Minggu, 19 Januari 2020

SASTRA DAN KEMANUSIAAN ALA PRAMIS

(lpmarena.com)
Isma Swastiningrum

Mamuk namanya. Saat kecil ayahnya berkata dia bodoh, karena sering lambat dalam belajar dan tiga kali tidak naik kelas. Setelah waktu berlalu, Mamuk atau Pramoedya Ananta Toer kini menjadi salah satu legenda sastrawan Indonesia yang terkenal dengan realisme soasialisnya. Sastra perlawanan yang memiliki watak tidak kenal kompromi dengan lawan, mengusung politik sosialis, memajukan proletariat, dan mengecam bebagai macam bentuk tindakan anti kemanusiaan.

Pram dengan asas kemanusiaan, hendak membangun metode baru –atau agama baru– yakni PRAMIS. Pramis tidak merujuk pada pemuja fanatik yang mengelu-elukan Pram. Namun Pramis merupakan sebuah pandangan: yang menunjuk pada sebangunan keyakinan Pram sendiri yang paling personal sebagai pengarang yang terus menampung kontradiksi tindakan antara individualisme dan gerak sosial dalam masyarakat. (ISAP: 30)

Dari pengertian di atas pengarang (laiknya Pram), di satu sisi menempuh jalan sunyi, berjelaga, disiakan yang terjal berliku, tapi di sisi lain apa yang dihasilkannya untuk kepentingan kemanusiaan. Pram yakin akan otoritasnya sebagai manusia yang mampu bersikap seperti halnya ubermensch (adi-manusia) dan menggerakkan manusia.

Pramis sendiri bisa dilacak dari tiga simpul karya Pram yang ditawarkan oleh Taufik Rahzen, yakni: kebenaran, keadilan, keindahan. Kebenaran merupakan asas manusia berposisi, melangkah, dan bergerak. Kebenaran memberikan teladan, bukan memerintah. Lalu, keadilan berarti realisasi kebenaran dalam kenyataan sosial yang berjalan dialektis. Di mana pertemuan antara kebenaran dan keadilan tersebut menghasilkan keindahan. Keindahan di sini bukan keindahan gaya naturalisme yang mengutak-atik bahasa, melainkan keindahan dalam memperjuangkan kemanusiaan dan pembebesan terhadap penindasan.

Proses kreatif Pram (untuk menjadi Pramis) seperti yang dijelaskan dalam buku ini, ia punya empat jurus:

Pertama, menulis itu ideologis. Menulis bagi Pram adalah tindakan politik dan merupakan tugas nasional. Politik di sini diartikan memperjuangkan kebenaran, keadilan, kemanusiaan, baik lewat tulisan maupun tindakan. Menulis bagi Pram merupakan perlawanan, visi, dan sikap.

Kedua, menulis itu riset. Tak diragukan lagi, kerja personal Pram mengkliping merupakan bekal utama Pram dalam melukan riset. Setiap hari Pram tak bisa lepas dari lem, gunting, dan koran, sampai di buku ini Pram dijuluki “Si Pendekar Gunting dari Bojong”. Bahkan saking gilanya Pram mengkliping, Pram didakwa mencuri dokumen nasional dari Museum Gajah. Di rumah Pram di Bojong Gede, Bogor, klipingan tertata dengan rapi. Pram berniat membuat ensiklopedia kawasan Indonesia untuk memandang Indonesia seutuhnya, dari Aceh sampai Papua. Bagi Pram, riset penting karena sastra bukan karya ingusan, tapi pengetahuan. Dari kliping inilah ia mendapatkan data-data primer akan apa yang ditulisnya, dan dengan riset, sastra menjadi kokoh dan bisa dipertanggungjawabkan.

Ketiga, menulis itu disiplin. Disiplin yang dimaksud adalahh disiplin kerja—bukan angina-anginan. Sebagaimana filsafat manusia Marxian, hakikat dari manusia adalah kerja. Dengan kerja manusia bereksistensi, membangun relasi, dan menyejarah. Selain disiplin menulis, Pram juga disiplin olahraga dan senyum, baginya senyum yang ikhlas dapat merilekskan pikiran, jiwa damai, dan optimis.

Keempat, menulis itu keterampilan bahasa. Pram cukup terinspirasi dengan apa yang disampaikan A. Teuuw. Menurut Teuuw sastrawan cukup mengusai satu bahasa yang benar-benar dia kuasai, penguasaan bahasa lain adalah pekerjaan penerjemah. Bahasa dikuasai tak hanya dari diksi, tapi juga (meminjam Foucault) arkeologi dan genealoginya. Bagaimana bahasa beroperasi, baik dibentuk, ditransformasikan, hingga rasa bahasa sendiri.

Melalui empat penyingkatan proses kreatif Pram bekerja di atas, pengembaraan Pram menghasilkan apa yang Muhidin sebut sebagai “anak-anak ruhani” Pram, yakni buku-buku Pram. Menurut penelitian yang dilakukan Koh Young Hun menceritakan, membaca buku-buku Pram secara keseluruhan, kita bisa membaca jejak Indonesia dalam empat tonggak. Buku-buku ini sekaligus membaca manusia Indonesia berserta tragika-tragikanya. Keempat tonggak tersebut: 1) Masa Kerajaan Hindu-Budha. 2) Masa Islam (Demak dan Mataram). 3) Masa kolonial. 4) Masa Republik. Untuk itu agar kemanusiaan terbuka, benar seperti yang dikatakan Gorki: the people must know their history.

Pemikiran Pram sangat erat kaitannya dengan angkatan muda dan revolusi. Pemuda menjadi unsur pertama yang Pram rindukan. Sosok pemuda itu salah satunya hadir lewat tokoh Minke yang tak lain sebagai representasi dari Sang Pemula, Tirto Adhi Surjo. Minke pemuda yang sadar posisi, yang mencungkilkan feodalisme dan menggerakkan rakyat agar tak berjiwa jajahan. Pemuda juga satu keping koin dengan revolusi. Revolusi yang diartikan perubahan masyarakat secara fundamental di segala segi, meluas dan mendalam. Menurut Pram: “Angkatan mudalah yang membuat revolusi”. Ini termaktub dalam tokoh Pram, seperti Saaman, Midah, Gadis Pantai, Farid, Larasati, dan lainnya.

Karya Pram sendiri sangat memihak pada perempuan, karena dalam karya Pram pribadi para perempuan disifati kuat, pejuang, dan tidak putus asa. Bahkan jika diperhatikan, dialog dalam tulisan Pram, percakapan tokoh perempuan selalu mengalir, menyenangkan, cerdas, dan literair. Misal antara Minke dan Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia. Berbeda ketika percakapan antara laki-laki dengan laki-laki, terkesan kaku, dingin, dan formal. Misalkan Galeng dengan Syahbandar Tuban dalam Arus Balik.

Buku ini cukup material dalam menggambarkan sosok Pram, juga humanis. Meski semelegenda apapun Pram dan karya-karyanya, bagi orang terdekatnya Pram juga manusia biasa. Dari kesaksian istrinya Maemunah Thamrin, Pram seperti halnya manusia lain: marah ketika rumah dan perpustakaannya dibakar, merasakan lapar, diusir mertua, dan punya banyak anak (sembilan anak). Tapi dia juga anomali bagi istri dan anak-anaknya, semisal dia tidak mau tahu menahu tentang dapur. Atau kisah miris Astuti Ananta Toer anak Pram yang tak pernah dibelikan mainan, karena mainan yang diberikan hanya buku.

Atau kisah Yudistira Ananta Toer yang merasa dingin oleh papinya sendiri. Yudi saat Pram keluar dari penjara ia ingin tidur dekat Pram, tapi Pram menyuruhnya pindah. Yudi mengulangi perbuatannya lagi tidur di dekat Pram, tapi Pram malah menaruh Yudi di kamar mandi. Sampai seminggu kemudian Yudi dibuatkan kamar sendiri. Atau ketika Yudi meminta kacamata pada Pram, karena matanya sudah tidak jelas ketika membaca, tapi Pram malah melempari Yudi dengan asbak. Kata Pram: Jangan pernah mengharapkan sesuatu dari orang lain. Kalau ingin sesuatu berusaha sendiri. Bagi saya pribadi ini begitu menyentuh, saya sampai membayangkan jika saya menjadi Yudi.

Ya, Pram yang sifatnya keras tak lepas dari masa lalu dan keadaan-keadaan yang menimpanya. Akan hidupnya yang pedas, panas, pun bahasa rock-nya cadas. Hingga di akhir hidupnya, Pram menghembuskan nafas terkahirnya dikelilingi dengan orang-orang yang menjadi sahabatnya, bukan mereka yang wah-wah. Pram hidup untuk memberi nyawa pada mereka yang ditindas, mereka yang lemah, dan mereka yang takut. Mengutip Pram: Kamu jangan takut dan maju untuk bicarakan ide-ide kamu. Sekali kamu takut, kamu kalah.

Dalam buku ini saya ingin memberi garis merah pada konsepsi Pramis yang dihadirkan Muhidin dan Pram kaitannya dengan individualisme pengarang. Pram pun menulis:

“Setiap pengarang kreatif hampir selalu seorang individualis, berwawasan mandiri, sulit untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang lain, keadaan lain, apalagi bila sama sekali baru. Seorang individualis hanya mendengarkan apa yang menurut pikirannya sendiri lebih tepat atau lebih baik, tanpa atau kurang mengindahkan yang selebihnya… Kebiasaan kerja ini menimbulkan watak individualis, banyak kali melupakan atau tidak menggubris lingkungannya dengan tata tertibnya. Watak individualisnya menyebabkan ia tidak disukai oleh lingkungannya, apalagi oleh orang-orang yang mengutamakan tata tertib. Sebaliknya kemashurannya menyebabkan ia dikagumi. Ia hidup dalam dua ektremis di dalam masyrakatnya sendiri. Seidak-tidaknya: di Indonesia.” (NSSB: 115-116)

Di sini Muhidin begitu gegabah mengamini kata Pram tentang individualis pengarang. Saya curiganya Pram yang dalam buku Nyanyi Sunyi Seorang Bisu menulis dirinya menderita inco (inferior complex) dan minder akut mengakibatkan Pram berapologi seperti di atas. Bagi saya, jurang kematian pengarang justru hadir ketika pengarang sibuk dengan dirinya sendiri, dengan individualismenya sendiri. Karena ketika pengarang “bertapa dalam altar kesunyian pribadinya” pengarang menempatkan diri sebagai tuan dalam kerajaannya sendiri yang tak mungkin juga dia menjadi penindas baru dan tuan baru. Namun, yang menjadi semacam idiosyncratic pula, Pram dalam buku-bukunya saya rasa telah selesai dengan “individualitasnya”.

Kontradiksi antara individual dan sosial dalam Pramis begitu berbenturan—meski dialektis. Lagi pula konsep sosial tidak bisa sama dengan perjuangan individual yang soliter. Tetap saja meski Pram bilang individualis bagi saya bukan individual yang dimaksud, tapi lebih ke sikap independen. Ia lebih merujuk pada pengertian politis daripada taktis.

Judul Buku: Ideologi Saya Adalah Pramis (Sosok, Pikiran, dan Tindakan Pramoedya Ananta Toer)? Penulis: Muhidin M. Dahlan ? Penerbit: Octopus Publishing House, Yogyakarta? Cetakan: I, 2016 ? Peresensi: Isma Swastiningrum

https://lpmarena.com/2016/05/07/sastra-dan-kemanusiaan-ala-pramis/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar