Senin, 27 Februari 2012

Suara-suara yang Ditiupkan ke dalam Dada (7-Selesai)

Jusuf An
http://www.kompasiana.com/jusuf_an

Begitulah, sejak itu kau memanggilnya Nitse. Sebelum kau mengunjungi kamarnya, kau pernah menyangka jika ia seorang yang malas, sebab kau jarang melihatnya di ruang kuliah dan jika pun ia ada, kau sering melihatnya tertidur di dalam kelas. Tetapi kau buru-buru menyadari kekeliruan atas sangkaanmu setelah masuk kamarnya siang itu. Kau menebak Nitse rajin membaca, jarang tidur malam dan mencuci pakaian. Tetapi Nitse tak setuju kalau dibilang rajin membaca, sedang untuk begadang dan malas mencuci pakaian ia tak membantah. Kau juga mengatakan, kalau Nitse senang minum minuman keras, tetapi tak senang perempuan. Nitse hanya tertawa mendengarnya.

Kau menganggap Nitse tak jauh berbeda dengan kawan-kawan di sanggar teater. Ia pandai melukis dan bermain gitar yang bagus. Suatu ketika, ia pernah berkata-dan kau kontan menyetujuinya-bahwa cara terbaik melawan penderitaan hidup adalah dengan menciptakan keindahan. Di lain waktu, setelah kau mengisahkan perihal Zulaikha padanya (kau tak mengatakan jika Zulaikha adalah salah seorang santri ayahmu), Nitse menanggapinya dengan, “Jika kau terus mengingat masa lampau, kau tidak akan kreatif. Tetapi jika kau tak pernah mengenang sejarah hidupmu maka kau tidak normal dan akibatnya kau susah mengatur dirimu sendiri.”

Mulanya kau tak pernah kau tahu jika hampir saban malam Nitse mengamen di jalan Solo. Sebab Nitse sendiri tak pernah mengatakan tentang hal itu padamu. Kau memang sering curiga ketika datang ke kamar Nitse malam-malam dan selalu tak menemukannya ada di kamar. Kamarnya tak pernah terkunci, sehingga kau akan masuk dan menunggunya sembari membuka-buka buku dan merokok. Merasa bosan menunggu, kau sering pergi pulang dengan membiarkan buku-buku yang baru kau baca berserakan. Atau kadang-kadang, kau menunggunya hingga larut malam, hingga Nitse pulang dengan menenteng gitarnya-lebih sering kau tertidur sebelum Nitse pulang. Ditanya dari mana pergi, Nitse sering tak terang menjawabnya. Tapi kemudian, kau tahu sendiri, kalau Nitse hidup dari penghasilan ngamen malam hari. Dan ternyata kau juga menyenangi pekerjaan itu.

Dua hari setelah Nitse mengajakmu ngamen untuk pertama kali itu, kau kembali mendatangi Nitse dan mengajaknya ngamen lagi. “Lebih bagus kalau kita ngamen sendiri-sendiri,” ujar Nitse menyambut ajakanmu. Kau paham. Sebab jika ngamen berdua maka hasilnya akan dibagi dua sehingga tidak memuaskan. Merasa tertantang, kau kemudian benar-benar memberanikan diri membawa gitarmu memasuki tenda demi tenda makan di sepanjang jalan Solo. Mengenakan sandal jepit, kaus oblong yang sengaja kau balik, kalung rantai dan topi, kau mengayuh kaki, bernyanyi; mengumpulkan koin demi koin.

Rezeki memang ghoib, gumammu suatu hari, setelah menyadari penghasilanmu yang tak tentu. Kadang, dalam satu warung tak seorang pun memberi uang, tetapi kadang satu lagu yang kau nyanyikan dapat mendatangkan uang-uang kertas atau berbatang-batang rokok. Kau benar-benar mensyukurinya dan menganggap uang yang kau dapat sepenuhnya halal, apalagi lagu-lagu yang kau nyanyikan bukanlah lagu-lagu cinta, melainkan lagu-lagu bertema sosial dan kadang di sela-selanya kau menyelipi membaca puisi.

Kau menjadi jarang menulis semenjak menggeluti pekerjaan itu (kau ingin menolak jika dikatakan malas menulis karena telah mengetahui cara mudah mendapatkan, meski sebenarnya dalam hati kecilmu kau mengakuinya). Meski jarang menulis, kau masih senang duduk berlama-lama di atas kloset dan sering bertanya-tanya, apa yang terjadi jika orangtuamu tahu pekerjaan baruku. Di waktu lain, kau juga merenungkan kalimat-kalimat yang Nitse katakan padamu yang diam-diam telah membuatmu gelisah. Buku-buku di kamar Nitse yang kau baca tak kau sadari telah mengganggu pikiranmu. Tetapi kau tetap menjalankan shalat lima waktu, meski kadangkala kau melupakannya dan seringkali berpikiran bahwa Allah pasti memaklumi dan memaafkan kealpaanmu setelah kau teringat apa yang dikatakan Abu Nuwas bahwa sebesar-besarnya sesuatu, masih lebih kecil dibandingkan dengan ampunan Allah yang paling kecil.

Kian hari kian banyak yang kau gelisahkan, di antara yang paling membuatmu keras berpikir adalah tentang nasib. Sebagaimana sudah aku katakan, kau mulai merasa kalau orang tuamu telah mengikatkan simpul-simpul mati di kaki dan tanganmu. Kau merasa tak bisa bergerak, tak lagi punya pilihan, tak berani mengelak; kau berpikir, kelak, setelah kau menamatkan kuliah kau akan hidup di pesantren dan setelah ayahmu meninggal, kau akan menggantikan kedudukannya. Kau menyadari hal itu pada suatu pagi ketika kau tengah jongkok di atas kloset. Dan berpuluh-puluh hari berikutnya, di tempat yang sama, kau merasa menemukan jalan keluar, bahwa kau akan bisa lepas dari kekangan orang tuamu jika tak lagi meminta kiriman uang.

***

TAK ADA yang lebih menegangkan bagiku kecuali ketika menghembuskan keragu-raguan ke dalam dadamu. Apa yang aku lakukan tersebut membawaku pada dua kemungkinan. Jika aku berhasil membuatmu berpaling dari apa yang kau yakini selama ini, betapa bahagianya aku. Namun jika aku gagal maka sungguh celakalah diriku. Tentu saja aku tak sudi untuk gagal. Maka, beginilah, aku akan selalu mencampuri gerak akal dan hatimu.

Tetapi, aku lebih suka, kau lupakanlah aku saja. Anggaplah aku tak pernah ada, tak pernah ikut campur hal apapun padamu. Agar kau merasa tentram, tentu.

Bacalah lagi buku-buku yang liar dan nakal dan tak perlulah kau mendiskusikan apa yang kau baca dengan siapapun. Yakinlah, kau akan menemukan jawaban dari apa yang selama ini kau gelisahkan. Kau akan segera keluar dari jeratan pertanyaan. Dari pertanyaan yang menjerat. Ya, kau akan bebas. Akan merdeka, Rijal.

Sebenarnya tidak sepenuhnya aku telah membuatmu ragu tentang apa yang dulu kuat kau pegang. Kalau pun aku tidak menghembuskan keragu-raguan ke dadamu niscaya dengan sendirinya kau akan mengalami masa-masa seperti itu. Betapa buku-buku di kamar Nitse yang sebagian besar sudah kau baca itu telah mengguncang keimananmu. Lagi, percakapanmu dengan Nitse yang seringkali terkesan bernada humor tetapi serius itu telah merisaukan keyakinan-keyakinanmu.

Aku membayangkan: perlahan gagasan-gagasan gila di kepalamu akan aku jadikan syahwat, kemudian hasrat, dan kelak akan kau terapkan dalam kehidupan, selanjutnya menjadi kebiasaan hingga sulit kau hilangkan. Jika aku membiarkan pikiranmu berjalan sendiri tanpa aku dampingi, aku takut, kau justru akan menemukan cahaya kebenaran.

Berhari-hari kemudian kau mulai terperosok dalam lubang pesimisme. Kau mulai berani memberontak atas keadaanmu sendiri. Kau mulai berpikir kenapa harus dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki dan memiliki ayah seorang kiai. Kau juga memandang kelemahan-kelemahan yang kau miliki, tentang tulisan-tulisanmu yang ditolak media massa, dan cara membacamu yang buruk. Kau terhanyut dalam lautan kelemahan-kelemahanmu dan tak aku ijinkan kau keluar untuk memikirkan kelebihan-kelebihan yang kau miliki, yang sebenarnya jauh lebih banyak. Lingkungan sekelilingmu yang bobrok di mana banyak nilai tak lagi berfungsi dan orang-orang disibukkan dengan benda dan kesenangan diri sendiri, membuatmu semakin tak berdaya. Tetapi kau tetap keras berpikir, mencoba memecah misteri kematian dan hakikat penciptaan. Kau terus membaca, tetapi tujuan, cita-cita dan harapan hidupmu seolah justru lari menjauh. Semakin aku jauhkan.

SELESAI

Cerita ini merupakan cerpen yang panjang, pernah dimuat di Jurnal Cerpen Indonesia edisi X tahun 2009.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar