Rabu, 06 Juni 2012

Karya Bermutu, Cerdas dan Piawai

Taufik Effendi Aria *
http://www.riaupos.co/

Setiap orang pasti punya keinginan untuk menciptakan karya bermutu, cerdas dan piawai. Karena karya yang demikian dapat memperpanjang makna kehidupan seseorang di atas permukaan bumi ini. Namanya akan selalu dikenang, seolah-olah dia tak pernah mati walau jasadnya telah terkubur dan menyatu dengan tanah sekalipun. Sebagaimana adagium: ‘’Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama’’.
Nama adalah identitas yang harus dijaga dan dipelihara, setidaknya dengan: (1) Selalu berzikir, mengingat Allah dalam keadaan apa, bagaimana dan di manapun, dengan segala konsekuensinya; (2) Berkeinginan dan bercita-cita menjadi yang terbaik di atas segala yang ada; (3) Bekerja keras dengan segala kemampuan, tenaga, akal dan rasa yang dimiliki, untuk kemaslahatan manusia. Mudah-mudahan berdasarkan ketiga hal tersebut, nama sebagai identitas dapat terjaga, bersih harum dan terpelihara, kekal abadi, dikenang orang sepanjang masa.

‘’Aku ingin hidup seribu tahun lagi’’, sabda Khairil Anwar dalam salah satu sajaknya. Keinginan itu dibuktikan dengan usahanya memilih kata yang tepat dan bersayap, hingga dia menjadi ‘binatang jalang’ yang terlempar dari ‘konvensi’ persajakan tradisional dan mendirikan istana baru dengan sebutan “puisi modern”. Dan dia pun dinobatkan sebagai Pelopor Angkatan 45. Namanya tetap kekal dalam karya-karyanya yang bermutu, cerdas dan piawai. Sejarah tak mungkin dapat menghapus namanya, karena dia sudah mendapat tempat, walaupun dia sendiri meyadari, ‘’kita memburu arti/tidak tahu romeo dan juliet berpeluk di kubur atau di ranjang/ jika bedil telah disimpan yang tinggal kenangan berdebu’’. Demikian untaian kata yang dikutip secara acak dari salah satu sajaknya yang lain.

Apa yang dimaksud dengan karya bermutu, cerdas dan piawai? Tak mudah untuk dijelaskan dengan lugas, tepat dan jitu. Namun demikian untuk sekadar memberi sinyal, dapat dikemukakan kiasan sebagai berikut: ‘’Karya bermutu, cerdas dan piawai ibarat air mengalir mencari tempat terendah dan umpama angin berhembus, mengisi ruang kosong, terasa ada terlihat tidak, selanjutnya mengkristal jadi batu permata, pada tiap sisinya memancar cahaya abadi yang tak luput dimakan waktu, menjadi suluh pada mata yang gelap’’.

Artinya karya bermutu, cerdas dan piawai, bersifat inspiratif, imajinatif, ekspresif dan inovatif, yang dapat mengisi kekosongan jiwa, akal dan rasa, dengan tidak memaksa atau dipaksakan. Dia mengalir alami berkat keindahan yang terkandung dalam setiap hasil karya yang demikian. Di samping itu karya bermutu, cerdas dan piawai, dapat menjadi penyuluh dan pedoman sebagai pegangan hidup yang panjang dan kekal.

Karya bermutu, cerdas dan piawai, tak jatuh begitu saja dari langit seperti buah masak di batang. Buah jatuh dengan sendirinya, karena batang tak dapat menjatuhkan buah. Batang tak punya pilihan, itu sudah menjadi sifatnya yang alami. Beda dengan manusia yang punya banyak pilihan. Inilah keistimewaan manusia dari makhluk lain. Namun demikian keistimewaan harus disikapi dengan arif, berhati-hati dan diperhitungkan dengan sungguh-sungguh dalam menetapkan pilihan. Salah menentukan pilihan takkan menghasilkan apa yang diharapkan, bahkan sebaliknya dapat membuahkan kekecewaan. Celakanya lagi, kekecewaan itu tak saja dirasakan oleh dirinya sendiri tapi juga oleh banyak orang di sekililingnya.

Sebagai ilustrasi: Akhir-akhir ini banyak kekecewaan yang kita rasakan, akibat ulah para pejabat/penguasa dan atau wakil rakyat yang korupsi baik perorangan maupun bersama-sama. Semua ini akibat salah menentukan kebijakan. Kebijakan yang menyalah itu berakibat pula pada kesalahan menentukan orang-orang yang dipilih. Akibatnya terjadilah kesalahan pemilihan dan pilihan yang menyalah, yang merugikan orang banyak. Setiap jalan bisa ditempuh, tapi tak semua jalan harus jadi pilihan, karena tak semua jalan mengantar kepada tujuan.

Karya bermutu, cerdas dan piawai, lahir dari orang yang bermutu, cerdas dan piawai. Orang seperti ini tak berkarya untuk mengejar popularitas, apalagi kalau popularitas itu hanya digunakan untuk tujuan mempengaruhi dan sekadar menyebar pesona untuk kepentingan tertentu. Dia hanya berkarya untuk keyakinan, bahwa hanya keindahan dan kebenaran yang mampu mencerahkan kehidupan. Lalu dia abadikan keindahan dan kebenaran itu dalam bentuk kreasi sesuai profesinya masing-masing, untuk dapat dimanfaatkan dan dinikmati bersama.

Keindahan adalah kata jadian dari kata indah. Menurut bahasa Melayu “indah” berarti “peduli”. Sesuatu dapat dikatakan indah bila dia mengandung beberapa unsur yang saling isi mengisi atau saling mempedulikan satu unsur dengan unsur lainnya. Jadi keindahan mengandung arti kepedulian. Sedang kebenaran mengandung arti yang filosofi, tiap orang berhak mengatakan sesuatu benar atau tidak, tergantung filsafat/pandangan hidup yang dianutnya.

Mengenang nama yang kekal dan abadi, salah seorang di antaranya Chairil Anwar. Beliau memang pantas dinobatkan sebagai pelopor Angkatan 45, untuk kesusteraan khusus bidang sajak. Beliau mengeliat dan meronta dari ikatan persajakan yang sangat mengikat, dengan pakem/ketentuan yang baku dan kaku.

Dengan ‘keakuannya’ dia bangkit dengan ‘amuk Melayu’-nya dan lahirlah ‘sajak bebas’, yang selanjutnya dikenal dengan sebutan puisi modern. Dari ‘Budak Melayu’ yang seorang ini kita dapat melihat ke-’aku’-annya yang visioner dan pionir.

Pandangan dan kepeloporannya membuka memori/ingatan pada perjalan panjang, jauh sebelum Nusantara berada dalam ‘kebersamaan’ yang ‘menyatu’ dalam kesatuan republik yang bernama Indonesia. Ketika itu muncul nama Patih Gajah Mada, dari Kerajaan Majapahit, yang terkenal dengan sumpahnya yang bernama Sumpah Palapa. Dalam sumpah itu beliau bertekad mempersatukan Nusantara. Sementara itu berkumandang pula ungkapan yang tak kalah pentingnya untuk dicatat, yaitu ‘’esa hilang dua terbilang, patah tumbuh hilang berganti, tak Melayu hilang di bumi’’ yang lahir dari lidah seorang Panglima Kerajaan Melayu, Hang Tuah.

Sumpah dan tekad itu ‘mencair’ dan mengalir dalam tubuh pemuda-pemuda Nusantara yang selanjutnya pada 1908, menelurkan suatu pergerakan yang dikenal dengan sebutan Budi Utomo. 20 tahun lamanya Budi Utomo ‘mengeramkan’ telurnya, baru pada 28 Oktobe 1928, telur yang dieramnya itu menetas dalam bentuk Sumpah Pemuda.

Telur yang menetas pada 1928 itu tak begitu saja dapat mengembangkan sayapnya, karena sejak 1906 Bumi Nusantara, yang dikenal dengan sebutan Zamrud Khatulistiwa, telah ternoda oleh asap yang mengepul dari VOC. Perserikatan dagang ini menguras kekayaan Nusantara dengan politik adu domba. Selanjutnya ‘Saudara Tua’ penguasa Asia Timur Raya, coba membenamkan sepatu larasnya di Bumi Nusantara, dengan dalih menyelamatkan Nusantara dari tekanan tentara Belanda dan sekutu-sekutunya. Lebih kurang tiga setengah tahun tentara Jepang ‘mengawal’ Nusantara dengan samurainya yang terus terhunus. Akhirnya Saudara Tua kita itu pun bertekuk lutut ketika AS menjatuhkan bom atom di Hirosima.

Dengan perjuangan panjang Sumpah Pemuda yang dilahirkan dari rahim Budi Utomo, mulai mengembangkan sayap garudanya. Terbang menjelajahi Nusantara dari pulau ke pulau, mewujudkan tekad dan sumpahnya. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta, atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, secara de facto dan de jure, tercapailah apa yang menjadi cita-cita, yaitu keinginan untuk; mempersatukan anak Nusantara menjadi bangsa Indonesia; mempersatukan kepulauan Nusantara, menjadi Tanah Air Indonesia; memelihara dan menjunjung tinggi bahasa Melayu, sebagai identitas suatu bangsa, menjadi Bahasa Indonesia.

Perjalanan sejarah selalu meninggalkan bekas atau dalam bahasa Melayu disebut bakat. Bekas itu mengingatkan kita pada orang-orang ‘berbakat’ melalui karya-karyanya yang bermutu, cerdas dan piawai. Di atas karya-karya mereka itulah sekarang kita berdiri melanjutkan perjuangan untuk mencapai kemaslahatan manusia, dengan menghasilkan karya-karya yang inspriratif, imajinasi, inovatif dan ekspresif.

Memang tak mudah menciptakan karya bermutu, cerdas dan piawai. Hanya bilangan orang yang dapat melakukannya. Mudah-mudahan Anda salah seorang dari yang terbilang itu. Selamat berkarya dan salam untuk kita semua!

*) Taufik Effendi Aria, Pelaku teater, film dan sastra asal Indragiri Hulu. Ia juga telah menerbitkan kumpulan puisi tunggalnya dan bermastautin di Pekanbaru. /20 Mai 2012

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar