Diceritakan kembali oleh: H.H. Tokoro
http://sastralisanpapua.blogspot.com/
Pada zaman dahulu kala tinggallah dua orang bersaudara, yang tua bernama Hokhoitembu dan yang muda bernama Hokhoiela. Hanya mereka berdua yang tinggal di sebelah selatan Danau Sentani. Untuk makan sehari-hari mereka mengembara di hutan-hutan mencari binatang buruan. Binatang buruan inilah yang menjadi hidangan mereka setiap hari.
Oleh karena pada saat itu tidak ada api, binatang buruan yang mereka tangkap dimakannya mentah-mentah. Adapun darahnya dijadikan air untuk pengganti minumannya. Keseharian mereka hanya ditemani oleh kicauan burung dan desiran angin. Ketika malam tiba merekapun berdua tidur pulas karena kelelahan berburu. Apabila pagi telah tiba dan sang fajar telah mulai menyinari alam jagad raya ini kedua bersaudara ini pun bangun dari tidurnya dan kembali beraktifitas sebagaimana biasanya. Seperti hari-hari sebelumnya ketika mereka bangun di pagi hari hal pertama yang mereka lakukan adalah mempersiapkan peralatan berburu mereka yang terbuat dari kayu, seperti jubi, tombak, serta parang dan kapak yang terbuat dari batu.
Tidak seperti pada hari-hari sebelumnya setiap bepergian ke hutan untuk berburu mereka berdua selalu bersama-sama. Tetapi kali ini mereka berdua bersepakat untuk berpencar. Hokhoitembu mencari buruan ke arah timur dan adiknya Hokhiela menuju arah barat.
“Adik, nanti kalau matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat kita bertemu di Gobuk ya?”, kata Hokhoitembu kepada adiknya.
“Baik kakak”, jawab Hokhoiela adiknya.
Setelah mereka bersepakat untuk bertemu disuatu tempat sebelum malam tiba, berangkatlah mereka berdua dengan tujuan masing-masing. Satu menuju ke arah barat dan satu lagi menuju ke arah timur. Kedua bersaudara ini baik yang menuju ke arah barat maupun yang menuju ke arah timur menempuh perjalanan yang amat melelahkan. Mereka naik gunung, turun gunung, melawati hutan belantara, menenuruni lembah untuk mencari buruan namun tak berhasil. Ketika hari sudah mulai gelap merekapun bertemu ditempat yang telah mereka berdua sepakati bersama. Dalam pertemuan itu mereka bercerita satu sama lain tentang pengalaman mereka dalam perjalanannya. Di tengah keasikan mereka bercerita karena mungkin kelelahan mereka berdua pun tertidur di tempat itu. Keesokan harinya pagi-pagi sekali merekapun bangun, seperti biasa mereka mempersiapkan perlengkapan berburu untuk kembali melanjutkan perjalannya. Kali ini mereka tidak berpencar tetapi bersepakat untuk berangkat bersama-berasama ke arah utara sentani. Usia kedua bersaudara ini semakin-hari semakin tua, mereka tua dalam pengembraan. Ketika mereka tiba di sebelah utara sentani mereka sepakat untuk bermalam di situ. Pagi-pagi buta Hokhoiela terbangun dan keluar dari gubuknya. Di luar gubuknya ia naik ke atas pohon kemudian mengarahkan pandangannya ke arah utara. Di arah utara ia melihat ada asap yang mengepul membumbung ke langit. Hokhoiela merasa aneh melihat asap itu, karena selama hidup mereka baru kali ini ia melihat asap. Akhirnya ia pun turun menemui kakaknya Hokhoitembu dan memberi tahunya bahwa ia melihat benda aneh membumbung ke atas.
Mendengar penjelasan adiknya Hokhoitembu pun segera mengajak adiknya menuju ke arah utara tempat dimana asap itu berada. Mereka berjalan menuruni lembah, menyususri hutan lebat, dan mendaki gunung untuk sampai ke tempat asap itu. Di sepanjang perjalanan tidak ada seorang yang di temuinya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun mereka berdua terus berjalan. Setelah sekian lama mereka berjalan akhirnya sampai juga mereka di tempat asap itu berada. Ditempat itu ternyata ada seorang lelaki tua yang bernama Yokhumokho. Yakhumokho ini bertugas menjaga api dan air yang ada di dekat gunung dobongsolo.
Melihat Hokhoitembu dan adiknya datang, Yokhumokho pun bertanya.
“siapa nama kalian dan apa tujuan kalian berdua datang kemari?”, tanya Yokhumokho.
“kami berdua datang kemari untuk meminta air”, jawan Hokhoitembu.
“baik kalau begitu, ini saya serahkan air tapi kalian berdua jangan sekali-kali meletakkan air ini di tanah, ya!”, pinta Yokhumokho.
“Iya, Bapak!”, jawab mereka.
Setelah mereka menerima air merekapun berangkat pulang. Yang membawa air Hokhoitembu. Sepanjang perjalanan pulang mereka berdua tidak mendapatkan gangguan apa pun. Di tengah perjalanan karena capek dan lelah merekapun memutuskan untuk beristirahat. Air yang dibawa oleh Hokhoitembu diletakkan pada sebatang pohon tumbang, tanpa sengaja air itu tumpah. Tumpahannya mengalir melewati kelokan-kelokan tanah menuju kawah sebelah selatan Sentani. Kedua kakak beradik ini pun kaget.
Karena merasa bersalah mereka memutuskan untuk mengikuti kemana saja air yang tumpah itu mengalir. Rupanya air yang mengalir menyebar ke segala penjuru. Ada aliran air yang menuju menuju Kehiran. Aliran air itulah yang sekarang menjadi kali Awaiwi yang terdapat di Kehiran. Sesampainya diujung kali, Hokhoitembu mengatakan kepada adiknya yang Hokhoiela.
“Sekarang kita berpisah, saya menuju ke bagian timur dan kamu menuju ke bagian barat”, kata Hokhoitembu.
“Baik kakak”, balas Hokhoiela.
Setelah itu mereka pun berpisah, masing-masing berangkat sesuai dengan tujuan mereka dengan bekal air yang masih tersisah. Sang kakak yang berjalan ke arah timur dengan badan lurus menunjukkan daratan yaitu daerah kampung Yahim. Kemudian dengan kepala lurus dan membelokkan badan membentuk sebuah celah yang diletakkan di Kampung Sereh. Selanjutnya badan dibelokkan dengan tujuan membentuk lingkaran kecil yang disebut Pulau Yobe. Kemudian badannya dilingkarkan lagi kurang lebih sembilang puluh derajat sehingga membentuk Pulau Ajau Besar (dalam bahasa Indonesia Ifar Besar). Lalu membengkokkan badan lagi membentuk lingkaran dan terjadilah pulau Habakhei dan selanjutnya ke kiri lagi membentuk antara pulau Habakhei dan Pulau Ohey (Pulau Yohena) dan sekarang pulau itu disebut Pulau Asei. Kemudian Hokhoitembu kembali lagi berjalan dengan badan yang lurus mulai dari Hakhabei menuju kampung Nendali (sekarang Netar) langsung menuju ke arah timur lewat pulau Yohena (Pulau Asei) lalu membelokkan badan ke arah timur langsung menuju ke arah selatan membentuk sebuah daratan. Daratan itulah tempat Kampung Hebeiburu (Kampung Yoka).
Setelah itu kembali lagi Hokhoitembu melanjutkan perjalanan melaui air terus membuat beberapa tanjung yang letaknya antara Kampung Hebeiburu atau kampung Yoka dengan Kampung Puay. Sesampainya di Kampung Puay langsung masuk ke dalam dan membuat sungai yang cukup dalam langsung menuju ke arah timur. Sungai inilah yang dinamakan Kali Itafik (kali jernih). Perjalanan Hokhoitembu tidak terus ke arah timur tetapi berbelok ke arah selatan kawah sentani dan membelokkan badannya ke arah barat sentani, itulah yang membentuk pulau kecil yang bernama Hosena. Selanjutnya berjalan lagi membentuk daratan kemudian tanjung tempat Kampung Ayapo berada. Lalu berbelok ke arah barat membentuk Selat Bhuki. Terus ke arah barat di tengah-tengah danau membentuk pulau-pulau kecil yang bernama Pulau Merah (Pulau Putaly). Kemudian kembali ke arah selatan membentuk pulau kecil yang disebut Obolio. Selanjutnya menbentuk pulau besar yang disebut Atamaly. Terus ke selatan Sentani membentuk daratan yang agak dalam yang sekarang ditempati Kampung Ebale yang sekarang disebut Kampung Abar. Begitu pula adiknya Hokhoiela dengan membawa air ia berjalan dimulai dari daratan kampung Yoboy membuat tanjung panjang menuju arah selatan Sentani, namanya Tanjung Puyebei, kemudian terus ke sentani barat mulai dari Deware (kampung Kwadeware), Yonokong menuju selatan membuat sebuah pulau kecil yang bernama Mantai, selanjutnya berjalan ke arah utara melewati Yonokong membentuk beberapa pulau yang ada di daerah Rogo (Doyo Lama), terus menuju arah barat lewat kampung Yokhonde (nama sekarang Yakonde) sampai ke Sosiri lewat Buruwai belok ke arah timur membuat sungai besar Yope kemudian keluar lewat Kampung Donday. Perjalanan kedua kakak beradik yang membentuk lingkaran ini yang melewati beberapa tanjung menuju arah timur, barat, dan selatan inilah yang akhirnya membentuk danau sentani yang indah dan dapat kita nikmati keindahannya sekarang.
_____________March 10, 2010
Dijumput dari: http://sastralisanpapua.blogspot.com/2010/03/terjadinya-danau-sentani.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar