Senin, 19 Agustus 2019

Risalah Tujuh Bukit

(SELEPAS BATU)
Naskah Teater karya : Rakai Lukman *

SINOPSIS

Risalah Tujuh Bukit, risalah tanda, risalah peristiwa dan risalah rasi bintang. Risalah tujuh bukit adalah fase perjalanan manusia-manusia menemu diri dalam ruang tingkat dan berjenjang. Manusia yang lahir, tumbuh berkembang sampai ia meninggalkan alam fana.

Tujuh bukit juga perjalanan spiritualitas, mulai dari “ngelmu alif tumeko  samudraning rasa” sebagai ilmu (bakal menempuh perjalanan mengarungi samudera kehidupan). Pun prosesimenggali air kehidupan (tirta kamandanu) dari pribadi manusia untuk menyatukan mikro-kosmos dan makro-kosmos. Kemudian wadak tubuh bergolak terpukau dan melewati pergolakan batin sampai menanjak menuju puncak bukit (tajalli). Lalu pribadi dalam gelombang batin, pertarungan material dan imaterial. Pribadi itu lantas berserah pasrah di haribaan tuhannya “nyawijining rasa tumindak’e budi bekerti” disela perjalanan itu, sang pencari menemui dan menuang sajak:

“bukit-bukit itu sasmita

Risalah rasi bintang

Kemana arah pulang

Sedang mercusuar itu tumbang”

Sebuah pertunjukan dengan pola tujuh titik. Semacam diorama hidup bertutur perjalanan menemui diri untuk sampai pada semesta keabadian.

“Tata terus salira gusti

beninge rasa, pambuka kamulyan...”

OPENING :

Sosok-sosok berjalan menempuh awal perjalanan, mereka menuju bahtera perjalanan laku spiritual dengan serempak melantunkan “ngelmu alif tumeka samudraning rasa”. Dalam perjalanan mereka dihaturkan sebuah penggalan sajak:

“Alifmu

pedang di tanganku

Susuk di dagingku

Kompas di hatiku”

Mereka masih bersama-sama melantunkan “ngelmu alif tumeka samuderaning rasa” lalu berikrar bersama-sama:

Alifmu pataka”

Pataka dibelah tujuh

Menembus lapis petala langit

Alifmu pataka

Rambut dibelah tujuh

Menembus lapis magma bumi”

Mereka menuju perjalanan untuk sampai pada titik persinggahan pertama, di sebuah bekas bukit yang sudah ditambang. Di titik pertama, mereka menempuh bahtera qudrah.

PERSINGGAHAN PERTAMA : BAHTERA QUDRAH

Di sebuah bahtera mereka menempuh berbagai peristiwa, di atas kapal mereka menjadi awak kapal yang menempuh perjalanan, ada yang jadi nahkoda, kelasi kapal dan ada yang memegang lampu badai, sampai mereka menyaksikan dari atas kapal, di mana saat itu juga mereka terombang-ambing oleh badai dan gelombang, suasana mencekam, mereka ingin singgah akan tetapi, mercusuar yang mereka cari sudah hampir tumbang, lalu salah seorang dari mereka mengucapkan potongan sajak:

“Bukit-bukit itu sasmita

Risalah rasi bintang

kandungan ibu, paku bumi

dihempas badai”

seluruh awak kapal hamper terombang-ambing, ada yang bergulung-gulung, ada yang terjungkal, akan tetapi mereka tetap berusaha teguh dalam menempuh perjalanan.

PERSINGGAHAN KEDUA : MENGGALI AIR NURANI

Selepas mengarungi samudera, sosok-sosok mulai menggali-gali sumber air kehidupan. Mereka menggali tanah, udara, api dan logam, di bekas sebuah tambang batu yang kedua, mereka menerka-nerka bahwa sumber mata air ada di luar dirinya, akan tetapi mereka tertipu, ternyata sumber itu berada di dalam dirinya sendiri. Mereka mengeksplorasi gentong dengan bergumam di dalam gentong, menabuh-nabuh dimulai dari kesunyian diri sampai bergolak , di sekililing mereka dipagari dengan bebatuan kecil dan lampu-lampu kecil di atas cobek sejumlah Sembilan. Kemudian berusaha keluar dari lingkaran yang mengepung dirinya. Lalu mereka menempuh perjalanan pada persinggahan ketiga, menuju pertemuan jagat alit dan jagat gedhe.

PERSINGGAHAN KETIGA: ASMARAGAMA (MANUNGGAL JAGAT ALIT LAN JAGAT GEDHE)

Lokasinya di sebuah lereng bukit ketiga, diawali dengan dengan sesosok yang menyuarakan penggalan tembang:

“Aduh Gusti pakertining ngelmu

ingkang tumrap ning ngalam dunyo

Agomo ageming aji.

Sopo entuk wahyuning Allah

Gyo dumilah mangulah ngelmu bangkit

Bangkit mikat reh mangukut”

Kemudian tembang itu lagukan, tembang pangkur, suasana tepatnya di bawah pohon yang di gantungi dengan kukusan yang berisi air. Di bawahnya ada sosok yang sedang mencangkul tanah harapan unruk ditanami biji-biji kearifan,, yang kelak tumbuh dan berkembang. Hingga bisa buat bernaung dan buahnya kelak menjadi bekal menuju keabadian. Saat melalukan ini didiringi ritus tarian-tarian eksploratis dan magis.

PERSINGGAHAN KEEMPAT : AKAR KENANGAN

Selepas menumpuh perjalanan penyatuan diri dan semesta, sosok itu kemudian menguarai beberapa kenangan akan dirinya. Kepala dia digelantungi dengan akar-akaran yang di sambungkan dengan bebatuan atau orang-orangan yang membawa, bara (abu), es batu balok (dingin), kering (dedauanan dan ranting kering), serta batu-batu yang tidak beraturan. Lalu sosok itu mencoba terlepas darinya. Dan perlahan-lahan melepaskan akar kenangan dan menempuh perjalanan selanjutnya. Lalu berujar: kucari semesta, kupilih semesta, jadilah semesta!

PERSINGGAHAN KELIMA: PIRAMIDA TAJALI

Muncul dari balik gelapan, suara remang-remang, lalu sosok-sosok itu memasuki area sisa tambang batu yang dibangun sebuah piramida alam semesta (benda-benda, mahluk dan pengejawantahan yang Esa). Mereka menuju tempat itu dengan riang dan melantukan nyanyian yang riang:

Preng reketek

gunung gampimg ambrol

Susu mentek-mentek

bokong gedhe megal-begol.

Lalu mereka naik piramid dari batang bamboo itu secara perlahan-lahan sambil membacakan “cinta adalah hembusan angin”. Sampai salah satunya di atas, lalu melihat ke bawah, dan menyuarakan suara bebukit:

Bukit satu persatu gugur

Terpencar acak-acakan

Berhamburan bagai kapas

Diterbangkan kebringasan

Diterjang angkara murka

Tandon hayat pun jadi mayat

Lalu bergerak-gerak lagi dan kembali mengutarakan kondisi alam yang telah hina dina, dengan menyuarakan:

Tujuh bukit tercerai berai

Ke mana arah pulang

Jika mencusuar itu tumbang!

Lalu mereka turun perlahan-lahan dengan tenang dan setelah sampai di bawah mereka melanjutkan perjalanan dengan lebih bersahaja, dengan melantunkan:

pring reketeg gunung gamping ambrol

ati kudu teteg ja nganti urip kagol

pring reketeg gunung gamping ambrol,

uripa sing jejeg nek ra eling jebol

sampaikan mereka menuju pada persinggahan yang ke enam.

PERSINGGAHAN KEENAM: SALIK SUNGSANG (PERTARUNGAN MATERI DAN IMATERI)

Di kaki bukit sisa tambang. Sosok ini selepas dari perjalanan tajali, ia mengalami ujian dalam kehidupan yang telah dikusai oleh segala bentuk atribut dan benda-benda yang dimuliakan, disanjung dan dikeramatkan, ia mencoba keluar dari dunia materi dengan cara mati ing njeroni urip, ia dalam kondisi sakau, menimbang kesaksian akan ke-Esa-an dengan manusia-manusia yang telah diperbudak pangkat dan benda-benda. Dalam pertaruhanya ia berusaha kokoh, tetapi selalu dihinggapi oleh mimpi-mimpi yang menjelma anatomi kematian yang terbaca secara terbata-bata. Akan tetapi dengan keteguhan dalam menempu ujian ia mencoba berserah pasrah pada yang kuasa segala. Dengan yakin dalam diri dan mengutarakan:

Alif jisim latif.

naqdu
jauhar sejati,

ialah syahadat jati.

darah hidup.

rasa sejati

Dzat Sukma

PERSINGGAHAN KETUJUH : PERENUNGAN

Lalu sampai pada persinggahan yang ketujuh , di mana ia melakukan perenungan dan membaca sebuah pengetahuan yang ia peroleh dan berujar:

adakah cinta yang bersumpah pada langit dan bumi?

suatu saat nanti langit runtuh, bumi terbang bagai kapas

keagungan cinta siapa yang kau bicarakan,

perjalanan panjang mana untuk sampai?

sebab keagungan cinta adalah milik Maryam kepada isa

dan perjalanan panjang adalah ketika musa membelah

dan melewati laut merah.

adakah yang lebih berat dari bumi?

Ada, beban ibu ketika mengandung dan melahirkan

adakah yang lebih tinggi dari langit?

ada, harapan ayah ketika mendidik dan membesarkan anaknya

cinta adalah hembusan angin

diiringi dengan beberapa sosok yang mendengarkan, lantas perlahan-perlahan bangun dan menebarkan dedaunan kering dan diiringi dengan tembang.

CLOSING

Seluruh pemain duduk melingkar di tengah-tengah  ada tumpeng dan dibacakan doa, kidung rumekso ing wengi:

Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno

Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak

Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa

Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman<

Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal.

SELESAI
(diramu kembali pada Februari 2019).

*) Rakai Lukman, lelaki kelahiran Desa Sekapuk Ujung Pangkah Gresik, RT. 04 RW.03. Nama Aslinya: Luqmanul Hakim. Semasa kecilnya menikmati bangku sekolah di TK dan MI Bahrul Ulum Sekapuk. Remajanya di sekolah Mts. Dan MAK Assa’adah Bungah Gresik, sempat dalam asuhan PonPes Qomaruddin Sampurnan Bungah selama kurang lebih enam tahun. Di bangku Aliyah mulai berkenalan dengan teater dan puisi. Sejak saat itu ia tergabung dalam kelompok teater pelajar, Teater Havara MA Assa’adah Bungah. Juga diberi kesempatan sebagai Ketua EXIST (Extra Ordinary of Islamic Student).

Selanjutnya pada jenjang perguruan tinggi negeri, ia singgah di IAIN Sunan Kalijaga, berkenalan dengan Teater ESKA IAIN SUKA. Selama setahun ngangsuh kaweruh di situ. Selanjutnya dengan beberapa teman mendirikan Sanggar Jepit di Yogyakarta. Lalu nimbrung di Roemah Poetika, ikut ngaji puisi. Juga diberi kesempatan jadi Ketua IMAGE (Ikatan Mahasiswa Gresik di Yogyakarta).

Tahun 2010, pulang ke kampung Halaman, kembali bersinggungan dengan dunia teater dan pernik-pernik kesenian. Ikut ngopi dan nongkrong di KOTASEGER (Komunitas Teater Sekolah Sekab. Gresik). Pun diberi kesempatan bertegur sapa dengan DKG (Dewan Kesenian Gresik), sebagai ketua Biro Sastra 2016-2021. Ia sempat sebagai Pembina Ekstra Teater di SMKN 1 Sidayu, Teater Cakrawala SMK Ihyaul Ulum Dukun. Juga menjadi Guru tiban SBK di SMK Ihyaul Ulum Dukun Gresik.

Dari tahun 2000 sampai sekarang, beberapa karyanya ikut nampang di alam kesusastraan, di antaranya: 1). Antologi bersama dalam “Kitab Puisi I Sanggar Jepit” tahun 2007, “Burung Gagak dan Kupu-kupu” tahun 2012, dan “Lebih Baik Putih Tulang Dari pada Putih Mata” Seratus Penyair Nusantara, Festival Puisi Bangkalan II, tahun 2017. 2). Beberapa essai dalam “Seratus Buku Sastra Indonesia Yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan” Iboekoe tahun 2007. 3). Cerpen “Gadis Kebaya Ungu” menjadi cerpen pilihan terbaik, pada Lomba Ukiran Karya Hati (LUKH) tahun 2010. 4). Puisi dan cerpennya dipublikasikan di Arena, Advokasia, Balipost, Majalah Sabili, buletin sastra Pawon Solo, Buletin Gerawasi. 5.) Naskah Teater (Para Pejalan lelah, Fatrah, Merah Putih Tak Bertuah, Laskar Bersarung, Ratapan lelaki Senja, Tuffah dan Delima Separuh). 6). Puisi “Santri Bengawan”, menjadi puisi terbaik pada lomba SMP (santri menulis puisi) tahun 2017.

Dari tahun 2000 sampai 2017, diberi kesempatan ikut dalam beberapa proses pertunjukan, di antaranya: 1). Pementasan “Petang di Taman” Karya Iwan Simatupang (T. Havara) di AULA SMAN I Gresik, tahun 2001. 2). Pementasan Teaterikalisasi Puisi “Isyarat Jibril” (T. ESKA) di AULA UIN Sunan Kalijaga, tahun 2003. 3). Pementasan “Yang Paling Tidak Sopan” (Sanggar Jepit) dipentaskan di 4 kota (Yogyakarta, Kudus, Pemalang dan Surabaya) tahun 2004. 4). Sutradara “Para Pejalan Lelah” (S. Jepit) tahun 2007 di CafĂ© PUB Yogyakarta. 5). Pementaskan Naskah “Tiang Debu” (Gresik Teater) di Gedung Cak Durasim pada acara KTI tahun 2010. 6). Penulis Naskah dan Sutradara “Merah Putih Tak Bertuah” (T. Paser)  dipentaskan di Lap. STAI Qomaruddin tahun 2011. 7). Pementasan Performance Art “Air Mata Tanah” (Gresik Teater) pada teater ruang publik Festival Seni Surabaya 2010   di Monkasel Surabaya. 8). Penulis Naskah dan Sutradara “Ratapan Lelaki Senja” dipentaskan di AULA IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2012. 9). Pembaca Puisi pada “Penyair Muda Baca Puisi” di Taman Budaya Yogyakarta tahun 2006. 10). Penulis Naskah dan Sutradara Drama kolosal “Laskar Bersarung”, produksi bersama MA Ihyaul Ulum dan KORAMIL Dukun tahun 2015, dipentaskan di lapangan Sambo Dukun Gresik. 11). Mementaskan monolog puisi “Mega Bukit” pada acara Sadu II Teater Akeq IAI Qomaruddin Bungah Gresik dan Terminal Budaya Lintas Jatim XI Teater Ndrinding SMAHITS Lowayu Dukun Gresik, tahun 2017.

Dalam beberapa tahun terakhir diberi amanat untuk menjadi pemateri Diklat di beberapa sekolah di kabupaten Gresik, diantaranya: T. Cepak (SMAN I Gresik), T. Pendopo (MAN Bungah), T. Havara (MA Assa’adah), T. Lampu (SMAN I Sidayu), T. SAQ (SMA Assa’adah), T. Sakalentang (SMA Al-Karimi Tebuwung) T. Pager MA Ihyaul Ulum Canga’an. Juga menjadi Juri di berbagai perlombaan, diantaranya: Pantomim TK tingkat kecamatan (Bungah dan Panceng), lomba teater di SMK NU Trate se Kab Gresik, Lomba Baca Puisi dan teater di MAN Bungah, Juri puisi Aksioma di desa Wotan sekecamatan Panceng. Kini bercita-cita membentuk komunitas dengan nama JANPOET (Jam’iyah Art ‘N Poetika), sekaligus pengen punya Langgar Baca. Semoga tercapai. Amin. No Kontak: 08563229239 E-mail : ulyadzirwa@gmail.com/sastradkg2017@gmail.com
http://sastra-indonesia.com/2019/08/risalah-tujuh-bukit/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena DĂ© M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar