Kamis, 09 Februari 2012

RENDEZVOUS– Sebuah buku Antologi puisi

Abdul Wachid B.S. *
http://duniadibalikjendela.blogspot.com/

Antologi puisi berjudul Randezvous, yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah 2011, cukup menarik perhatian saya. Dikatakan oleh Wijang J. Riyanto bahwa: “wilayah Banyumas, Semarang, Pati dan sekitarnya, merupakan contoh sebagian wilayah yang memiliki potensi literasi puitik yang patut diperhitungkan dan dicatat.” Ini memang benar sekali, mengingat puisi menampilkan representasi, baik realitas, praktik sosial, maupun makna sosial. Referensial yang dibangun oleh bahasa setiap penyair pada aspek hakikinya adalah ruang yang memiliki entitas.

Puisi memiliki ruang: ada ruang imajinasi, ruang ekspresi, juga tentang cara teks (baca: puisi) berelasi. Ruang bukanlah tempat secara teritorial, ekspresi subjektif maupun praktik sosial yang membentuk wacana telah memobilitas puisi menjadi ruang itu sendiri. Pendeknya, ruang tercipta berdasarkan konstruks sosial, di mana penyair sebagai intelektualitas berusaha untuk menampilkan sisi tertentu berdasarkan pengetahuan dan visi-misinya. Persona ruang itu sendiri akan sangat berbeda antara penyair yang satu dengan yang lainnya dengan pengetahuan dan pandangan memiliki partikel tersendiri.

Ruang yang dibangun oleh A. Ganjar Sudibyo dengan sisi sosial yang disampaikan secara puitik dengan nuansa yang sedikit menyayat. Publik sebagai aktivitas sosial disikapi secara subjektif: naome, kita kini hidup–makan dan tidur di rumah polusi negeri cepat saji. Indeks yang dibangun pada “di rumah polusi negeri cepat saji” menjadi identitas sosial, namun cara menyampaikan dengan seperti berkabar pada Naome sebagai konstruksi emosional.

Begitupun dengan puisi “Senja yang Berbatas” Arif Hidayat, meskipun di situ ruang diinventarisasi karena ada ruang yang digenderkan, yakni posisi perempuan yang di rumah. Representasi perempuan sebagai suatu dunia dalam praktik spasial juga hadir pada Mumamad Baihaqi Lathif dalam Sajak “Suaminya Sejahtera itu Miskin” , Guri Ridola dalam Sajak “Perempuan di Dasar Laut”, Arif Fitra Kurniawan dalam sajak “Sampek-Engtay”, “Ken Dedes-Ken Arok” dan “Lemari yang Menyimpan Ibu”. Adapun sistem sosial perempuan juga ditandai oleh Pandi Subarong, dalam sajak “Perawan Kesorean” dan “Perempuan-perempuan” dengan polanya dihadirkan sebagai mimesis, bukan representasi: dia sang perawan kesorean/mengais sisa-sisa peradaban/ di tengah euphoria jaman bebal. Memang, tidak semua penyair membangun realitas sosial menjadi realitas baru melalui penyatuan imajinasi dan kekuatan emosional di dalam puisi.

Ruang dapat terlihat di mana saja karena bukan tempat, melainkan cara wacana di dalam teks berkelindan untuk menampilkan bentuk kebenaran. Cara Syaiful Arif membentuk style merupakan substansi yang ingin disampaikan secara samar, meksipun tataran ideologis dapat terbaca pada: Oh, di negeri terjajah/ Hanya ada darah// Manusia kalah / Oleh system/ Mereka olah// yang mencoba untuk mengkritisi fenomena modern, yang sesungguhnya juga telah diketahui secara umum. Di dalam pandangan lain, ruang akan berbeda; dengan makna yang terfragmentasi. Konstruksi kode di dalam teks membutuhkan referen sehingga dapat terbaca ideologinya.

Ada juga konstruksi simbolik yang hadir berdasarkan imajinasi. Dimas Indianto S. menyusun simbol-simbol dalam citra romantik. Simbol-simbol itu menjadi kuat dengan adanya wacan religius, seperti dalam sajak “Demi hujan yang Menyudahi Tasbihnya”: Demi hujan yang menyudahi tasbihnya./ Aku lelah menjadi lilin dalam malam-malammu. Cara-cara ini membutuhkan arena imajinasi dan kekuatan wacana yang lebih individual karena kode mengalami pembalikan dan perubahan sehingga tampak begitu sureal. Wiwit Mardianto juga memainkan simbol religi secara konseptual: //Dahan-dahan yang bersujud di hadapan badai/ Tak akan lagi mengenalmu. Karena jiwanya melaju/ Menembus wajah-wajah kotor telaga/ Dan juga sisa waktu yang belum ternoktah sebelumnya//, namun ia lebih imajis dengan membiarkan bayangan ayam berkembang secara natural, yang kemudian secara perlahan telah berada di sisi yang religi.

Puisi berkembang dengan interakis individu dalam relasi sosial, yang bisa saja terlibat dalam praktik-praktinya, atau juga hanya mengamati dengan memaknainya. Maka, yang hadir di dalam puisi adalah proyeksi pandangan seorang penyair, di mana subjektivitas menjadi sudut pandang sebagai sisi dari ruang. Tidak mengherankan, jika ruang yang berbeda dari waktu ke waktu selalu berusaha untuk disuarakan, seperti yang dinyatakan oleh Arif Fitra Kurniawan dalam sajak “Rendezvous” : //bertahun-tahun ruang ini/ membiarkan raungan kita diluapkan usia/ rentangnya membuat bulu-bulu rubuh,/ tabah menadah dingin diwaktu subuh//. Ruang sebagai aktivitas antar entitas dalam setiap susunan kata merupakan poyeksi dari pertemuan internal dan eksternal. Setiap ruang memiliki wacana yang kompleks, tergantung pada setiap penyair melihatnya sebagai fenomena sosial-budaya yang unik, maka sajiannya pun akan berbeda.

Pandangan terhadap agama, kehidupan sehari-hari, dan pengalaman puitis dapat memberi kerangka konseptual pada proses kepenyairan seseorang. Semua itu, terjalin dalam dekonstruksi kata-kata, di mana diri penyair menyingkap peristiwa publik berdasarkan petunjuk-petunjuk yang ia tangkap seperti yang dinyatakan oleh Anna Subekti: jutaan pertanda tang tak mampu kubaca, yang sesungguhnya ia telah memahami petunjuk itu sendiri karena sadar tidak bisa menjangkau pengetahuan Tuhan sepenuhnya. Cinta dan rindu dapat pula hanyalah keterkesanan pada objek, namun bagi Wiwit Mardianto dapat juga sebagai aktivitas sosial sehari-hari.

Bagi saya, buku puisi Randezvous ini, bukan hanya sebatas pertemuan penyair antardaerah di Jawa Tengah ini. Pada buku ini, ada idealitas penyair dalam memandang realitas untuk disajikan dengan bahasa baru, yang lebih indah, menarik, menggugah perasaan, dan membuat pengetahuan kita bertambah. Penyair-penyair di dalam buku ini mampu melihat potensialitas ruang yang perlu untuk diwacanakan menjadi puisi sehingga akan mengajak kita lebih kreatif dalam menjumpai zona kehidupan, yang mungkin kau akan protes/ karena ada bahasa yang berbeda dengan kenyataan.

Sebenarnya, yang terpenting adalah usaha terus-menerus untuk memuncul dielaktika baru—dari penyair yang terantologikan di sini—menjadi lebih kompleks untuk menandai fenomena sosial yang tumbuh di setiap daerah mereka berada. Karena, “masih ada” beberapa wacana yang disampaikan masih mengacu pada relasi dan implikasi perkembangan puisi itu sendiri, bukan pada kepekaan menangkap fenomena sebagai bagian dari intensitas publik.
_______________________________
*) Abdul Wachid B.S. lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Achid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. Buku tunggal yang menghimpun karya Achid, antara lain : (1) Rumah Cahaya (edisi revisi Gama Media, 2003) merupakan buku puisi yang menghimpun karya awalnya. Buku puisi Rumah Cahaya ini sempat dikritik oleh Adi Wicaksono secara panjang-lebar di buku Histeria Kritik Sastra (Bentang, 1996), dan menjadi polemik berkepanjangan di koran Kedaulatan Rakyat. (2) Sastra Melawan Slogan (FKBA, 2000) merupakan bunga rampai esainya yang diberi kata penutup oleh Dr. Faruk. (3) Religiositas Alam : dari Surealisme ke Spiritualisme D. Zawawi Imron (Gama Media, 2002) merupakan buku yang diangkat dari karya ilmiah S-1, dan diberi kata pengantar oleh Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo. (4) Buku pilihan puisi cinta 1986-2002, Ijinkan Aku Mencintaimu (Buku Laela, Cet.I-2002, Cet.II-2004), diberi kata pengantar oleh peneliti sastra dari Jepang, Urara Numazawa. (5) buku puisi Tunjammu Kekasih (Bentang, 2003). (6) Beribu Rindu Kekasihku (Amorbooks, 2004) merupakan buku pilihan puisi cinta, diberi kata pengantar oleh Dr. Katrin Bandel (peneliti sastra Indonesia berkebangsaan Jerman). (7) Buku kajian sastra, Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A. Mustofa Bisri (Grafindo, 2005). (8) Buku esai, Sastra Pencerahan (Grafindo, 2005). (9) Gandrung Cinta (buku kajian sastra dan tasawuf; Pustaka Pelajar, 2008). (10) Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D. Zawawi Imron (Penerbit Cintabuku, 2009). Dan (11) buku puisi Yang (Penerbit Cintabuku, 2011). Website: www.wachid.8m.com E-mail: achidbs99@yahoo.com

Dijumput dari: http://duniadibalikjendela.blogspot.com/2011/07/rendezvous-sebuah-buku-antologi-puisi.html

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena DĂ© M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar