Sabtu, 12 Desember 2020

Iman Budhi Santosa, Keindahan Namanya adalah Kemuliaan Hidupnya

Emha Ainun Nadjib
 
Tatkala menunggu saat keberangkatan jenazah Mas Iman Budhi Santosa ke Pemakaman Seniman di Imogiri, bersama sahabat mulia lainnya, Pak Mustofa W. Hasyim, saya berbisik-bisik: “Sangat sedikit orang yang riwayat dan kualitas hidupnya persis yang dikandung oleh namanya”. Almarhum ini adalah sahabat kita yang muatan iman kehidupannya sangat utuh, kental dan lestari sampai akhir hayatnya. Yang sepanjang 51 tahun bebrayan kami sejak 1969 kita nikmati kemuliaan budinya. Serta yang hidupnya sangat membuktikan kesentosaan jiwa terutama melalui karya-karyanya.
 
Mas Iman adalah manusia agung yang suci hatinya, penuh iman dan cinta sejati jiwanya, serta senantiasa jujur berpikirnya. Sejarah hidupnya sangat memenuhi kandungan makna dari tiga kata yang orangtua beliau menyematkannya sebagai nama atau pertanda keberadaannya: iman dan budi dan santosa.
 
Pasti saya tidak berani mengatakan bahwa demikianlah memang iradah, Amr, blueprint atau konsep Allah dulu menciptakan hamba-Nya ini. Tetapi jelas sejauh Mas Iman mengenali dirinya, demikian pulalah ia menjalani hidupnya. Barangsiapa mengenal dirinya, makai ia mengenal Tuhannya. Dan barangsiapa mengenali Tuhannya, maka ia mengenali dirinya. “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu, wa man ‘arafa Rabbahu faqad ‘arafa nafsahu”. Loro-loroning atunggil itulah sejarah hidup Iman Budhi Santosa.
 
Ketika nguntapke beliau di pemakaman, saya sangat meyakini apa yang saya nyatakan berdasarkan kesaksian empiris 51 tahun itu. Bahwa Mas Iman telah melakukan banyak hal yang saya dan rata-rata kita belum atau tidak pernah melakukan. Mas Iman bertirakat, lara-lapa angon jiwa, mencapai dan mengalami apa yang saya dan rata-rata kita belum atau tidak pernah mencapai dan mengalaminya.
 
Umpamanya, semenderita-menderita hidup saya, belum pernah saya menjadi gelandangan sebagaimana Mas Iman sungguh-sungguh menjadi gelandangan dalam arti yang sebenar-benarnya dan sekonkret-konkretnya. Hidup di jalanan, tidur di balik tembok Plengkung Gading atau Pojok Beteng atau sepanjang Malioboro. Wajah dan sekujur badan serta pakaiannya kumuh sekumuhnya karena bertahun-tahun tidak tersentuh air.
 
Beliau ditimpa masalah dan ditindih dilema-dilema kehidupan, terutama yang menyangkut fungsinya sebagai kepala rumahtangga, idealisme sosial, dan pandangan politik. Beliau menghancurkan diri karena rasa bersalah dan kebingungan hidup, sehingga marasa bahwa yang paling layak untuk dirinya adalah membuang diri dari masyarakat dan kemudian benar-benar menggelandang di jalanan. Tidak ada beban yang lebih berat bagi manusia melebihi rasa bersalah, rasa tak berguna, rasa tak bermanfaat dalam kehidupan. Di puncaknya Anda akan cenderung mencampakkan diri Anda sendiri keluar dari area bebrayan hidup. Saya sendiri sangat sering mengalami momentum kehidupan di mana hampir saja saya lari dari area silaturahmi sosial kemudian menepi di luar pagar kehidupan masyarakat.
 
Dan posisi itu bukan sekadar soal koordinat sosial, tetapi juga mengimplikasikan kondisi-kondisi psikologis sedemikian rupa di dalam diri kita. Orang yang mengalaminya akan menghabiskan siang malamnya untuk meratapi dan marah kepada dirinya. Atau menyalahkan ini itu yang membuatnya dihimpit dilema. Atau bahkan marah dan menyalahkan Tuhan dengan kehidupan yang Ia hamparkan yang membuat ia terserimpung oleh kesengsaraan hati dan penderitaan hidup.
 
Dan mas Iman tidak. Beliau sangat luar biasa dengan pengelolaan hati dan kejiwaannya. Pada suatu sore tahun 1980, ketika saya menyetir Jeep 1946 butut saya, mendadak saya jumpai seorang gelandangan berjalan terbata-bata di tepian Jalan Mangkubumi Yogyakarta. Ternyata saya yakin betul dia sahabat saya Iman Budi Santosa.
 
Dengan memberani-beranikan diri dan berlaku menjunjungnya, saya mohon dia naik ke Jeep saya. Dan alhamdulillah beliau berkenan. Kemudian saya langsung tancap ke Patangpuluhan markas saya. Sesampainya di rumah kontrakan itu saya ambilkan handuk, saya antarkan ke kamar mandi, kemudian saya siapkan celana dan baju.
 
Ketika beliau nongol sehabis mandi dan berpakaian, kami duduk di ruang tengah. Saya bahagia melihat Mas Iman mulai tersenyum, wajahnya bercahaya, sorot matanya sama sekali bukan sorot mata seorang gelandangan. Dan ketika kemudian kami mengobrol, saya takjub luar biasa. Andaikan saya yang hidup menjadi gelandangan sampai hampir tiga tahun, mungkin hati saya dipenuhi amarah, rasa malu, dorongan untuk membela diri atau menyalahkan sana sini. Peta isi pikiran saya pasti sudah berubah total. Cara berpikir saya mungkin destruktif dan penuh negasi. Mental dan hati saya penuh rajukan-rajukan.
 
Tetapi Mas Iman tidak. Beliau tetap jernih, hatinya mulia sebagaimana yang saya mengenalnya sekian tahun. Alam pikirannya normal, objektif, bahkan arif dan bijaksana. Ternyata puisi-puisi dan karya-karya tulis lainnya yang saya baca di koran-koran selama ini, beliau tulis di sepanjang jalan, dalam posisi sebagai “sampah masyarakat”. Kalau saya yang berada di posisi itu, mungkin hati saya dendam dan pikiran saya mengamuk. Entah kepada keluarga, teman-teman, masyarakat, Pemerintah, Negara, sejarah, atau mungkin bahkan saya mengamuk kepada kehidupan ini secara keseluruhan.
 
Tetapi Mas Iman, dalam obrolan kami pada sore yang penuh berkah itu, saya menikmati Mas Iman tetap lestari dengan kearifan hatinya, kecerdasan pikirannya, kejujuran pandangan-pandangannya, bahkan beliau sama sekali tidak tertinggal wawasan hal perkembangan Negara dan masyarakat. Pasti Mas Iman sering berdiri di depan papan koran yang dipajang di tepian jalan di sejumlah tempat.
 
Allahu Akbar. Hamba Allah satu ini sungguh-sungguh bermental baja. Sebab kehancuran mental mengakibatkan kekacauan berpikir dan kehancuran hati. Dan Mas Iman benar-benar budi santosa. Budi santosa sejarah hidupnya justru mengukuhkan imannya.
 
Tariklah garis proyeksi budaya: kalau manusia dengan ketangguhan dan kualitas seperti itu menulis puisi, bayangkanlah betapa sejati dan indah puisinya. Bayangkanlah kalau ia berpikir dan mengungkapkannya. Mas Iman adalah ahli tetumbuhan, dengan cinta dan ilmunya. Mas Iman adalah pakar jiwa manusia dan langit Tuhan. Mas Iman adalah tajallu luthfillah, ekspresi kelembutan Allah yang menyapu wajah kita dan menghembuskan kesegaran hidup ke sekeliling kita.
 
Mas Iman Budi Santosa benar-benar makhluk Allah. Itu 40 tahun yll, yakni 1980. Bayangkanlah kemudian apa yang saya nikmati 40 tahun berikutnya, sampai saat-saat kami di Kadipiro bersedekah menerbitkan Majalah Sastra “Sabana”. Secara pribadi saya mengalami betapa amannya saya dengan semua yang berlangsung dan kami lakukan bersama. Betapa nyamannya saya punya sahabat, kakak, guru dan partner kerjasama sosial yang mengurusi batin dan jiwa manusia.
 
Saya tidak perlu tuturkan di sini prestasi beliau di dunia sastra dan kesenian nasional. Saya tidak perlu menguraikan peta kesusastraan dan kesastrawanan Indonesia. Saya tidak perlu memotret aliran air di sungai panjang sejarah puisi, karena Mas Iman adalah salah satu sumber air murni sungai keindahan itu, bahkan dalam episode Sastra Malioboro kami: beliaulah sumber utama, yang Mas Umbu Landu Paranggi menggali dan menghidupkan mesin pemancar air murni dari langit itu.
 
Kemudian mendadak Allah mengambil milik-Nya itu. Tidak melalui gejala atau sakit apapun. Begitu mulus dan sejati transformasi kehidupan Iman Budhi Santosa. Dari dunia yang makin dungu dan lalim, Allah menyegerakan memindahkannya ke sorga, karena cinta-Nya.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar