Senin, 28 Januari 2013

Ibu Adalah Puisi

Alex R. Nainggolan *
Lampung Post, 30 Des 2012

IBU adalah puisi. Puisi bagi kehidupan. Puisi yang panjang terbentang. Di setiap denyut nadinya, langkahnya, ataupun helaan napasnya. Maka, berbahagialah kaum hawa—yang notabene kelak menjadi Ibu bagi anak-anak mereka. Dengan segala kegetiran dan kesenangan terhadap kehidupan, pula setelah mengandung anak mereka selama kurang lebih sembilan bulan. Mereka (kaum Ibu) paham bila mereka tengah menjalani kodrat. Menyimpan apa yang ada di pikirannya saat menjalani masa kehamilan. Menangguhkan segenap derita—yang mungkin akan dialaminya bagi anaknya.
Saat melahirkan seorang anak manusia, kaum Ibu merupakan manusia yang hebat dan kuat. Mereka seperti sebuah “pintu” yang mengantarkan sosok manusia baru. Konon, saat di kandungan kehamilanpun, para Ibu sudah dapat berbicara dengan bayi yang dikandungnya. Mereka merasakan setiap denyut kehidupan yang menghuni janinnya. Ketika si jabang bayi berdetak ataupun mulai menendang-nendang di dalam perut. Dan, bagi saya di sanalah mula kata pertama terbentuk. Semacam bahasa Adam yang purba. Rangkaian percakapan saat dalam kandungan itu tak bersifat verbal belaka. Melainkan menelisik pada kesatuan yang padu.

Ketika itu, kaum Ibu seperti teguh untuk memahami tabiat yang ada di kandungannya. Katakanlah untuk bercakap atau mengajari si-anak dengan “kata pertama”. Kata-kata yang memang tak terbentuk dari rangkaian vokal dan konsonan. Meskipun demikian, hadir semacam bahasa batin, yang tak tercakapkan. Hematnya, itulah sebuah puisi. Kata-kata itu tak berwujud, tapi menemukan maknanya sendiri. Dan hal tersebut dirasakan pula oleh bayi yang ada dalam kandungannya.

Simak saja, bagaimana upaya penyair Oka Rusmini “memotret” rahim—yang kelak dihuni janin—dalam sajaknya: dari darah aku terbentuk/ari-ari yang membungkus tubuh/menguliti rasa takut/dinding-dinding itu/menyembunyikan setiap daging manusiaku//dua bentuk makhluk/menyekutukan kekuatan/menembus waktu/melubangi rasa/laut pecah dalam kebersamaan// (sajak “Rumah Rahim”; Warna Kita; Grasindo, 2007; hal. 30).

Betapa rahim dengan segenap misteri yang meliputinya, menjelma jadi “rumah pertama” bagi umat manusia—melalui napas sang Ibu. Jalinan itu menjelma kelindan yang panjang, menciptakan sebuah sejarah bagi kehidupan itu sendiri. Rahim yang tersesak, ketika terjadi pertalian yang akrab antara Ibu dan si-jabang bayi. Dan tak mengherankan pula, saat di dalam kandungan—si bayi dapat menangkap auran bunyi. Dengan kata lain, jika bunyi itulah yang simetris dengan puisi.

Ia, dengan segala keterbatasan sebagai manusia, tentunya merupakan titik nol dari kehidupan itu sendiri. Sebuah perjalanan dari umur manusia. Mula segala amsal dengan ratusan sejarah yang melingkupinya kelak. Di titik permulaan ini, sosok Ibu menjadi guru pertama—yang mengajarkan makna kata.

Sosok Ibu—yang notabene kaum Hawa, mengingatkan pula kita pada perkataan masyhur dari Napoleon Bonaparte,”Di belakang lelaki kuat, pasti terdapat sosok perempuan hebat; ialah Ibu.”

Kasih Ibu Sepanjang Jalan

Ada sebuah pepatah berujar,”Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.” Meninggalkan pengertian yang cukup dalam, jika kasih Ibu, memang tak pernah mudah pudar. Ia akan terus bergetar dan berdenyar, sepanjang hidup si-anak. Meninggalkan guratan panjang, jika kasih Ibu senantiasa ada dan terasa. Di sepanjang napas hidup anaknya.

Dengan kasihnya pula, sang Ibu mengajarkan anak-anaknya untuk berkata. Ia mengenalkan kata pertama—saat bayi mulai belajar mengucap. Kata-kata yang dieja layaknya sebuah puisi. Maka, kata-kata dari seorang Ibu merupakan pengenalan pertama terhadap makna. Ia dengan segala penjelasannya, menciptakan sebuah tatanan baru bagi si-anak. Yang menghidupkan sebuah cakrawala baru, khazanah ataupun pengetahuan.

Kasih Ibu ini akan terus memanjang, bahkan ketika si-anak yang dilahirkannya telah dewasa sekalipun. Seperti tak putus. Tak heran pula, jika Wiji Thukul “mengadu” kepada Ibunya dalam sajak yang ditulisnya: ibu pernah mengusirku minggat dari rumah/tetapi menangis ketika aku susah/ibu tak bisa memejamkan mata/bila adikku tak bisa tidurkarena lapar/ibu akan marah besar/bila kami merebut jatah makan/yang bukan hak kami/ibuku memberi pelajaran keadilan/dengan kasih sayang/ketabahan ibuku/mengubah rasa sayur murah/jadi sedap// Sajak ini ditutup dengan kalimat: dengan kebajikan/ibu mengenalkan aku kepada tuhan// (Aku Ingin Jadi Peluru, Indonesiatera, 2004; hal. 14)

Atau bagaimana penyair Joko Pinurbo bertutur tentang Ibu:
Ibu suka membacakan buku untuk menghantar tidurku.
Aku terbuai mendengarkan ibu dan buku, mendengarkan ibuku
Sambil membayangkan dan bertanya ini itu.
Akupun terlelap dalam mimpi, terbang ke tempat-tempat yang belum kukenali.
Ketika bangun kurasakan basah di celana.
Wah, beta telah ngompol dalam dekapan bunda.
Bila aku pamit sekolah, ibu tak pernah bilang jangan nakal
dan bodoh, jangan membantah guru dan menyanggah buku.
Ibu hanya mengecup jidatku: buka hidupmu dengan buku.
Pada saatnya, beta harus meninggalkan bunda sebab tak bisa
selamanya menyusu pada ibu. Aku harus mencari susu baru.
Sambil menahan airmata, ibu memeluk dan menciumku:
Pergilah. Terbanglah. Akupun terbang bersayapkan buku
ke antah berantah yang bagiku sendiri masih entah.

Ketika suatu saat aku pulang ke rumah ibu,
Ibu sudah menjadi buku yang tersimpan manis di rak buku. (Sajak “Ibuku”)

Betapa Ibu acapkali hadir menggugah dari dunia kanak-kanak, yang begitu hangat. Terasa ada getir parodi yang menelusup di sana. Justru menciptakan aura mistis yang tak bisa ditipu. Ibu menyimpan sebuah dunia yang dirindukan, untuk tetap diingat. Dengan pelbagai kedekatannya terhadap anak. Ia, menjelma sebuah proses yang tak lengkang dari ingatan. Kenangan yang kukuh dan ingin direngkuh. Senantiasa tumbuh di setiap perjalanan langkah sang anak.

***

Tentunya, kita mesti melupakan pula sejumlah kegetiran yang lain. Mengapa banyak janin bayi yang di-aborsi. Ataupun ada seorang Ibu yang tega membuang bayi yang baru saja dilahirkan ke tempat sampah, kardus, atau ke dalam kantong kresek hitam. Juga Ibu yang tega memukuli anaknya hingga meninggal dunia. Saat dunia terasa begitu durjana, dengan berita tragedi ihwal seorang Ibu yang tega meninggalkan anaknya dari bayi. Dan berusaha melupakannya. Sekaligus melupakan jati dirinya sebagai Ibu.

Memang dengan sejumlah paradoks itu, kita kerap dihinggapi kenyataan yang menyesakkan dada. Namun setidaknya, peranan Ibu tak akan pernah pudar. Bahkan dalam Islam sendiri, betapa sosok Ibu hadir begitu luhur: bila sorga berada di telapak kakinya. Ia, dengan belaian lembut perempuan senantiasa menjaga “kata-kata” di puisi kehidupan, hingga sang anak beranjak dewasa. Dan si-anak membuat sendiri puisi dengan kata-katanya. Kata-kata dari Ibunya sendiri.

Semacam yang ditulis Iwan Fals dalam lagunya—yang bagi saya adalah puisi juga:
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh/ lewati rintang untuk aku anakmu/ Ibuku sayang masih terus berjalan/walau tapak kaki, penuh darah/ penuh nanah/seperti udara/kasih yang kauberi/tak mampu ku membalas/ Ibu…

*) Alex R. Nainggolan, Penikmat puisi, menetap di Poris Plawad
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2012/12/ibu-adalah-puisi.html

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar