Rabu, 26 Desember 2012

Merebut Agenda Politik Bersastra

Budi P Hatees
Harian Analisa, 2 Des 2012

USAI membaca dua esai di media ini, “Sastra Sumatra Merdeka Bukan Slogan Kosong” ditulis Yulhasni, dan “Sastra Sumatra Merdeka” ditulis Afrion, saya teringat pada para elite di daerah sekitar awal dekade 2000. Mereka berteriak tentang pentingnya desentralisasi dalam membangun daerah. Mereka mengasumsikan, desentralisasi itu syarat utama untuk mewujudkan reformasi yang berhasrat besar membangun otonomi daerah. Otonomi daerah itu, konon, dibayangkan sebagai sebuah keadaan yang memposisikan pemerintah daerah sebagai pemegang kekuasaan atas berbagai dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara di aras lokal.
Dalam sejumlah seminar dan diskusi, misalnya yang ditaja Forum Gubernur se-Sumatra, perkara desentralisasi ini mengerucut jadi semacam slogan untuk mengurangi campur tangan Jakarta terhadap urusan rumah tangga di daerah. Kemudian disepakati, daerah-daerah di Pulau Sumatra akan membangun berbagai fasilitas untuk menyaingi Jakarta, seperti jaringan listrik yang terkoneksi dari Lampung sampai Aceh karena sumber energi listrik terbesar di negeri ini ada di Pulau Sumatra guna mendukung investasi di sector angroindustri dan agrobisnis terutama sawit dan karet.

Bahkan, para Gubernur se-Sumatra sampai pada kesimpulan pentingnya Pulau Sumatra memiliki jaringan rel kereta api, maskapai penerbangan sendiri dan terakhir harus ada jembatan yang menghubungkan Pulau Sumatra dengan Pulau Jawa. Perkembangan selanjutnya kita tahu, semangat yang digaungkan para Gubernur se-Sumatra itu justru meredup karena tak dibarengi dengan penguatan pemikiran terkait pentingnya sebuah nasionalisme yang khas Pulau Sumatra, yang mampu merekatkan seluruh warga bangsa di Pulau Sumatra.

Upaya daerah membangun Forum Gubernur se-Sumatra untuk merebut posisi sentral, justru menegaskan fakta yang sebenarnya bahwa posisi Jakarta sebagai sentral tak akan tergoyahkan. Penyebabnya, agenda yang dirancang para kepala daerah itu adalah agenda-agenda yang memiliki ketergantungan dengan Jakarta. Terutama karena peraturan perundang-undangan sebagai orde bagi seluruh warga bangsa dan Negara selalu memposisikan Jakarta sebagai pusat segala sesuatu. Seperti telah dibayangkan, bukan keberhasilan atas perjuangannya yang dirauf para Gubernur se-Sumatra, sebaliknya justru kekecewaan.

Jejak-jejak dari keinginan para Gubernur se-Sumatra ini muncul dalam esai Yuhasni dan Afrion. Keduanya menawarkan gagasan pentingnya melawan Jakarta sebagai sentral dalam dinamika kehidupan kesusastraan di Negara ini. Meskipun perlawanan yang dimaksud tak jelas hendak mengobarkan apa, kecuali sejumput keluh-kesah yang terdengar seperti ratapan.

“Gerakan Sastra Sumatera Merdeka,” tulis Yulhasni, ” muncul sebagai akibat terjadinya hegemoni pusat (baca : Jakarta) terhadap berbagai bentuk penciptaan karya, distribusi karya, bahkan sampai penyelenggaraan kegiatan sastra.” Afrion, yang banyak mengamini Yulhasni, mengerucut pada gagasan bahwa Sastra Sumatera Merdeka harus membatasi dominasi teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan Jakarta dalam menguasai pangsa pasar daerah.

Yulhasni dan Afrion meratap? Ya, karena persoalan yang dipersoalkan sesungguhnya sangat sepele. Kedua penyastra ini mengasumsikan, karya-karya sastra yang ditulis para sastrawan dari Pulau Sumatra (khususnya Sumatra Utara) bernasib lebih malang dibandingkan nasib karya yang ditulis sastrawan dari Pulau Jawa (Jakarta). Menurut mereka, karya sastrawan dari Jakarta menjadi bacaan sebagian besar pembaca sastra di negeri ini karena didukung penerbit buku yang bonafit dan distribusi yang luar biasa.

Taruhlah mereka benar, tapi bagaimana mereka akan mengatasi semua hal yang diratapi itu, sehingga karya sastrawan Sumatra Utara menjadi bacaan bagi masyarakat Sumatra Utara?

Masa lalu sastrawan Sumatra Utara, setidaknya, tak bisa disamai dengan sastrawan masa sekarang. Nama-mana besar sastrawan Sumatra Utara tak cuma tercatat, tetapi juga memiliki fenomena sendiri dalam menentukan perkembangan kesusastraan di Tanah Air. Sastrawan Sumatra Utara hari ini, nyaris tak punya sejarah untuk menandainya. Karya mereka, yang bertebaran di ruang-ruang sastra media cetak, juga yang diterbitkan dalam bentuk antologi kolektif, hampir tak punya teriakan. Karya-karya itu lahir dengan suara yang hanya terdengar di Sumatra Utara.

Barangkali persoalannya bukan pada hagemoni Jakarta, tapi karena wibawa karya sastra para sastrawan Sumatra Utara memiliki nasib yang buruk dalam masyarakatnya. Begitu sastrwan Sumatra Utara menyiarkan karyanya, gemanya hanya akan sampai pada radius beberapa meter, hanya di seputaran para sastrawan. Keadaan semacam itu, kiranya siapa pun tahu, bukanlah lantaran kesalahan Jakarta yang terlalu hagemoni. Jakarta tak mengurusi sastra dan sastrawan Sumatra Utara, karena sastra dan sastrawan Sumatra Utara punya batas sendiri bagi pengaruhnya.

Berbeda halnya dengan Bangka-Belitung yang masih dalam wilayah Pulau Sumatra. Kehadiran kesusastraan modern di provinsi itu, sejak novel Laskar Pelangi muncul, benar-benar menjadi sebuah pertanda perubahan sosial, yang kemudian diikuti oleh perubahan-perubahan sosial yang lebih merata. Padahal, sejarah sastra di daerah itu sangat muda, bahkan provinsi itu sendiri hanya sebuah provinsi yang muncul kemudian setelah dimekarkan dari Provinsi Sumatra Selatan.

Bila membandingkan masyarakat sastra di Bangka-Belitung dengan masyarakat sastra di Sumatra Utara, bisa disebut masyarakat sastra Sumatra Utara harus belajar dari masyarakat sastra Bangka-Belitung. Dengan kata lain, persoalan yang dipersoalkan Yulhasni dan Afrion sesungguhnya persoalan yang perlu dijawab sendiri oleh keduanya.

Tanggung jawab keduanya, untuk menghasilkan karya sastra yang lebih diminati masyarakatnya, harus ditagih. Artinya, persoalan sesungguhnya adalah persoalan ketidakmampuan merebut agenda estetika dalam berkesusastraan, yang kemudian dialihkan menjadi agenda merebut politik dalam berkesusastraan.

Merebut agenda politik di aras reformasi, seperti yang dilakukan para Gubernur se-Sumatra, tidak akan membawa hasil apapun. Kekecewaan demi kekecewaan akan menghampiri, yang lebih menegaskan betapa kerja-kerja pergerakan harus didukung dengan peikiran yang andal. Ada subtansi intelektual yang jelas ranah ontologism, aksiologis, dan epistimeloginya. Jika tidak, maka gerakan apapun termasuk Sastra Sumatra Merdeka akan terperangkap menjadi gerakan primordial yang menjauh dari ranah intelektual.

Daripada mengurusi masalah dominasi Jakarta, yang dalam derajat tertentu memang benar demikian, jauh lebih bagus bila para sastrawan merebut agenda estetika dalam berkarya. Dengan begitu, titik utama yang perlu menjadi perhatian adalah membenahi kualitas karya sastra yang ada di Sumatra Utara, membangun infrastruktur yang mampu membuat karya sastra Sumatra Utara menjadi dominan bacaan masyarakat Sumatra Utara. Dengan begitu, bukan mustahil suatu saat karya-karya sastra dari Sumatra Utara akan mendorong pemerintah untuk menjadikannya sebagai bagian dari kurikulum pengajaran di dunia pendidikan.

Akhir kata, kita tak bisa menimpakan kesalahan pada Jakarta atas ketidakmampuan kita menghasilkan karya sastra yang layak dibaca masyarakat Sumatra Utara.

Dijumput dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/12/02/91308/merebut_agenda_politik_bersastra/#.UNeDmax2Na8

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar