Rabu, 26 Desember 2012

Kotak Hitam Sejarah vs Sastra

Jones Gultom
Harian Analisa, 3 Des 2012

PASCA digelarnya Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) 2012 akhir Oktober 2012 di Yogyakarta lalu, muncul diskursus menarik di kalangan sastrawan, sejarawan dan juga budayawan. Temanya memang bukan sesuatu yang baru, tetapi masih tetap menarik untuk didiskusikan. Bagaimana sejarah yang kemudian disebut Binhad Nurrohmat dan maupun Ahda Imran (Kompas 11 dan 18 November 2012) sebagai “kotak hitam”, dijadikan modal karya sastra.
BWCF berhasil memancing perbincangan menarik, karena menganggap sastrawan Indonesia belum melirik sejarah sebagai amunisi kreativitasnya. Kelompok sastrawan memiliki argumentasi sendiri yang patut dipertimbangkan.

Sastra jenis ini, bukanlah sesuatu yang baru di Tanah Air. Saya lebih suka menyebutnya sebagai sastra berlatarbelakang sejarah. Kehadiran genre ini sejak awal-awal perkembangan sastra di Tanah Air, ikut meramaikan perkembangan sastra. Malah sebagian di antaranya memelopori gagasan sastra pada fase berikutnya. Melongok ke belakang, sastra yang berlatarbelakang sejarah sudah diawali dengan bentuk kitab maupun babad. Contohnya Kitab Negarakertagama oleh Mpu Prapanca dan Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada masa Kerajaan Majapahit awal abad ke-14. Juga ada pula karya sastra Pujangga Ronggowasito dan Jayabaya.

Selain itu ada juga Babad Serat Chentini dan Babad Tanah Jawa. Begitupula dengan catatan sejarah berbagai kerajaan Nusantara yang biasanya menuliskan dinamika kerajaan, titah raja maupun hal-hal yang berkaitan dengan dunia spiritual. Sumber-sumber tertulis ini, dianggap sebagai karya sastra, karena corak penulisannya. Di sisi lain, berdasarkan substansinya, dia adalah dokumen sejarah.

Pada era modern, novel sejarah terus bermunculan. Di antaranya; Rara Mandut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri karya Mangunwijaya. Juga karya-karya Pram, seperti Anak Semua Bangsa, Rumah Kaca, Jejak Langkah. Adapula karya-karya Suparto Brata yang menulis novel November Merah, Gadis Tangsi dan Surabaya Tumpah Darahku. Selain itu sejarah Bali juga dituliskan dalam Trilogi sastra, Puputan Badung, masing-masing Biyar-Biyur ring Pesisi Sanur, Kulkul Bulus dan Tyaga Wani Mati karya Nyoman Manda, menceritakan perang antara rakyat yang dipimpin rajanya melawan penjajah Belanda.

Termasuk pula novel yang berlatarbelakang sejarah Sumatera Utara. Sebagian besar novel ini mengulas tentang kehidupan di perkebunan Deli, Sumatera Timur pada masa kolonial. Di antaranya, Rubber (1931) dan Koeli (1932) karya Madelon Hermina Szekely-Lulofs. Novel ini menjadi penting, karena Lulofs tak hanya menggunakan teknik bersastra. Lebih dari itu, dia memanfaatkan data-data sejarah dalam novelnya. Tercatat novel Koelie (Kuli) menggunakan sejumlah refrensi di antaranya, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, karangan Karl J. Pelzer (1985), Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera buah pena Anthony Reid (1987). Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatera karangan Ann Laura Stoler (1870-1979). Data-data ini kemudian dikembangkan lagi oleh Emil W Aulia dalam novelnya yang berjudul, Berjuta-juta dari Deli (2006).

Terlepas dari kebenaran data-faktanya, penulis asal Sumatera Utara turut menyumbangkan novel sejarah daerahnya, antara lain; Penakluk Ujung Dunia (1964) karya Bokor Hutasuhut. Tuanku Rao (1964 dan terbit kembali 2006) karya Onggang Parlindungan Siregar. Acek Botak (2009) dan Pincalang (2012) karya Idris Pasaribu. Minimnya novel sejarah di daerah ini, boleh jadi dikarenakan penulis di Sumatera Utara masih lebih tertarik menulis buku sejarah atau sekedar medokumentasikan peristiwa-peristiwa sejarah lokal. Nama-nama seperti Z Pangaduan Lubis, Muhammad TWHM, As Atmadi, S. Satya Dharma, WB Sijabat, Bungaran Simanjuntak termasuk cukup populer di bidang itu.

Sastrawan Sejarah

Hal klasik yang sering muncul ketika seorang sastrawan mengambil peristiwa sejarah sebagai bahan kreasinya, adalah soal keakuratan data-fakta serta peran imajinatif sastrawannya. Apalagi sumber-sumber tertulis, semisal buku-buku sejarah pada bangsa ini, masih banyak yang dipertanyakan kebenarannya. Contoh klasik adalah buku Tuanku Rao karya Onggang Parlindungan Siregar. Buku ini sempat menuai konflik, karena isinya dianggap sekedar imajinasi penulisnya yang diduga sarat kepentingan-kepentingan tertentu. Oleh sebagian besar, buku ini kemudian dikategorikan sebagai novel yang berlatarbelakang sejarah Batak pada abad 18.

Boleh jadi, karena buku ini dinilai kontradiksi dengan buku-buku sejarah Batak yang terlanjur dianggap mapan, misalnya, Ahu Sisingamangaraja karya WB Sijabat. Siapa yang paling tepat memberi penilaian akan hal itu? Menurut saya, secara akademis hal itu merupakan tanggungjawab sejarawan. Pertanggungjawaban moral ada pada sastrawannya.

Dalam sejarah, data-fakta merupakan bukti konkrit yang tak boleh dimain-mainkan. Sebagaimana sastra adalah media, seorang sastrawan boleh saja memanfaatkan data-fakta itu, tetapi untuk tujuan penulisan buku sejarah, bukan karya sastra. Selama ini latah sastrawan yang menyamakan diri sebagai pengarang, menjadikan pemakluman, bahwa ruang sastra memiliki batas yang tak terbatas. Padahal sastra itu hanyalah salah satu media komunikasi yang mestinya mengakui otoritas disiplin ilmu lainnya.

Dalam hubungannya dengan sejarah, Hans Robert Jauss menyebut, karya sastra membawa semangat zamannya. Semangat zaman ini sering memengaruhi faktualitas sejarah ketika dituangkan dalam bentuk karya sastra (novel). Inilah yang sering terjadi kemudian. Ketika sastra memasuki wilayah sejarah, seringkali menjadi bias dan tak terkendali. Pada peristiwa tertentu, dimana data-data sejarah itu masih kabur, seorang sastrawan boleh saja mengambil peran itu.

Untuk sejarah yang telah terbukti data-faktanya, karya itu menjadi semacam karya sejarah yang disastrakan, layaknya sebuah bibliografi. Celakanya, seperti disinggung di atas, banyak peristiwa sejarah yang masih diragukan termasuk oleh sejarawan sendiri yang kemudian semakin rancu manakala coba digarap seorang sastrawan.

Seperti dicontohnya Ahda Imran di Kompas 18 November 2012 lalu. Dia menukik Namun serial Gajah Mada (Langit Kresna Hariadi) dan Dyah Pitaloka: Senja di Langit Majapahit (Hermawan Aksan) yang sumber datanya masih sangat kabur. Sebagian sejarawan sendiri masih mempertanyakan kebenaran sosok Gajah Mada. Demikian juga Dyah Pitaloka yang disebut-sebut putri Kerajaan Padjajaran yang terzalimi. Dalam kasus ini, kotak hitam yang coba diterjemahkan sastrawan yang oleh Wolfgang Iser disebut “realitas ekstratekstual” (dengan tanda petik), justru merupakan tantangan tersendiri bagi sastrawan. Dalam konteks ini, dia bukan lagi menjadi pengarang, namun sejarawan.

Pengkultusan

Masyarakat Indonesia seringkali menjadi korban dari sejarah. Hal ini seringkali disebabkan karena campur tangan penguasa yang tak mau menerima takdir sejarahnya di masa lalu. Lebih dari itu, kelompok ini secara barbar biasa merubah masa lalu dengan harapan akan memperoleh keuntungan dari intervensi itu. Sebut saja sejarah 30 September 1965.

Dapat kita bayangkan bagaimana stigma buruk itu membudaya terhadap keluarga-keluarga yang diduga terlibat. Ada ketidakrelaan untuk mengakui sejarah masa lalu, karena dianggap sebagai ancaman. Segala akses dibumihanguskan. Sejarah sekedar hanya bersumber dari pengkultusan. Semakin parah, manakala masyarakat kita memang tidak bergairah membuktikan suatu fenomena. Alhasil masyarakat tidak terbiasa menggugat. Kemapanan pola pikir terjadi dimana-mana. Daya kritik tidak tumbuh. Sejarah pun menjadi kotam hitam yang tak pernah dibuka. Dia layaknya mirip harta karun dalam mimpi masyarakat.

Dalam konteks ini, terlepas dari pesanan pasar seperti yang ditengarai Ahda Imran, apa yang dilakukan Langit Kresna Hariadi dan Hermawan Aksan, merupakan pukulan bagi sejarawan sekaligus tantangan bagi sastrawan untuk memasuki wilayah lain dalam proses kreativitasnya, dengan tidak terjebak sekedar eforia semata.

Penulis penyair dan esais
Dijumput dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/12/23/96059/kotak_hitam_sejarah_vs_sastra/#.UNeCKKx2Na8

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar