Jumat, 26 Juli 2019

Sosiawan Leak Menolak Korupsi ! *

Nurel Javissyarqi **

Judul di atas dan senadanya merupakan harapan Leak, atau dalam hati kecilnya bersuara lantang : “Harusnya ada titel semacam itu!” Namun dia tidak menyangka, perihal tersebut turun dari jemari tangan seorang pengelana. PMK, adalah panggung Sosiawan Leak menolak korupsi!

Saya mengenalnya sebelum masa-masa Reformasi NKRI 1998, dan pertemuan dengannya di Taman Budaya Surakarta (TBS), entah pada tahun 1995, 96, 97, juga di tahun 2001, sewaktu saya hendak menggelar pentas musikalisasi puisi dipadu gamelan dan tari bersama Komunitas Lapen 151 Jogja, yang berlabel “Di Bukit Pasir Prahara” dari kitab antologi puisi “Balada-balada Takdir Terlalu Dini.”

Jelasnya, saya kerap mampir di TBS untuk istirah sejenak sambil menikmati sejuknya pendopo, dikala dalam perjalanan menaiki motor dari Lamongan menuju Jogjakarta, ketika mengambil jalur Bojonegoro-Padangan-Ngawi-Sragen. Berbeda jika melewati jalan nJombang-Madiun-Ponorogo-Wonogiri, mampir di rumah teman lama di Desa Ngelipar, Gunung Kidul. Perjalanan yang selalu menyenangkan mencipta rindu, dan sering mendapati Leak di T.B. Surakarta, sebagaimana layaknya penyair tulen alias ‘gelandangan.’

Saya kurang akrab dengannya, setidaknya belum pernah mengucapkan salam ‘Jancok’ untuknya. Tapi mungkin ada seutas tali lembut menghantarkannya inbox, saat awal kali memulai gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK), namun seirama lantunan lagu ndangdut “aku mundur alon-alon...” lantaran kurang sepakat dengan plakat besar yang diusungnya meski bagus, dengan alasan tidak mempunyai puisi baru. Setidaknya saya sadar posisi, dan kebetulan saat itu dalam pengelanaan kedua di Bumi Reog Ponorogo (2011-2014, yang pertama tahun 2001).
***

Leak tidak mungkin menggunakan istilah ‘Lawan’ atau “Puisi Melawan Korupsi,” sebab kata ‘Lawan’ sudah tersemat di tubuh-puisi terkenalnya Wiji Thukul. Di Jogjakarta waktu itu, saya kuliah di kampus dibawah naungan yayasan Sri Sultan Hamengkubuwono, Universitas Widya Mataram (UWMY). Salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta yang banyak melahirkan kaum pergerakan, giat memancing sekaligus mengobarkan demonstrasi ; di Perempatan Kantor Pos Malioboro, di Perempatan Kampus IAIN SuKa (UIN Sunan Kalijaga), di Bundaran UGM, dan penggagas festival kesenian tandingan daripada Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) yakni FKR (Festival Kesenian Rakyat), yang perhelatannya berpusat di sekitar pasar Ngasem Ngayogyokarto.

Dan berita hilangnya Wiji Thukul, disaat-saat hari menjelang diundangnya dalam acara yang kami selenggarakan. Maka buyarlah kegiatan FKR di hari itu juga, dan semenjak beredar kabar peristiwa tersebut, saya bersama penyair Y. Wibowo beserta kawan-kawan lainnya tidak lagi tampak di permukaan. Lalu, sebagai buah tangan kesemangatan kala itu, terbitlah buku “Trilogi Kesadaran” (Kajian Budaya Semi, Anatomi Kesadaran, dan Ras Pemberontak) 2006, PUstaka puJAngga.
***

Di mulai tahun 2013, Leak bersama Heru Mugiarso mengajak para penyair lainnya untuk menaiki gerbong kereta PMK, hingga bulan Juli 2019 ini, roadshownya telah mencapai #55, bersamaan laku-nya menyentuh bencah tanah Wali di Gresik. Sepertinya, penyair Mardi Luhung tidak dilibatkan atau barangkali enggan seturut serta. Perjuangan Leak dan para penyair di beberapa kota di seluruh penjuru Indonesia dengan himpunan antologi-antologi puisi, mempertebal garis gerilyanya menolak bentuk-bentuk korupsi yang semakin tumbuh subur di Tanah Air tercinta, sebagaimana jamur pada umumnya di negeri sedang berkembang.
***

Dengan huruf besar ‘Menolak’ yang berulang-ulang diperkuat, memberinya ruang tersendiri dari kata ‘Lawan’-nya Wiji Thukul. Lalu, di mana batas Leak bersuara? Apakah cukup dikenang sebagai bagian daging segar sejarah sastra? Dengan berkelakar saya berkata : ‘Kalau ujung perlawanan Leak hanya dikabarkan ‘diciduk,’ maka riwayatnya kurang indah, akan lebih menarik suatu waktu ditembak seorang oknum, misalkan.
***

Di sudut berbeda, kegiatannya yang didukung bolo-bolo penyair seakan hendak menunda suara terompet senjakala susastra, dan almarhum W.S. Rendra seolah-olah merentangkan tangan dalam kuburnya, menyambut gema suara kata-kata puisi yang kian waktu melemah, jikalau perhelatan PMK di beberapa kota layaknya reunian, sedang di sisi jalan lain para koruptor merajalela. Di sini, teringat kata-kata yang pernah saya guratkan : “Negara yang masih memberikan nafas para koruptor, janganlah heran, kalau nantinya menjamur para koruptor yang lebih banyak lagi.”
***

Takdir seniman (penyair) melontarkan suara lain, jalan berbeda satu-satunya, atau jalanan sunyi sendirian di antara berlalunya karya-karya pesanan, kecuali ‘Keris Gandring.’ Ianya tetap duduk menyendiri di tanjung karang, atau di pinggiran jurang pahit letih kehidupan, dan ada yang selalu digembolnya kuat, pun berulang kali dibukanya lelembaran hayat, pula memertajam ujung pena, memeruncing panca indranya, sambil menginsyafi kefanahan perubahan musim di dunia. Ia tak duduk di atas menara gading sambil memantau riak-riak ombak, namun jadi debu-debu jalanan yang mencapai ketinggian apapun tanpa kelihatan, ditiup angin segar kembali memelajari kerahasiaan pribadi di antara membaca, ingat dan waspada sepenuh takdir yang melekat. Dan kemerdekaan butiran debu, menusuk bola-bola mata manusia yang dirasuki hantu-hantu serakah.
***

Apakah Roadshow PMK serupa mencipta api unggun di tengah-tengah malam, menampilkan wajah-wajah lantas hilang ditelan pagi, ataukah lingkaran-lingkaran kecil itu nantinya bersatu menjelma besar, guna menumbangkan raksasa korupsi bersama antek-anteknya? Atau malah membuyar sebelum waktunya, menjadi catatan ringan, mewujud beberapa buku, sementara wabah koropsi terus beranak-pinak. Lantas di mana ujung pena lebih tajam dari pedang? Karena tidak cukup busa gelombang merontokkan meski berulang-ulang. Barangkali, senjata rakitan bisa membungkam, yakni cara-cara tidak lazim, maka cobalah dipikirkan! Sebab, tidak cukup dengan kata ‘Menolak’ dan ‘Lawan,’ namun harus berkata : “Hancurkan!”
***

Saya membayangkan, komunikasi para penyair PMK di beberapa kota di seluruh Nusantara, nantinya tak sekadar berkarya sebagai gerilyawan kata-kata, tidaklah cuma memertajam makna barisan kalimat indah, tetapi paduan suaranya sanggup menjebol gendang telinga penguasa, meruntuhkan patung-patung kedholiman, menghancurkan tembok pembatas jalannya hukum alam. Hal itu bukan mustahil dilalui, namun sangat sulit terealisasi. Mungkin harus membuka jalur-jalur anyar, agar tak jatuh sesuara asing di seberang kenyataan, tidak menjadi kemewahan di tengah-tengah rakyat, tidak lantas duduk di kursi paling depan menjadi topik pembicaraan yang jauh dari cita-cita. Misalkan, muncullah istilah baru yang kian terasing, ‘Sosiawan Leak Presiden Penyair Anti Korupsi,’ ‘Leak, Sang Panglima Puisi Menolak Korupsi’ dst. Maka yang didapat semakin blunder seperti yang sudah-sudah, sejarah susastra ‘mendompleng’ sejarah besar Bangsa Indonesia, yang hanya sebagai pemanis gagah-gagahan, seperti keganjilan masa perang telah usai, dan Bung Tomo diundang di TIM membacakan puisinya (Tempo, 3 September 1977).
***

Selama panggung pergerakan penyair-penyair PMK dipandang tidak membahayakan atau tidak mengancam jiwa-jiwa koruptor, perihal itu mendekati sia-sia, meski sisi lain sikap putus asa ialah perbuatan dosa. Agar tidak ambruk harapannya, keniscayaan para seniman (penyair) di sini harus tetap ditegakkan, dikibarkan panji-panji keyakinannya, demi perjuangan selalu teringat dari tujuan awal. Karena yang dilalui sudah benar, lebih terangnya musuh tampak di depan mata, realitas korupsi makin menggurita, maka suara lantangnya para penyair sebagai kenyataan puitik, jauh penting lagi pertemuannya menjelma peristiwa makna puitika yang sesungguhnya, amin.
***

Alhamdulillah, roadshow PMK kali ini bertempat di Pesantren Pendopo Watu Bodo, Dusun Tegal Sari, Desa Pangkah Kulon, Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur. Saya teringat sembilan belas tahun lalu, tepatnya 2001, dari situlah saya mengawali titik niatan merevisi “Kitab Para Malaikat” (KPM) sebelum terbit, yang tertulis di Yogyakarta tahun 1998-1999. Dari Pesantren Watu Bodo ke Rembang, menuju Watucongol Muntilan Magelan, ke Gebang Tinatar Tegalsari Ponorogo dan seterusnya, hingga masanya bundelan itu rampung menyatu, yang dipengantari Kritikus Maman S. Mayahan tahun 2007, PuJa.

Jika Leak datang, maka akan tahu di mana letak salah satu bumi pertapaan di antara jiwa-jiwa pengelanaan ini berteduh, yang baru sekarang saya sebutkan, sebab di KPM sengaja tidak dicantumkan.
***

­­­­­_____________
*) Pemantik dalam Roadshow “Puisi Menolak Korupsi” #55 di Gresik, 27 Juli 2019.
**) Pengelola website Sastra-Indonesia.com , salah satu buku kritik sastra karangannya “Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia,” terbitan PuJa (PUstaka puJAngga) 2018.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar