Rabu, 21 November 2012

Perempuan Memuja Desain

Sartika Dian Nuraini
Suara Merdeka, 1 Sep 2010

DI masyarakat, perempuan harus terlihat seperti “perempuan”. Sejak lahir, bayi perempuan dihiasi aksesori dan dikenakan pakaian perempuan. Sampai dewasa, masih dalam perilaku berpakaian, mereka harus menyajikan diri sebagai pencinta konstruksi kefemininan.

Di dunia kerja dan mobilitas modern, perempuan dipaksa sadar akan desain kefemininan kapitalistik. Itulah jurang yang diterjuni perempuan melalui kemerebakan industrialisasi dalam jagat konfeksi. Perempuan kian menyakiti diri dalam balutan busana seksi.

Masuknya budaya berpakaian ala Barat mengobrak-abrik politik estetika berbusana tradisional. Itu mengubah-membuang kreativitas dan kondisi feminin model tradisional. Kultur budaya berpakaian orisinal daerah yang merupakan konsep harmoni perempuan Jawa sebagai kosmologi kultur pembentukan identitas terejawantah. Perempuan ikhlas menjadi objek visual lelaki. Mereka tertarik dan memakai busana ala Eropa yang dibawa kaum borjuis, terutama Prancis dan Amerika. Majalah Vogue menjadi kitab dan perempuan terus memburu dan diburu oleh zaman yang kejar-mengejar uang.

Menelanjangi Diri

Erotisme yang didamba dominasi maskulin mewujudkan ritual matrimonial arbitrer ketika membeli baju berdesain. Kali pertama melihat desain baju, perempuan diselimuti instrumen paradigmatik yang bergerak meresap dan halus di alam bawah sadar. Maka, ditilik melalui kacamata futuristik, perempuan bisa saja menelanjangi diri demi menjemput kesan kefemininan dan kesensualan. Karena itu, doktrin yang dibawa pasar desain kuat sekali. Perempuan mungkin tak sanggup mengintervensi untuk menjauhkan diri dari desain baju. Perempuan akan terus tersakiti, teraniaya, dan terjamah mata produsen dan lelaki hidung belang.

Harga diri jadi tak penting. Hegemoni yang tertanam dalam baju berdesain Dolce and Gabbana mengakar kuat di hati. Nilai tukar terhadap rupiah pun bukan masalah yang rumit bagi perempuan berduit. Majalah, tabloid, koran edisi Minggu yang tak pernah sepi pelanggan menjadi saksi bisu betapa kehidupan perempuan merupakan politik ekonomi global dan harta karun bagi pemodal. Tragis.

Transaksi simbolik antara perempuan dan desain dapat ditelaah. Perempuan jadi objek, bukan subjek, dalam memilih model desain baju. Para artis dan model menjadi patung berjalan, memamerkan postur tubuh ideal yang harus ditiru perempuan modern. Mereka menjadi agen penting. Perempuan kian puas memandang tubuh mereka yang molek dan meliuk di hadapan kaca rias. Produsen baju puas, laba yang diperoleh menjulang ke langit karena makin minim desain yang jadi penentu kecenderungan kian sedikit modal untuk membuat pakaian. Fantastis, ketika pakaian berbahan tipis dan berukuran kecil dibanderol beberapa juta rupiah.

Komodifikasi Tubuh

Komodifikasi tubuh perempuan merupakan rahasia umum, yang walau dilawan, konklusinya hanya kebenaran imajinatif. Elemennya tak bertahan lama, bahkan terkena penyakit bosan mengungkapkan kritik. Refleksi filosofis para pemikir perempuan di Indonesia hanya hanyut dalam kesetaraan gender. Jarang ada yang cerewet membahas komodifikasi tubuh perempuan.

Perempuan memuja desain merupakan dilema realitas atas pertaruhan eksistensi. Wajah dan tubuh perempuan adalah fenomenologi eksistensial yang nyata. Pesimisme dan krisis kepercayaan diri disebut-sebut sebagai penyebab utama. Padahal, jelas sekali nalar publik terhegemoni. Perempuan dikomando dalam interval sambung-menyambung di ranah konfeksi.

Curiga eksistensi merupakan perwujudan subjektivikasi desain. Perempuan cenderung menyesuaikan tubuh untuk desain. Desain versus perempuan merangkum tragedi politik perhatian. Perempuan mencari sensasi menyeluruh mengenai diri sebagai bentuk pujian dan identitas status sosial. Perempuan memperebutkan jati diri yang jauh dari pembedaan.

Nafsu pakaian berbanding setara dengan kultur tontonan. Imajinasi sosok ideal terus membelenggu pikiran. Perempuan takluk terhadap desain adalah petaka. Dialektika identitas perempuan tak pernah menemui titik temu. Parahnya, perempuan jadi korban kelihaian dan tak menampakkan kompetensi untuk melawan. Perempuan yang menjauh dari desain akan dicap masyarakat sebagai perempuan unik dan eksentrik, aneh, atau nyeleneh.

Dengan dalih berdemokrasi yang bebas berekspresi, borjuis menggencet dan menggugat perempuan untuk memuja desain. Meski Nietzsche berteriak-teriak bahwa demokrasi adalah pemerintahan kaum dagang semata-mata, tak ada lagi yang peduli. Perempuan hanya tahu, tubuh mereka harus dieksplorasi sesuai dengan perkembangan zaman. Perempuan hanya tahu, tubuh mereka perlu dinikmati oleh diri sendiri sebagai wacana narsistik, atau oleh lelaki dalam relasi kontak sosial dan ikhtiar.

Prosesi belenggu dan komodifikasi perempuan sebenarnya telah diperdebatkan sejak feminisme merebak pada pertengahan abad ke-20. Di Barat, banyak sekali feminis mengadopsi teori marxis sebagai acuan penyadaran diri untuk masyarakat. Namun kekuatan itu melemah karena dunia dipaksa tak berpihak pada pemikir-pemikir itu.

Momok Menakutkan

Film-film Hollywood seolah terus membombardemen manusia yang mencandu dunia desain yang dipakai para artis. Tentu hal itu seolah tak jauh dari peran sang figuran dalam iklan dan promosi desain baju.

Banyak pula desain yang menjanjikan menutupi kekurangan perempuan, seperti kegemukan. Namun kenyataannya, kegemukan tetap momok menakutkan bagi perempuan. Bagi perempuan gemuk dan memercayai kriteria cantik di televisi, hasilnya adalah keterpurukan dan frustrasi. Akhirnya, mereka rela berjuang ke sana-kemari, dari sedot lemak sampai minum obat kurus. Padahal, tak sedikit yang berbahaya bagi kesehatan. Itu analogi sekaligus apologi betapa tubuh perempuan dituntut selalu menyesuaikan diri dengan desain. Perempuan terusir dari dalam diri mereka oleh obsesi cantik. Desain menjadi subjek otoriter di atas perempuan dalam prosedur modernitas.

Perempuan masa kini lucu dan wagu. Berlenggak-lenggok demi mencari perhatian lelaki dan mencari-cari pujian sesama perempuan. Misteri dalam berpakaian mencorakkan sakrilegi dan membantai bentuk-bentuk disposisi perempuan di balik baju yang mereka kenakan. Ukuran rasa malu yang tinggi, perilaku moral, dan penjagaan diri seperti diungkapkan tradisi Jawa merupakan signifikasi moral yang jika diinterpretasikan secara kolektif dapat membantu perempuan tak terjerumus dalam rumus dan pola sosial masyarakat kota dalam memilih desain. Setelah itu, mampukah dan maukah perempuan memaknai diri dengan afirmasi untuk tak diperbudak desain? Entahlah.

*) Sartika Dian Nuraini, bergiat di Pengajian Senin dan Bale Sastra Kecapi Solo
Dijumput dari:  http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/09/01/122379/Perempuan-Memuja-Desain

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar