Dengan demikian, novel-novel Ramadhan tidak hanya menggambarkan potret sosial pada zamannya, tetapi juga semacam ramalan tentang bahaya korupsi yang bakal melanda negeri ini. Bukankah negeri ini hancur lantaran ulah para koruptor itu?
 
Barangkali penting juga pejabat pemerintah, wakil-wakil rakyat, dan raja-raja kecil di daerah membaca novel-novel Ramadhan KH ini. Siapa tahu mereka kembali ke jalan yang benar. Melalui novel-novelnya, Ramadhan telah meramalkan bahaya korupsi yang bakal menjadi wabah epidemi, penyakit menular yang akan menghancurkan bangsa ini. Ramadhan telah mengajari kita untuk memusuhi para koruptor!
***
 
Seruling dan pantun
Di malam gelap
Menyeret pulang
Turun di kali Citarum
 
Dan aku kembali
Ke pangkuan asal
Bunda,
Dan aku kembali
Ke pelukan asal
Kiranya
Dengan tambah tua!
 
Maka, meski Pak Ramadhan telah kembali ke pangkuan asal, lewat karya-karyanya, ia telah meninggalkan warisan: mutiara tentang sikap hidup. Sebagai anak manusia, kami telah banyak belajar dari sikap dan konsistensi perjuangan Ramadhan KH di bidang sastra dan budaya. Tawadu dan rendah hati. Tak ada kompromi bagi para koruptor dan pejabat yang tak amanah. Selamat jalan, Kang Atun! Mari kita melanjutkan perjuangannya memusuhi para koruptor!
***
 
*) Maman S. Mahayana, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 18 Agustus 1957. Dia salah satu penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (2005). Menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FS UI) tahun 1986, dan sejak itu mengajar di almamaternya yang kini menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Tahun 1997 selesai Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Pernah tinggal lama di Seoul, dan menjadi pengajar di Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Selain mengajar, banyak melakukan penelitian. Beberapa hasil penelitiannya antara lain, “Inventarisasi Ungkapan-Ungkapan Bahasa Indonesia” (LPUI, 1993), “Pencatatan dan Inventarisasi Naskah-Naskah Cirebon” (Anggota Tim Peneliti, LPUI, 1994), dan “Majalah Wanita Awal Abad XX (1908-1928)” (LPUI, 2000).

http://sastra-indonesia.com/2009/01/musuh-para-koruptor-ramadhan-kh/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar