Gola Gong, Tias Tatanka
http://nostalgia.tabloidnova.com/
Kecintaan pada buku dan cita-cita mempopulerkan budaya baca tulis di Banten, membuat pasangan suami-istri ini membangun Rumah Dunia. Di sana merupakan sebuah pusat belajar dengan segudang kegiatan dan sarana. Anak-anak maupun orang dewasa boleh menimba ilmu tanpa dipungut bayaran.
(Berjarak sekitar 1,5 km dari pintu tol Serang Timur, NOVA tiba di Kampung Ciloang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Udara segar, rimbun pepohonan, dan hamparan sawah terasa sangat menyejukkan. Di depan pagar bambu sebuah bangunan bertembok tinggi, dua orang-orangan sawah berdiri mengapit. Plang kayu bertuliskan RUMAH DUNIA tergantung di atap pagar yang terjalin dari daun kering.
Sebuah pemandangan unik tersuguh ketika pintu pagar dibuka. Puluhan anak-anak beraktivitas di lahan seluas seribu meter pesegi. Ada yang bermain, menulis, menggambar, mendengarkan dongeng, berteater, atau membaca di perpustakaan. Si empunya, Hery Hendrayana Harris (42) atau lebih dikenal dengan nama Gola Gong, didampingi sang istri, Tias Tatanka (35) dan keempat buah hatinya mempersilahkan NOVA.)
Awal Maret lalu, buku nonfiksi Anda Menggenggam Dunia baru diluncurkan ya?
Gola Gong (GG): Iya, sebetulnya saya malu menulis buku berbentuk semacam autobiografi itu, karena takut dibilang narsis. Setelah pikir panjang, akhirnya saya mau. Buku itu lebih kepada pergulatan hidup saya dengan dunia tulis menulis dan buku, terutama dikaitkan dengan kecacatan saya. Selama itu, budaya membaca bukulah yang membentuk karakter saya dan meningkatkan kepercayaan diri.
Sedikit flashback, bagaimana awalnya tertarik ke dunia menulis?
GG: Cita-cita awal saya adalah menjadi guru, tapi saya terbentur dengan kondisi fisik saya yang cacat sejak usia 11 tahun. Bukan karena saya minder, tetapi saya sering terbentur pada infrastruktur dan peraturan-peraturan pemerintah yang kurang sensitif pada orang cacat. Melihat kondisi seperti itu, saya realistis.
Saat itu, hobi membaca yang saya tekuni sejak kecil seperti menyeruak dan membangun proses kreatif saya. Ayah pun bilang, pekerjaan yang tidak menuntut persyaratan rumit adalah menjadi penulis. Tahun 1980-an saya pun mulai belajar secara otodidak. Sempat juga kuliah di Fakultas Sastra Indonesia, Universitas Padjadjaran.
Tahun 1989, saya menerbitkan seri petualangan Balada Si Roy. Lalu, saya sempat menjadi wartawan di Gramedia Grup. Hingga kini saya sudah menulis sekitar 40-an buku fiksi. Sekarang saya menjadi tim kreatif di stasiun televisi RCTI.
Kecintaan Anda pada buku kemudian melahirkan pusat belajar Rumah Dunia (RD). Bagaimana perjuangan Anda membangun RD?
GG: RD itu bukan keinginan yang terwujud dalam satu malam. Sejak dulu saya terobsesi ingin membuat sebuah gelanggang remaja. Apalagi di Banten, tempat saya tinggal, tidak ada wadah untuk berekspresi. Kalau saya mau buku-buku bagus atau nonton teater ya harus pergi ke Jakarta atau Bandung. Budaya baca-tulis di Banten pun sangat rendah, diperparah dengan stigmatisasi berkonotasi negatif tentang wilayah itu. Saya merasa bertanggung jawab secara moral untuk memperbaikinya.
Benih tanggung jawab itu terus saya pelihara hingga kuliah dan bekerja di Jakarta. Saya berupaya menyubsidi berbagai kegiatan kesenian, membuka perpustakaan pribadi untuk umum, bahkan sempat membuat tabloid untuk generasi muda di Serang.
Saya dibantu dua kawan sempat door to door atau ke sekolah-sekolah, untuk memberi pendidikan baca tulis, fiksi, dan jurnalistik secara gratis. Saya akui, di tahap mencari dana itu saya mengorbankan diri. Saya masuk ke budaya populer, menulis buku-buku fiksi yang ringan, karena lebih mudah mencari uang dengan cara begitu. Pemerintah saat itu sama sekali tidak peduli.
Lalu?
GG: Tahun 1997 saya menikah dengan Tias. Saya utarakan obsesi saya kepada Tias untuk membuat gelanggang remaja itu. Syukurnya Tias mendukung semua rencana saya.Tahun 2000 saya membeli tanah dan tinggal di Kampung Ciloang. Di belakang rumah ada lahan seribu meter persegi. Saya pikir akan cocok untuk dibuat miniatur gelanggang remaja atau semacam pusat belajar.
Seiring waktu, sejak Maret 2002, RD sudah mulai berjalan. Pada 14 Februari 2004, baru diresmikan oleh Hj Cucu Munandar, istri Gubernur Banten, Djoko Munandar. Saya mengelola RD dibantu istri dan beberapa relawan. Bahkan anak saya Bella (8) dan Abi (6,5) pun mau membantu menjadi relawan.
Langkah apa yang kemudian Anda lakukan untuk menarik minat warga lokal pada budaya baca tulis?
GG: Prosesnya memang tidak mudah. Saya ciptakan di lingkungan keluarga sendiri dulu. Tias suka mendongeng, membuat reading corner di teras untuk anak-anak, menyediakan makanan, membuat selebaran, bahkan juga mainan.
Lalu di depan rumah saya buat plang bertuliskan Rumah Dunia, nama yang kami sepakati bersama. Dari situ sosialisasi terus berjalan. Mulailah warga lokal tertarik, anak-anak pun mulai datang. Dari yang cuma satu-dua orang, hingga sekarang bisa lebih dari 50 orang.
Pastinya banyak pengalaman berkesan selama bergelut dengan anak-anak.
Tias Tatanka (TT): Memang sasaran utama kita adalah anak-anak dan pelajar. Awalnya, anak-anak masih tidak bisa diatur, maunya hanya main. Jika didongengi, mereka malah meledek saya, bercanda sendiri atau tidak dapat mengerti isi ceritanya. Diajari membaca pun mereka sangat lambat memahami. Ketika diminta untuk maju dan bercerita, mereka malah kabur. Sekarang, sih, mereka sudah mulai mengerti, bahkan kadang kalau sudah di RD, mereka enggak mau pulang.
Apa saja sarana yang terdapat di dalam RD?
TT: Kini sudah ada lahan bermain yang berisi berbagai permainan anak-anak, sebuah perpustakaan untuk dewasa yang berisi tak kurang dari 4.000 buku, sebuah perpustakaan anak-anak, panggung 5×7 meter, musala, kedai buku, komputer, sekretariat, ruang serba guna, dan rumah untuk para relawan. RD terbuka untuk umum (anak-anak dan remaja) dan tidak dipungut bayaran, mulai dari Senin sampai Jumat pukul 13:00 sampai dengan 17:00, Minggu pukul 12:00 sampai dengan 17:00.
Kegiatan apa yang dapat dilakukan di RD?
TT: Awalnya kegiatan RD memang hanya baca tulis, tapi kemudian berkembang. Kami biasa menyebut kegiatan di RD sebagai kegiatan “wisata”. Disebut begitu agar kegiatan baca-tulis itu memikat anak-anak dan remaja. Senin ada wisata baca dan dongeng, Selasa wisata gambar yang mendatangkan guru dari universitas. Rabu dan Kamis ada wisata tulis dan bahasa Inggris. Jumat diisi dengan wisata lakon (teater). Oh ya, teater anak-anak RD sudah beberapa kali diundang pentas di sekolah-sekolah atau acara kesenian.
Apa yang biasanya paling digemari anak-anak?
TT: Di hari Rabu dan Kamis, biasanya saya membawa anak-anak untuk kunjungan keluar. Anak-anak senang sekali belajar mewawancarai orang dari berbagai profesi. Misalnya, kunjungan ke pabrik roti, pedagang nasi uduk, hingga usaha laundry. Hasil wawancara dibuat dalam laporan tertulis. Yang dinilai baik, akan diberi hadiah. Bahkan, beberapa anak yang berprestasi mendapat beasiswa atau program adik asuh dari perorangan maupun instansi.
Bagaimana dengan kegiatan untuk pelajar dan usia dewasa?
GG: Khusus Sabtu dan Minggu biasanya untuk pelajar dan dewasa. Sabtu ada klub diskusi RD, sementara Minggu diisi crash program (kursus singkat jurnalistik untuk pelajar SMP selama satu bulan) dan kelas menulis.
Di kelas menulis, pesertanya pelajar SMA dan mahasiswa. Selama tiga bulan mereka diajarkan jurnalistik, fiksi, dan skenario TV. Ada juga Tawuran Seni, yaitu kegiatan tiga bulan sekali yang mempertemukan dua sekolah atau perguruan tinggi untuk mempertontonkan kemampuan masing-masing di bidang sastra atau teater.
Semua materi dibimbing langsung oleh Anda dan istri?
GG : Materi untuk anak-anak memang dipegang langsung oleh Tias dengan dibantu beberapa relawan. Tias juga memegang peran sebagai Ketua RD. Nah, untuk materi dewasa saya yang membuat dan mengajarkan. Kami juga sering meminta bantuan teman-teman penulis untuk membagi ilmu mereka. Misalnya kegiatan RD yang berskala nasional, seperti Ode Kampung kemarin.
Dalam kegiatan-kegiatan besar itu Anda juga memberdayakan warga lokal, ya?
GG: Iya, biasanya untuk kegiatan-kegiatan besar yang mendatangkan banyak orang dan tidak hanya satu hari. Nah, saya membuatkan kios-kios jajanan tradisional di lahan depan RD untuk para warga lokal berjualan. Makanan-makanan selama acara berlangsung juga kami pesan pada warga lokal. Jika tamu-tamu butuh penginapan, mereka bisa menyewa kamar di rumah-rumah warga.
Sejauh ini tanggapan dari para pengunjung RD bagaimana?
TT: Awalnya RD, kan, hanya untuk warga lokal. Ternyata sekarang orang-orang dari berbagai pelosok nusantara pun datang. Beberapa sekolah bahkan rutin berkunjung ke sini, misalnya anak-anak TK dan SD. Para mahasiswa pun sekarang banyak ke RD untuk mencari rujukan skripsi.
Kegiatan di RD tidak dipungut bayaran. Lalu, bagaimana cara menggalang dana?
GG: Saya menggalang dana untuk RD dengan membuat buku, baik pribadi maupun komunitas. Semoga semuanya lancar, karena saya juga masih punya cita-cita menambah sarana RD dengan membuat lapangan olahraga.
(Puluhan anak masih beraktivitas. Sebagian membaca buku, sebagian menulis. Sebuah bekal berharga bagi mereka untuk kelak “menggenggam dunia”. Semoga.)
Dijumput dari:
http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=11280
http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=11280&no=2
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar