Kamis, 09 Februari 2012

Berbincang Licentia Poetica dalam Tempurung Tengkurap

Desi Sommalia Gustina
Riau Pos, 5 Feb 2012

KITA tahu, setiap penyair memiliki lecentia poetica dalam penulisan puisi yaitu kebebasan memilih cara dan daya ungkap puisi. Untuk totalitas ekspresi terkadang penyair melakukan pelanggaran kaidah bahasa dengan tujuan mengungkapkan secara memikat dan dapat menghasilkan totalitas pengungkapan. Licentia poetica oleh Shaw (1972:291) dikatakan sebagai kebebasan seorang sastrawan untuk menyimpang dari kenyataan, dari bentuk atau aturan konvensional, untuk menghasilkan efek yang dikehendaki. Dengan kata lain, licentia poetica merupakan kebebasan memanipulasi kata oleh penyair demi menimbulkan efek tertentu dalam karyanya dan terkadang menabrak kaidah dasar berbahasa.

Penyimpangan pada kaidah dasar biasanya terjadi pada arti kosa kata (leksikal), bunyi-bunyi kebahasaan (fonologis), tata makna (semantis), maupun tata kalimat (sintaksis). Artinya dalam penulisan puisi penyair boleh saja menabrak kaidah bahasa selama menimbulkan estetika tersendiri. Kata diolah menjadi kalimat yang memiliki makna, walaupun tidak sesuai kaidah, dengan tujuan menyempurnakan ungkapan. Namun, membaca sajak-sajak Mahatma Muhammad dalam buku Tempurung Tengkurap yang diterbitkan penerbit Koekoesan ini menyembulkan sebuah tanya di kepala saya, apakah dengan licentia poetica seorang penyair dapat dengan leluasa menumpahkan kreativitas ke dalam sebuah karya tanpa batasan apapun?

Selama ini paradigma yang berkembang terkait licentia poetica tak lebih dari kata ‘’bebas’’ atau ‘’merdeka’’. Berbekal kata ‘’bebas’’ dan ‘’merdeka’’ tersebut tampaknya Mahatma Muhammad menulis sejumlah sajak yang kemudian terhimpun dalam buku Tempurung Tengkurap yang ditulis bersama Yori Kayama ini. Namun, ketika membaca satu demi satu sajak Mahatma Muhammad dalam buku ini, saya tak menemukan sajak yang lahir hasil eksplorasi sungguh-sungguh dan mendalam dengan menyelami makna ‘’bebas’’ dan ‘’merdeka’’ sebagaimana yang telah diberikan oleh licentia poetica dalam menulis puisi. Padahal, puisi yang ditulis hanya berbekal kata ‘’kebebasan’’ tanpa memahami makna kata ‘’kebebasan’’ tersebut hanya akan melahirkan teks sastra yang dangkal dan kering, seperti yang terlihat pada baris-baris puisi Mahatma Muhammad yang berjudul ‘’Ku Au Kau Au’’: janganlah kacau/sampai ketukan ditengah malam/kembalikan igau/ ku au/kau au/ ngigau (halaman 25).

Dari sejumlah sajak yang ditulis Mahatma Muhammad dalam buku ini, tampaknya dengan prinsip ‘’kebebasan’’ yang telah diberikan licentia poetica, Mahatma Muhammad terlihat hanya mengutamakan keserasian rima, dan seolah mengabaikan makna dari puisi itu sendiri. Atau dengan kata lain seolah melupakan apakah puisi yang ia ciptakan adalah puisi yang ‘’utuh’’, yang merupakan satu kesatuan antara bait yang satu dengan lainnya.

Licentia poetica dalam menulis puisi harus diakui hanya bebas bermain dalam lingkup masyarakat sastra, tidak membaur-lebur pada masyarakat luas. Ditambah lagi, dengan sekian banyak defenisi dan pengertian, tidak ada kejelasan tentang batasan maupun cakupan dari licentia poetica itu sendiri (Hadi Napster: 2011). Dengan demikian, para pelaku sastra terutama penyair, mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa mereka adalah salah satu ujung tombak sekaligus penunjuk jalan dalam hal penggunaan licentia poetica. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penyair memahami makna dari licentia poetica itu sendiri.

Di samping memahami makna licenteia poetica, penyair harus pula rajin membaca. Dan agaknya betul apa yang dikatakan Taufik Ismail dalam endorsement-nya pada buku ini, agar seterusnya mantap memasuki ranah puisi, penyair harus lebih banyak membaca, diskusi, dan terus menulis dengan tiada jenuh-jenuh. Sebab, membaca, menulis (disamping juga berdiskusi), merupakan gizi bagi penulis dalam melahirkan karya. Karena dengan membaca penulis akan kaya perbendaharaan kata. Sehingga ia tidak terus menerus menuliskan kata atau kalimat yang diulang-ulang. Seperti yang terjadi pada beberapa sajak Mahatma Muhammad, di mana dijumpai pengulangan kalimat yang hampir sama pada dua puisi yang berbeda. Seperti yang terdapat dalam salah satu baris sajak ‘’Tempurung Tengkurap’’: ingin rasa rindu ingin rupa rindu segala ingin/ingin kamu ingin tahu ingin malu mengingatmu (halaman 4). Lalu bandingkan dengan potongan bait puisi yang berjudul ‘’Dilema Usang’’: rindu rasa rindu rupa rindu segala rindu/ingin kamu ingin tahu mengingatmu (halaman 14).

Baris-baris puisi tersebut jika kita amati akan terlihat betapa keduanya teramat mirip. Di sini tampaknya penyair perlu memperhatikan dan mempertimbangkan pilihan diksi dalam puisi yang ia buat. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kata yang diulang-ulang. Di samping itu, pilihan kata yang tepat dan selaras dalam mengungkapkan gagasan akan memberikan efek tertentu dan muaranya akan menghasilkan karya sastra yang segar, indah, dan enak dibaca. Seperti yang saya temukan dalam sajak-sajak Yori Kayama yang juga terangkum dalam buku sajak Tempurung Tengkurap ini.

Membaca sajak-sajak Yori Kayama dalam buku ini, saya melihat Yori Kayama sedang berusaha mencari makna akan hakikat hidup. Hal itu misalnya terlihat pada baris-baris dari puisi Yori Kayama dalam sajak yang ia beri judul ‘’Tempurung Tengkurap’’: ingat, hidup adalah sebuah pilihan menuju persandingan/dimana makam-makam akan berderet/umpama antrian sebuah loket/sebelum waktu keberangkatan tiba (halaman 45). Begitu pula pada sajak ‘’Menuju Makam’’ kita akan menenukan ’aroma’ yang sama; sebuah pencarian. Seperti pada baris berikut: dimalam mana kita akan berlabuh/sebuah lubang menjadi lebuh/kedalaman usia/haus tanah mengenang nama (halaman 67).

Di samping itu, sajak-sajak Yori Kayama seolah berusaha mengingatkan kita tentang perjalanan hidup manusia, seperti yang terpapar dalam baris-baris sajak ‘’Perjalanan’’: kita semacam gerak angin/mengayun daun sesuka dan sepanjang musim/tidakkah ada batang yang menopang/kerinduan ranting kepada jatuh/dan tanah tenggelam di jantung akar/kita seperti tengah laut/mendayung sua sesampai tiba/di perairan langkah hanya sebagai jarak/berapa lama pelabuhan akan dituju/lalu kapal merapat dan diikat/kita adalah hasil dari karatan waktu/mengulur umur dari segala hiba/airmata datang menimbun makam/menenggelamkan segala ingatan (halaman 71).

Dan, laiknya sebuah perjalanan, ia memiliki garis awal dan mempunyai batas akhir. Beberapa sajak Yori Kayama memaksa kita untuk merenungkan akhir dari perjalanan hidup manusia.

Bagi saya, sajak-sajak Yori Kayama ditulis lancar dengan iramanya sendiri. Meskipun demikian, tampaknya Yori Kayama masih ’terjebak’ dalam arus menulis puisi dengan membincangkan persoalan pribadi dalam (beberapa) puisinya. Misalnya membincangkan persoalan asmara dan berbuah melahirkan sajak-sajak romantis dengan persoalan pribadi yang ia hadapi. Salah satunya seperti sajak yang berjudul ‘’Puisi Cinta untuk Wulandari’’ dan beberapa sajak lainnya. ‘’Sajak Cinta’’ yang lahir karena penyair sedang jatuh cinta, patah hati, dan sebagainya, ada kesan penyair tersebut tak mampu melepaskan persoalan pribadi dengan teks puisi yang ia ciptakan. Padahal, jika penyair mampu berjarak dengan perasaannya sendiri, maka ia akan membuka ruang bagi pembaca untuk menafsirkan dan masuk dalam puisi. Begitulah.

Desi Sommalia Gustina, Lahir di Sungai Guntung, Indragiri Hilir, Riau, 18 Desember 1987. Kini sedang studi di Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2012/02/berbincang-licentia-poetica-dalam.html

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar