Jumat, 29 Juni 2012

Tersungging di Padang Ilalang

Nur Wachid *
__Tabloid Seputar Ponorogo

Mata nanar berpijak pada tumpuan batu senandung ilmu. Bermaslahat keangkuhan jiwa berkejora putih. Titik semu pada daun pintu mulai terdengar asing. Tak tersahut dengan kata majikan. Tampak kusut wajah tak berhias. Berkobar api semangat bermahligai optimistis. Dengan segala kemampuan dan tenaga, padi – padi kering yang setinggi gunung rinjani mulai tak tampak tinggi menjulang. Cucur deras keringat membasahi kain putih lusuh yang dikenakannya.
Tak sanggup lagi rasanya, ditengadahkannya kendi air membasahi kering tenggorokan. Serasa tak henti rasa haus melanda tubuh. Baru air surut dari kendi, tenggorakan sudah mulai basah. Tinggal empat kali pikul. Berdiri kakinya kokoh seperti kaki ayam jantan berjalu petarung. Tangan penuh otot, jari seperti paku – paku besar dari besi jawa. Sekali tekam satu pikul padi – padi kering memenuhi pundak. Bibir mulai tersenyum melihat Gunung Rinjani tak berhias keindahan, rata dengan tanah. Belum selesai mengambil nafas suara itu mucul dari sudut halaman. Agak lirih tapi semakin lama menjadi keras tak tertahan telinga. “Kamar mandi sudah mulai dipenuhi lumut hijau!” Tak ada perintah cuma mengeluarkan kata – kata bermakna perintah. Butir keringat belum mulai kering. Otot kaki masih terasa tegang. Nafas naik turun kencang seperti mobil naskar. Diambilah sikat dan perangkat alat pembersih.

Hari – hari dilalui sebegitu berat. Tak ada yang sanggup hidup seperti kehidupan Simon di Bukit Lintang. Suara kokok ayam sebagai pertanda alam mulai terang benderang. Di hari yang masih pagi itu, bahkan tak kebanyakan dari mereka yang masih mendengkur mendengar suara panggilan berjama’ah. Tapi tidak dengan Simon dengan wajah tak berekspresi, rumah satu paket dengan sudut – sudut halaman nampak tak ada kotoran tersisa. Baju – baju bertahta milik penghuni rumah juga sudah tersampir rapi di bentangan tali belakang rumah. Matahari mulai mengintip dari timur. Simon bergegas membasahi tubuhnya dengan air kolam di kamar mandi. Seragam putih yang tak nampak putih lagi siap menjadi jubah mencari ilmu.

Parade hingar bingar mengiringi bayangan Simon mengayuh sepeda tua. Sampai pada halaman berisi kuda besi yang tersusun rapi. Sepeda itu nampak asing dan terlalu bengap di halaman itu. Lirikan tajam mata Simon mengarah pada setiap kuda besi yang berdiri tangguh. Suara tawa mencekik, kali ini dua personil lawak jawa tulen yang setiap hari menjadi gubuk peristirahatan Simon pada sawah terbentang luas. Ubed dan Danar tiba – tiba gambar itu muncul bersama tawa mencekik dihadapan Simon. Ketiga telapak tangan saling diadukan yang menjadikan lengkap perawakan personil lawak jawa tulen. Itulah julukan bagi ketiga bocah ingusan yang berhari luar biasa. SMK Cahaya Harapan tertulis besar di gapura gerbang pintu lalu lalang impian bangsa. Sekolah itu menjadi tempat perhelatan yang sesekali dikerumuni riuh kebisuan oleh suara Pak Khosim. Satu kata mujarab hingga mampu menembus dinding – dinding kebisingan. Tertunduk semua kepala dan mata pekik tak berani mengeluarkan tatapan mata elang. Suara sepatu kulit kilap mengkilap menjadi pemenang di ruang kelas berisi 29 siswa. Pak Khosim yang seperti algojo raja tega, hari ini tak seperti biasa. “Anak – anak! Hari ini nampak begitu cerah, suasana kelas nampak rindang, wajah – wajah kalian nampak penuh semangat.” Kepala tertunduk, satu persatu mulai berani manampakkan batang hidung. Tapi tak bertengger lama. “Untuk itu keluarkan satu lembar kertas, hari ini kita ujian.” Suara reflek sorak mewarnai kelas. Mata melotot Pak Khosim menghipnotis semua siswa mengikuti perintahnya. Simon nampak datar, beda dengan teman – temannya yang kebingunan seperti anak kecil kehilangan Ibunya di tengah pasar malam. Bekal materi terkunci rapat ditas dalam otak Simon. Menjadikan dia hari itu bintang kelas.

Jarum jam melingkar tertempel di permukaan putih dinding kelas telah menunjuk angka berbunyi bel sekolah. Seperti biasa personil lawak jawa tulen bercengkrama di gubuk latah yang tersungging di padang ilalang. Simon, Ubed, dan Danar berlarian melompat di tengah tinggi ilalang menuju tempat yang mereka sebut surga harapan. Gubuk itu berada di tepi sungai yang di belakangnya tumbuh ilalang tinggi menjulang. Melepas lelah terbaring dengan kepala saling bersinggungan. Mata perlahan mulai terpejam, tapi tidak dengan hati dan pikiran yang kian benderang masuk dalam dunia harapan. “Hari ini memang aku nampak seperti pengemis jalanan yang sering diacuhkan oleh raja jalanan, tapi Aku tak tuli, Aku tak buta, Aku tak bisu, dan Aku tak bodoh. Dengan seragam putih kusam ini, Aku bersiap kelak nanti menjadi petarung jalanan bercincin emas putih, bermahkota intan berlian, berjaket dan bersepatu kulit buaya, dengan kuda besi yang tak pernah lelah aku pacu.” Kata Simon dengan penuh keyakinan dan harapan. Beberapa detik hening. Giliran Ubed berharap. “Orang tua ku menyuruhku kawin setelah lulus nanti dengan anak perawan Kepala Desa. Tapi Aku akan berontak, Aku tak mau menjadi orang kuno. Aku akan ke kota menimba ilmu hingga Aku menjadi Insyinyur berhelm kuning, berpakaian stelan baju masuk, dengan dasi bermotif klasik.” “Aku tak mau kalah dengan kalian berdua.” Kata Danar. “Aku anak bungsu dikeluargaku. Aku sudah dikunci untuk tetap disini menggarap sawah – sawah dan perkebunan warisan keluargaku. Tapi Aku akan buka kunci itu, masuk di Akademi Kepolisian menjadi Abdi Negara dengan bintang lima di pundakku.” Terlukis jelas harapan itu dikesaksian air bening sungai, dihadapan gubuk, dibelakang ilalang dan suara kincir yang digerakkan angin berhembus. “Aku pasti bisa.” Tiga kata serentak bersamaan menguasai keras padat menambah energi positif menjelma sebagai semangat membara. Itulah yang menjadikan tempat itu surga harapan bagi personil pelawak jawa tulen.

Kristal cahaya terbentuk dari uraian cahaya senja yang terpancar ke permukaan sungai. Indahnya bukan main, tapi mereka kini sudah pulang ke tempat tinggal masing–masing. Simon sibuk dengan segala bentuk perintah majikan. Ubed berkonteks bangsawan sibuk dengan tutur pinutur alus Bapaknya. Sedangkan Danar harus berbelit–belit dengan urusan sawah–sawah dan perkebunannya. Kesibukan–kesibukan itu mengisi kekosongan liburan semester. Hingga mereka merasakan kerinduan. Kerinduan pada personil lawak jawa tulen, kerinduan pada surga harapan, kerinduan pada SMK Cahaya Harapan, kerinduan pada Pak Khosim. Walau Pak Khosim adalah seorang Killer, tapi itu menjadikan kekuatan roh kerinduan. Itulah yang akan menjadi bumbu–bumbu keharmonisan anak cucu Adam. Malam Jum’at nampak sunyi seram memancarkan aura mistis. Bulu kuduk yang tak mau berhenti berdiri. Suara – suara tawa terkubur dalam–dalam oleh nyanyian burung malam. Hal itu tak menggoyahkan kekuatan niat Simon pergi mengaji di Surau Pak Haji Darmiji. Simon sudah tak asing lagi dengan suasana mencekam. Tampak semangat melepas kerinduan bertemu dengan dua sahabat personil lawak jawa tulen yang juga setiap malam Jum’at mengaji di Surau Pak Haji Darmiji. Aura mistis terhapus saat ketiga personil lawak jawa tulen bertemu di bawah atap surau berdinding anyaman bambu. Selesai mengaji obrolan–obrolan bahkan canda tawa tak ingin di lewati. Sesekali Pak Haji Darmiji menyumbang intermeso yang menambah kembang api keceriaan malam itu. “Jangan lupa rajin belajar, sebentar lagi kalian hadapi UAN.” Kami minta do’anya Pak Haji. Cukup dengan anggukan kepala, membawa langkah kaki mereka berpamitan pulang.

Hari pertama masuk setelah liburan semester menjadi curahan kerinduan diantara siswa SMK Cahaya Harapan. Bagi anak–anak Bukit Lintang, di sekolahlah mereka dapat berkumpul. Suasana itu bertolak belakang ketika siswa–siswi SMK Cahaya Harapan berhadapan dengan tiga hari penentuan. Hari yang ditunggu–tunggu sekaligus hari yang tak ingin dilewati sudah di depan mata. Bagi personil lawak jawa tulen, tiga hari itu adalah tantangan. Tantangan yang harus dilewati dengan siraman bekal materi ilmu. Tantangan yang harus dijawab dengan untaian kata–kata kepada Sang Illahi. Cuma tiga hari, keliatan tak panjang. Tapi butuh siasat agar hari yang tak panjang menghasilkan kenikmatan yang tak pendek.

Satu dua titik berjalan menghardik pada roda dasar. Sudut–sudut bertabur kesunyian mencampakkan kekuatan. Bagai bendera berkibar dengan penghormatan khidmat. Dengan kain diikat dikepala, bersenjata bambu runcing tajam. Perjuangan jelas nampak ditunjukkan anak–anak SMK Cahaya Harapan selama tiga hari. Tak terbesit sedikitpun pada benak raut muka keceriaan. Hingga pada titik temu Wali murid berkumpul di Aula Sekolah. Simon, Ubed, dan Danar linglung dan cemas. Entah apa dipikirnya. Sepi gelisah di tengah banyak orang. Sebuah amplop putih bersih diserahkan pada setiap Wali. Pelan diawali do’a mata terpejam, tangan Ayah Simon mulai menelusuri bentuk amplop. Air mata Ayah Simon bergelimpangan ketika membaca secuil kertas di dalam amplop. Simon serentak mengeluarkan kristal dari matanya, tampak bening hingga menetes di pipi menjadi air mata. Entah air mata bahagia atau kesedihan. Tangan Sang Ayah memeluk tubuh anaknya. Didekapnya erat. Simon hanya pasrah menikmati hangatnya pelukan Sang Ayah. “Kau lulus dengan nilai terbaik di Sekolah, Anakku.” Sujud syukur kepada Sang Pencipta seakan menggambarkan kontak batin ucapan terima kasih kepada–Nya. Menghadap arah penjuru kesucian, kepala menempel di lantai dengan hati sebagai kunci dan air mata sebagai pendamping. Ketika berdiri, kedua sahabatnya sudah di depan mata. Saling berpelukan dan kebahagiaan mengalir hingga Aula Sekolah seakan menjadi rumah milik personil lawak jawa tulen.
***

Pecah dan buyar oleh sentuhan tangan halus seorang istri di pundak Simon. Seorang gadis cantik berjilbab dengan wajah bercahaya berdiri di belakang Simon. “Hari ini hari libur. Dari tadi pagi mas melamun terus. Apa ada masalah dengan pekerjaan?” Tanya istri Simon. “Gak ada. Tiba – tiba saja tadi pagi, kehidupanku dulu yang sangat berat tergambar jelas. Bahkan kedua sahabatku di SMK Cahaya Harapan juga ikut di sana.” Air mata mulai menggenangi mata Simon. “Hari – hari yang berat tapi sangat membahagiakan. Tanpa hari–hari itu, aku takkan pernah menjadi aku yang sekarang ini. Dengan hari–hari itu kudapatkan beasiswa. Dengan hari–hari itu ku menjadi mahasiswa yang lulus caumlot. Dengan hari–hari itu ku mendapatkan pekerjaan. Hingga semua harapanku menjadi nyata dengan hari–hari itu.” Semakin banyak kata–kata terurai air mata kian deras mengalir. Tangan lembut Sang Istri mengusapnya dengan penuh kasih sayang. “Aku rindu pada tanah kelahiranku, Bukit Lintang. Aku rindu bercengkrama dengan keluarga. Aku rindu dengan gelak tawa personil lawak jawa tulen. Aku rindu dengan keindahan surga harapan. Aku rindu dengan mistis surau Pak Haji. Aku rindu dengan keriuhan sekolahku SMK Cahaya Harapan. Hari ini kita pulang ke Bukit Lintang. Kamu persiapkan jaket dan sepatu kulitku. Aku mempersiapkan kuda besi.” Anggukan kepala Sang Istri melangkahkan kuda besi melewati gedung–gedung tinggi perncakar langit, rimbun hutan mahoni, padang ilalang yang kuning menguning, hijau padi terbentang panjang, bukit–bukit berdiri dengan jurang terjal di kanan kiri menambah keindahan perjalanan dari Karawang menuju Bukit Lintang. “Tunggulah Aku kedua sahabatku, Aku segera datang di Bukit Lintang dengan harapan nyata kita personil lawak jawa tulen yang terucap di surga harapan.”

*) Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo, Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar