Peresensi : Fatah Yasin Noor
Judul Buku : AGAMA PARA BAJINGAN
Penulis : Taufiq Wr. Hidayat
Penerbit : Pusat Studi Budaya Banyuwangi dan Rumah Kopi Nongko Sesigar
14x20 cm, VII+250 halaman
ISBN : 9-786025-352119
Cetakan : 1, Tahun : 2019
Nyastra! Dan renyah serenyah kacang. Tapi bukan kacang. Tulisan-tulisan pendek—kadang juga panjang—Taufiq Wr. Hidayat yang lepas, memang asik. Tulisan dalam buku “Agama Para Bajingan” ini tulisan yang “tidak main-main”. Digali dari pengetahuan dan karakter unik penulisnya. Anda dapat bayangkan, bagaimana sebuah tema dipandang dari pengertian klasik kitab-kitab kuno pesantren, yang bergumul mesra dengan filsafat timur dan barat, juga sastra. Wawasan film dan pornografi. Itu bajingan! Taufiq, manusia unik yang bukan bajingan—tapi kadang-kadang jadi bajingan, membuka cakrawala pandangan kita tentang agama dan kehidupan sehari-hari, juga isu-isu mutakhir. Ia melihat sesuatu dari detil yang beraneka dan “yang lain”, dari begitu banyak sudut pandang yang berpagutan membentuk sebuah pengertian yang “gak tanggung-tanggung”. Pengetahuan dan penguasaan penulis buku ini pada khazanah keilmuan Islam yang hanya dapat digali bertahun-tahun di pesantren tradisional yang memegang teguh “disiplin kaidah berbahasa Arab” itu, juga keliarannya menggali pemahaman yang bertolak-belakang dari dunia pesantren, membuat buku ini dalam, kaya gizi dan nutrisi, juga menawarkan sesuatu yang dapat diperbincangkan atau dipersoalkan lebih hangat dan inspiratif pada sebuah diskursus. Dan tak terduga! Banyak tema—yang dalam penguraiannya—sampai pada sebuah keadaan atau pengertian tak terduga. Mendebarkan. Taufiq memang cerdik mengolah sejumlah tema biasa dalam adonan pikiran serta gaya bahasa yang “tak biasa”. Dan mencengangkan! Menjadi bahan permenungan. Juga dengan gelak tawa, yang melihat banyak hal dengan cair. Kadang mengerutkan kening. Sinis. Menyindir. Atau membongkar tanpa tedeng aling-aling. Dengan nakal, buku ini menggoda kesadaran siapa saja, baik yang sudah karib dengan kesakralan agama, bahkan bagi yang lebih akrab dengan film-film porno atau tak karib dengan agama.
Tulisan Tuafiq khas. Karakternya kuat. Dia penulis yang tekun. Juga pekerja keras yang rajin. Dia tak memfokuskan hidupnya sebagai penulis. Sepertinya dia tak terlalu senang disebut penulis. Tapi tulisan-tulisannya melimpah, buku yang menyimpan tulisannya setinggi satu meter lebih, sangking banyaknya. Bajingan! Tulisan yang jadi buku hanya sebagian kecil dari tulisan-tulisannya yang tak sempat terpublikasikan itu, yang masih berupa tulisan tangan. Bertemu orang ini menyenangkan. Seperti bertemu seorang pahlawan yang datang membawakan rokok kesukaanmu, tepat di saat kamu kehabisan rokok. Dia bukan orang yang hidup dari kamar yang gelap. Ia selalu bersikap sebagai orang kebanyakan, tapi yang khas. Wawasan dan argumentasinya nyeleneh. Tapi secara unik mampu mengusulkan gagasan baru, membuka banyak hal yang selama ini tak tersentuh secara lazim. Ibarat sopir bis, Taufiq mengendara secara ugal-ugalan dan terkesan serampangan. Dan “untungnya” selamat! Kita dapat bersyukur karena bis tiba dengan beres di tempat tujuan tak kurang satu apa. Pengalaman itu akan kita alami saat membaca buku ini. Ada fiksi. Ada non fiksi yang ganjil di sini. Ada catatan sastra Banyuwangi yang cukup jadi bahan referensi. Siapa pun dapat mengunyahnya tanpa sarat. Ini buku serius. Tapi juga rekreatif. Keseriusan yang digarap “secara main-main”. Dan ketidakseriusan yang digarap dengan cukup serius. Buku ini dapat dibaca kapan pun dan bisa langsung pada halaman berapa pun. Tidak harus runut. Coba saja! Menurut saya, membaca buku ini membawa pada pemahaman, bahwa untuk menjadi bajingan, sepertinya kita harus membongkar kebenaran dengan “modal ilmu yang tidak pas-pasan”. Tapi untuk menemukan kearifan, kita perlu membongkar watak bajingan dalam diri kita. Terserah siapa diri kita, apakah memang bajingan, agamawan, pemimpin, jomblo, atau siapa pun.
Untuk bisa memahami tulisan Taufiq Wr. Hidayat seyogianya, saya tunjukkan saja "kuncinya" di sini. Yakni dibaca dengan sabar dan belajar memahami bahasa pasemon, bahasa lambang. Sindiran terhadap segala sesuatu tentang pelbagai hal dalam hidup dan kehidupan. Tak langsung tunjuk hidung. Tidak perlu. Sebab pasemon tak hanya tertuju pada orang, tapi juga kehidupan sehari-hari. Juga perkara alam dan kebudayaan. Pasemon itu sejenis tutur kata satir, kadang bisa juga berkelit dalam humor atau kejenakaan. Kita merasa kegetiran hidup tak bisa dilawan dengan kesedihan belaka. Tapi direspon lewat dagelan, menertawakan diri sendiri dengan “mbeling”. Tulisan Taufiq selalu—saya rasakan, didasari oleh kembelingan itu: menolak secara halus dengan cara cengengesan. Seperti “enggih-enggih ning ora kepanggih”. Memosisikan diri dari kampung (orang kebanyakan—meminjam istilah Budi Darma), tapi dengan derajat diri menolak segala sesuatu yang menghegemonik. Kampungan sekaligus modern. Dari akar tradisi dan budaya lokal, tapi mampu membereskan persoalan esensial yang rumit, kadang juga sederhana. Secara guyonan, inilah ”yang lokal dengan cita rasa meng-internasional,” katanya.
Tapi akhirnya toh kita tahu apa makna dari gaya tutur Taufiq Wr. Hidayat yang diksinya seolah “ngajari” kita. Padahal itu hanya gaya bahasa belaka. Taufiq tidak benar-benar bisa vulgar memberi petuah misalnya, tapi kita sadar telah mendapat pesan itu berulang kali. Itu bajingan! Di mata Taufiq—yang kadang berubah memata-matai keadaan—sesungguhnyalah masyarakat banyak mengalami gangguan jiwa akibat gegar budaya (culture shock) dalam kajian psikoanalisa Freud. Tak jarang Taufiq harus menjelaskan gejala itu terang benderang: bahwasanya banyak orang gak beres di sekitar kita, yang tentu saja tak perlu sibuk-sibuk kita bereskan. Melainkan jangan-jangan—secara tak sadar, ketidakberesan itu dikandung oleh diri kita sendiri. Hingga kita melihat orang lainlah yang gak beres. Diri inilah yang sejatinya punya tugas wajib untuk membereskan dirinya sendiri. Bukan orang lain.
Tulisan Taufiq Wr. Hidayat bukan kliping koran. Tapi catatan kecil itu seperti kliping yang menyimpan ironi masa kini dan masa silam sekaligus. Kliping-kliping itu menjadi catatan penting untuk menjadi landasan Taufiq Wr. Hidayat melungsurkan kontemplasinya. Sebentuk fakta yang sukar dibantah, bahwa kita hidup di ruang yang pengap dan penuh ambiguitas. Hidup yang sungguh paradok ketika seseorang diuji kewarasannya di tengah kehidupan yang sesungguhnya kurang waras. Fiksi-fiksi yang juga ditulis dalam buku ini, terasa ganjil. Orang-orang ganjil. Di tengah hidup yang diam-diam memang ganjil. Kita tak sepenuhnya sadar telah menjalani kehidupan yang sebenarnya ganjil itu, mungkin karena kita lupa untuk sekadar berjeda atau menyadari keganjilan hidup ini.
Agama dan para bajingan: kita tahu apa yang ingin didedahkan. Perkara moral dan agama sebagai satu terma kebenaran langit. Di sisi lain, agama dipakai para bajingan dengan cara yang disengaja. Diperalat. Dimanipulasi. Bajingan, kita tahu, hanya dipakai sebagai penanda. Mengadopsi fabel, sejumlah perilaku dan sifat binatang: bajing. Sejaman dengan Borges, George Orwell dengan karya fabelnya yang mashur, “The Animal Farm”, menggambarkan secara jitu sifat manusia sebagai binatang: lugu, dan begitu tampak jujur tidak dibuat-buat, tak ada tipu muslihat yang bersumber dari keburukan hati. Binatang, dalam hal ini, berjalan polos sebagaimana karakter bawaan binatang. Sebagaimana kucing misalnya, tak pernah jauh meninggalkan rumah. Anjing yang memiliki kesetiaan yang keras kepala pada tuannya. Kisah di fabel itu menjadi menarik ketika dibenturkan dengan watak manusia.
Tapi manusia menelan dunia dengan mengatasnamakan kebenaran agama. Binatang tak sejauh itu dalam memakan korban. Binatang tak memakai pembenaran lewat dalil agama. Lalu siapakah bajingan?
Baik Budi Darma maupun Borges, membongkar kebohongan itu secara naratif, mengebor sukma pembaca, satir dan tanpa tedeng aling-aling. Membongkar, memaparkan karakter manusia yang seringkali mirip dengan karakter binatang. Menutup nuraninya seraya merayakan naluri kebinatangan yang lebih sadis dari binatang. Lebih buas dari macan saat memangsa korban. Hanya manusialah ternyata, makhluk yang sanggup melakukan kejahatan dengan sangat sadis itu. Keji dan menjijikkan. Sangat mengerikan bagi kita yang memiliki hati nurani dan perikemanusiaan. Ternyatalah manusia makhluk yang paradok. Kekerasan, kesadisan, ketegaan, kejijikan, atau kebusukan tanpa perikemanusiaan bisa juga sekendang seirama dengan kemuliaan yang dinamakan iman atau agama. Paradok yang rumit. Dan bajingan. Selamat membaca!
2019
Dapatkan bukunya! Harga Buku: 90.000,-
(sudah termasuk ongkos kirim seluruh Jawa. Luar Jawa menyesuaikan)
Pemesanan atau pembelian buku dapat menghubungi para pemuka buku “Agama Para Bajingan” pada akun Facebook: Yanuar Widodo (WA: 08113654422).
https://www.facebook.com/TaufiqWr.Hidayat/posts/2587782741233038
http://sastra-indonesia.com/2019/08/agama-para-bajingan/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 14 Juni 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar