Senin, 27 Februari 2012

Suara-suara yang Ditiupkan ke dalam Dada (2)

Jusuf An
http://www.kompasiana.com/jusuf_an

Dan aku tak habis pikir, ketika ada beberapa perempuan yang dengan terang-terangan mengaku mencintaimu, kau menanggapi mereka dengan tertawa. Kau menolak perempuan-perempuan itu dengan cara yang halus dan terkesan berlebih-lebihan. “Hak setiap manusia untuk mencintai manusia lainnya, tetapi menurutku pacaran hanya akan menyulut api permusuhan dan membuang-buang waktu.”
Sungguh, saat mendengar ucapanmu itu aku sering merasa bersalah karena dulu telah membuatmu lebih dekat dengan Zulaikha. Betapa sampai sekarang kau masih menyimpan Zulaikha di lubuk hatimu. Itulah yang membuatmu menolak perempuan-perempuan yang sebenarnya lebih cantik dan rela dipegang bukan hanya jidad dan tangannya itu.

Aku merasakan kesedihan luar biasa atas penolakanmu terhadap tubuh-tubuh seksi perempuan-perempuan yang datang menawarkan cinta kepadamu. Lagi, yang juga tidak pernah aku pahami, kau selalu menolak ajakan kawan-kawan aktifis yang biasa berdemonstrasi bersamamu untuk meminum anggur. “Lebih baik aku minum air kencing Hitler ketimbang harus meminum minuman keras.” Kata-kata itu hanya kau batin. Tetapi lambat laun, kau mulai berani terang-terangan membenci mereka, kawan-kawan aktifis yang banyak bicara tentang kemiskinan, penindasan, dan kebobrokan moral itu. Kau memperingatkan mereka untuk meninggalkan minuman keras. Tetapi kau sadar bahwa kata-katamu hanya menjadi busa yang tak berarti apa-apa bagi mereka. Ketika suatu malam kau melihat beberapa perempuan berkerudung bergabung minum anggur bersama mereka kau mendiamkan saja. Baru setelah kau memergoki sepasang laki-perempuan yang kau anggap seniormu tengah bercinta di sebuah kamar kebencianmu tak lagi dapat tertahan. Sejak itu kau tak pernah berdiskusi dan berdemonstrasi bersama mereka. Kau banyak menghabiskan waktumu di sanggar teater, dan bertekad lebih serius mendalami seni pertunjukkan dan sastra. Kau merasa menemukan keluarga baru di sanggar teater itu; pinjam-meminjamkan uang, celana bahkan sikat gigi, makan sebungkus nasi untuk bersama, sebatang rokok bergantian; sebuah ikatan kekeluargaan yang membuatmu sulit berpisah dari mereka meskipun beberapa dari mereka ada yang kau anggap gila. Mereka yang laki-laki kebanyakan mengenakan dua anting di telinga, memanjangkan rambut dan mengecatnya, menyukai pakaian warna hitam, jarang mandi, kerap begadang sampai pagi, dan sering berteriak-teriak sendiri membaca puisi. Yang perempuan, memang berkerudung, tetapi mereka sering tidur bersama kawan laki-laki. Kau kadang heran dengan tingkah mereka, tetapi entah kenapa-meskipun kebanyakan dari mereka sering kau lihat minum anggur dan meninggalkan shalat seperti kebanyakan kawanmu yang mengaku pejuang sosial itu-kau bisa memaklumi mereka. Kau berlatih teater bersama mereka seminggu dua kali, tahlilan puisi setiap malam Jumat, diskusi soal-soal kesenian, dan menghadiri undangan untuk pentas di dalam kota.

Ketika kamar kosmu sudah habis masa sewanya dan separuh uang yang kau terima dari ibumu telah kau gunakan untuk beli buku dan mentraktir kawan-kawanmu di kedai kopi, kau ingin sekali tinggal di sanggar teater; hidup bersama beberapa anggota sanggar yang memang tak punya tempat tidur tetap. Tetapi kau teringat pada ayahmu yang dipastikan akan menanyaimu tentang kitab-kitab yang kau pelajari saban kau pulang ke Tuban. Kau teringat ibumu yang selalu memperingatkanmu untuk serius belajar ilmu agama. Kau teringat masa depan pondok pesantren ayahmu yang kelak akan diwariskan kepadamu.

“Kalau kau setuju kita bisa tinggal satu kamar berdua,” ujar Madun, salah seorang kawanmu yang juga menjadi santri kalong.

Aku merasakan sebuah ancaman baru ketika Madun menawarimu tinggal satu kamar denganmu. Dari percakapan demi percakapan yang berlangsung antara kau dengan Madun, aku tahu, Madun merupakan lelaki yang berasal dari kampung terpencil di daerah Madura. Ia datang ke Jogja dengan bekal ijazah madrasah ‘aliah dan restu dua orang tuanya. Ia memiliki keinginan besar melanjutkan ke jenjang kuliah. Ia makan dan membayar biaya kuliahnya dari berjualan buku. Ia tak menyukai puisi, tak menyukai membaca buku-buku filsafat, tak pernah meninggalkan shalat, berpuasa senin-kamis, dan tak merokok.

Ia tak pantas jadi kawanmu, Rijal!

“Bagaimana?” tanya Madun meminta jawabanmu.

Kau tak langsung memutuskan. Seminggu kemudian Madun kembali menawarkan hal yang sama, dan kau masih belum bisa memutuskan. Sampai tuan pemilik kamar yang kau sewa memanggilmu dan menyuruhmu mengeluarkan semua barang yang ada di kamarmu, baru kemudian kau mendatangi Madun dan menyetujui tawarannya.

Betapa aku sering terusik manakala tengah masuk ke dalam mimpimu dan tiba-tiba mendengar Madun membaca Qur’an. Juga, kau-yang kemudian sering begadang di sanggar dan pulang ke kamar larut malam-selalu dibangunkan Madun untuk shalat subuh di masjid dilanjutkan dengan mengaji.

Suatu hari, setelah sekitar tiga bulan lamanya kau tinggal satu kamar bersama Madun, kau menyadari kalau uang kiriman ibumu selalu ludes karena harga-harga terus melambung dan kebutuhanmu kian bertambah. Kau kemudian berpikir untuk mencari uang sendiri. Kau merasa sungkan untuk mengatakan pada ibumu agar uang sakumu ditambah. Maka, ketika suatu pagi kau duduk di atas kloset membuang kotoran begitu saja terbersit di otakmu untuk berjualan buku. Segera, setelah kau rasakan semua kotoran di usus besarmu keluar, kau buang rokokmu yang tinggal beberapa inci panjangnya lalu bergegas menuju tempat di mana Madun menggelar buku-buku dagangannya.

Dengan senang hati Madun bersedia membantumu. Pada keesokan harinya Madun membawamu ke beberapa penerbit dan mengenalkan padamu seorang tengkulak buku bekas. Tiga hari kemudian kau mulai menggelar buku-buku di halaman kampus, atau kadang di depan ruang-ruang yang digunakan seminar dan bedah buku. Kau menyukai kegiatan barumu itu; selain mendapat pengalaman baru dan sedikit uang tambahan kau juga bisa membaca buku-buku baru atau bekas tanpa harus membelinya. Sampai tiga bulan kemudian ada peraturan baru di kampus di mana kau berjualan buku; satpam kampus mengusir dan melarangmu berjualan buku di halaman kampus. Kau mencoba melawan satpam-satpam itu, tetapi kau sadar bahwa mereka hanya menjalankan tugas atasannya. Berat hari kau mematuhi mereka, lalu mencari tempat lain yang strategis. Tetapi tak kau temukan tempat itu, hingga akhirnya kau memutuskan berhenti berjualan buku ketika ada salah seorang kawan menawarimu untuk bekerja menjaga rental komputer.

Jika dibandingkan, penghasilan yang kau dapat saban bulan sebagai karyawan rental komputer masih lebih banyak ketimbang hasil berjualan buku, apalagi ketika ada pelanggan datang dan menyuruhmu mengetik segeluntung skripsi. Tetapi kau merasakan lelah yang luar biasa dan merasa telah banyak kehilangan waktu untuk membaca.

Belum genap dua bulan kau bekerja di sana, kau memutuskan berhenti.

Suatu hari, pada minggu terakhir bulan Mei, ketika uang kiriman orang tuamu sudah tak tersisa, dan kau tengah membakar sebatang rokok yang kau beli dari uang pinjaman seorang laki-laki datang mengetuk pintu kamarmu. Lelaki itu bernama Gazali. Lelaki kurus, berambut cepak, berjambang lebat, dan memiliki jidad kehitaman seakan bekas terkena luka bakar itu tinggal di kamar bersebelahan dengan kamarmu. Umurnya lebih tua satu tahun darimu. Ia rajin shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, dan memberikan sedekah kepada pengemis yang berderet di depan masjid saat hari Jumat. Kau sering melihat Gazali bersama beberapa lelaki yang juga memiliki ciri-ciri seperti dirinya: berjambang dan jidad kehitam-hitaman.

Gazali sering berkunjung ke kamarmu saat malam, dan bicara panjang lebar tentang isu politik dan agama. Berbeda dengan Madun yang antusias mendengarkan Gazali bicara kau jarang menanggapi apa yang Gazali. Dari kalimat-kalimat yang Gazali ucapkan kau dapat menebak bahwa Gazali merupakan salah seorang fanatik Osama bin Laden, satu-satunya tokoh yang mengaku beragama Islam yang namanya telah dijadikan merek parfum oleh pendukungnya. Anggapanmu itu dapat kau pastikan kebenarannya ketika suatu pagi Gazali datang ke kamarmu membawa sebuah surat kabar yang masih hangat.

“Lihat!” Dengan wajah merah padam Gazali menyodorkan majalah itu padamu dan menyuruhmu membaca berita yang ia tunjukkan. Saat itu, tak nampak Madun ada dalam kamar. Seadainya Madun ada pastilah Gazali akan menyodorkan berita surat kabar itu padanya, bukan padamu. Membaca judul berita itu, kau tahu di dalamnya mengulas berita tentang perang yang berkecamuk di Afganistan. “Bacalah, kau pasti akan merasa terbakar seperti aku?”

Kau mulai membaca. Berita itu mengatakan pasukan Amerika mulai menjatuhkan bob-bob di wilayah Afganistan sebagai buntut dari ambisi Amerika untuk menumpas teroris terutama gerilyawan Taliban yang bersembunyi di gua-gua. Pengeboban itu terjadi beberapa minggu setelah peristiwa runtuhnya WTC. Belum tuntas kau membaca, Gazali lantang berkata: “Perlu bukti apa lagi untuk membenarkan apa yang dikatakan Osama bahwa perang ini merupakan perang antara Islam dan Barat, bukan hanya Afganistan dan Amerika Serikat.”

“Lalu, apalagi yang kau tunggu? Segeralah kemasi barangmu, bawalah pisau dapur atau garpu dan berangkatlah ke Afganistan untuk berjihad.” Kau tetap tenang sembari memperhatikan wajah Gazali yang nampak berapi-api.

bersambung…

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar