Sabtu, 21 Januari 2012

Kangmas dan Diajeng

Maria Magdalena Bhoernomo
http://www.seputar-indonesia.com/

ENTAH karena habis melahap lempuk durian seberat dua ons menjelang petang, atau karena sudah satu pekan meninggalkan istri, malam itu Kangmas memberanikan diri mengetuk pintu kamar tempat Diajeng menginap.

Kebetulan bersebelahan dengan kamarnya, dan Diajeng ternyata bersedia membukakan pintu dengan tersenyum manis,setelah lebih dulu menanyakan siapa yang mengetuk pintu. Lalu Kangmas pun memberanikan diri memeluk Diajeng, dan ternyata Diajeng pun membalas pelukan Kangmas dengan mesra. Dan Kangmas tahu,betapa detak jantungnya berpacu dengan detak jantung Diajeng, makin keras, makin keras, sampai kemudian keduanya tiba-tiba sudah terbaring letih di ranjang.

“Kau menyesali perbuatan yang telah kita lakukan, Diajeng?” tanya Kangmas ketika menatap wajah Diajeng yang nampak redup. Ada cairan bening yang menggenang di pelupuk mata Diajeng yang berbulu lentik.Lalu setetes cairan bening itu merembes dan mengalir ke pipinya yang lembut.Tapi,Diajeng tiba-tiba tersenyum manis ketika jari-jari tangan Kangmas menghapus air mata di pipinya.

“Tak ada yang perlu disesali, Kangmas. Kita mungkin telah ditakdirkan bertemu dan bercinta di sini,” ujar Diajeng lirih, sambil menundukkan wajah,tampak matanya menatap perutnya yang terbalut selimut. “Kita punya agama yang melarang sepasang manusia bercinta bukan dengan pasangan resminya,” ujar Kangmas mencoba mengusik hati Diajeng, karena Kangmas tahu Diajeng sudah menjadi istri yang mengkhianati suami dan Kangmas pun telah menjadi suami yang mengkhianati istri.

“Bukankah dalam ikrar pernikahan dulu kau melafalkan cinta dan kesetiaan kepada suami dan aku pun melafalkan ikrar cinta dan kesetiaan kepada istri?”lanjut Kangmas. “Ya. Kita telah menjadi sepasang pengkhianat, Kangmas. Kita bisa jadi akan dikutuk Tuhan.Tapi, siapa yang telah mempertemukan kita di sini kalau bukan Tuhan?” kata Diajeng, seperti ingin menghibur Kangmas.

“Jangan memojokkan Tuhan. Agama melarang kita bersikap tidak adil kepada Tuhan. Dan agama menganjurkan kita untuk segera bertobat setelah berbuat dosa,” sergah Kangmas dengan lidah kelu. Kangmas sekilas terbayang api neraka jahanam berkobar menjilati tubuhnya dan tubuh Diajeng pada saat bersatu dalam kobaran gairah yang menggebu.Dan itulah sebabnya Kangmas menolak Diajeng ketika Diajeng mengajak bercinta lagi untuk yang kedua kalinya.

Dalam hati Kangmas sempat menduga Diajeng adalah perempuan dengan gairah besar sehingga dalam semalam tidak cukup hanya menikmati satu kali percintaan. Dugaan itu berdasarkan kenyataan betapa tadi Diajeng cukup lama melenguh-lenguh tak seperti istrinya ketika sedang meraih puncak kenikmatan.

“Maafkanlah, aku sudah cukup tua untuk mengulanginya,” bisik Kangmas dengan menahan malu ketika Diajeng memeluknya dalam kemesraan yang hangat. Dan tiba-tiba Diajeng melepaskan pelukannya dengan wajah tersipu. Kangmas yakin, Diajeng pasti mengerti betapa laki-laki setengah baya seperti Kangmas sudah mengalami kemerosotan stamina.

*** LEMPUK durian,makanan ringan khas Bengkalis Riau itu, memang terbuat dari durian dan gula, sangat kaya kalori, dan bisa menaikkan tekanan darah dan memanaskan gairah. Sejak Kangmas mendarat di Bumi Lancang Kuning, dalam rangka mengamati kerusakan hutan akibat penjarahan untuk proyek reboisasi nasional yang dikerjakan dengan teman- teman anggota LSM di seluruh pelosok Indonesia,

Kangmas bertemu perempuan kelahiran Solo yang kemudian mengikuti suaminya di Balikpapan. Perempuan itu punya nama,tapi Kangmas lebih suka memanggilnya Diajeng karena perempuan itu pun suka memanggilnya Kangmas. Diajeng adalah ketua LSM lingkungan di Balikpapan,meskipun sehari-hari sibuk menjadi ibu rumah tangga.Suaminya pedagang alat-alat elektronik yang sering pergi ke Singapura untukmencaridagangan.

Sejak menikah, Diajeng sering mengaku kesepian di rumah bersama dua anaknya yang kini sudah duduk di bangku SD. Itulah sebabnya, Diajeng kemudian mencari alasan untuk menghindari kejenuhan dan kesepian di rumah dengan membentuk LSM lingkungan. Diajeng merasa gembira karena suaminya ternyata sangat mendukungnya. “Siapa yang tidak bangga menjadi suami seorang aktivis lingkungan yang memang sangat dibutuhkan di negeri yang sedang mengalami kerusakan lingkungan sangat parah ini?”

ucap suaminya,seperti ditirukan Diajeng dalam percakapan dengan Kangmas ketika sedang sama-sama memotret kondisi hutan yang nyaris gundul di pinggiran Bengkalis sebelum kemudian kembali ke hotel. Seperti yang telah direncanakan, Kangmas dan Diajeng berada di Bengkalis selama 10 hari, kemudian pulang ke rumah masing-masing. Kangmas akan pulang ke Kudus, dan Diajeng pulang ke Balikpapan.

Selanjutnya, keduanya mungkin tidak akan pernah bertemu kembali. Keduanya hanya bertugas mengamati dan memotret serta membuat catatan tentang kondisi hutan di Bengkalis untuk dikirimkan ke Jakarta sebelum kemudian dijadikan bahan pembuatan proposal reboisasi nasional. Sejak pulang ke daerah masing-masing setelah bercinta di hotel di Bengkalis,hampir setiap pekan Kangmas dan Diajeng saling berkirim-kiriman SMS. “Sejak pulang dari Bengkalis aku tidak menstruasi, Kangmas,” ujar Diajeng lewat SMS.

“Kaumemangsubur.Suamimuberuntungpunyaistriyang subur,”balasKangmas. “Ada masalah serius, Kangmas. Enam bulan sebelum pergi ke Bengkalis dan bertemu Kangmas, sampai sekarang aku tidak pernah bercinta lagi dengan suamiku.Ketahuilah, suamiku impoten setelah kecelakaan ringan di jalan raya,” balas Diajeng. Dada Kangmas langsung sesak. Jantungnya berdetak kencang.DibayangkanDiajeng tiba-tiba dibantai oleh suaminya dalam keadaan perut bunting.

Lalu jenazahnya dirajang- rajangmenjadibelasan potongbersamajenazahjanin yang dikandungnya. Suaminya dendammelihatDiajenghamil, padahal tidak pernah dibuahinya lagi. Biasanya,dendamlakilaki impoten memang sangat dahsyat. Banyak pelaku penganiayaan istridariringansampai yang paling sadis adalah suami-suamiimpoten. “Sebaiknya gugurkan kandunganmu sebelum ketahuan suamimu,”balas Kangmas lagi. “Apa pun risikonya, janin buah cinta kita tak akan kugugurkan, Kangmas.

Kalau suamiku menceraikan aku karena aku hamil bukan dengan dia, aku akan pulang ke Solo, Kangmas,”balas Diajeng. Kangmas ingin membalas SMS Diajeng lagi, tapi pulsanya habis. Lalu diletakkan handphone di atas meja ruang keluarga sebelum Kangmas bergegas ke kamar mandi karena kebelet mau buang air kecil. SMS-SMS dari Diajeng tadi belum sempat dihapus. Ketika Kangmas keluar dari kamar kecil dan kembali ke ruang keluarga, handphone sudah dipegang oleh istrinya.

Tampak wajah istrinya sangat redup sambil membaca SMSSMS di dalam handphone. Kangmas mencoba berpura- pura santai, meski kecemasan menikam dadanya. Kangmas menduga, setelah istrinya membaca semua SMS dari Diajeng, akan langsung mengamuk dan mengutuknya sebagai suami pengkhianat. Benar dugaan Kangmas, istrinya langsung membanting handphone sambil menangis dan berlari ke kamar tidur. Kangmas mengejar istrinya ke kamar tidur.

Kangmas berusaha berbohong tentang SMSSMS yang baru saja dibaca istrinya. Dikatakan bahwa SMS-SMS itu hanya kata- kata kosong yang dikirimkan seseorang entah siapa untuk merusak rumah tangga.Tapi ternyata istrinya tidak mempercayainya lagi. Setelah capek menangis, istrinya bergegas mengemasi pakaiannya ke dalam koper. Kepada ibu mertua, istrinya menitipkan ketiga anakanaknya.

“Maaf, Bunda. Saya harus pulang ke Semarang. Titip anak-anak,” ujar istrinya dengan bercucuran air mata. Ibu mertua hanya terpana tak mengerti. “Dia marah karena membaca SMS,” lapor Kangmas kepada ibunya, setelah mobil istrinya meninggalkan halaman rumah. “SMS dari siapa? Kau sudah mengkhianatinya?” tanya ibunya dengan wajah redup. Kangmas tak mampu menjawab.

Tiga bulan kemudian, Diajeng tiba-tiba muncul dengan perut buncit dan wajah memar-memar. “Terpaksa aku datang, Kangmas.Entah akan ke mana aku jika tidak boleh tinggal di sini,” ujar Diajeng dengan mata berkaca-kaca. “Diajeng hamil karena perbuatan putraku ini?”tanya ibunya setelah menatap Kangmas hanya terbungkam di ruang tamu. “Ya, saya mencintainya, Bunda.”

Kangmas buru-buru mewakili Diajeng menjawab pertanyaan ibunya. Rasanya Kangmas harus bersikap tegas dan berani bertanggung jawab. Diajeng pasti sudah menderita akibat dianiaya suaminya yang dendam melihatnya hamil. Jika kini Diajeng datang kepada Kangmas di Kudus pasti karena tidak mau menyusahkan orang tuanya di Solo. “Bagaimana dengan anakanak? Kenapa tidak diajak?” tanya Kangmas.

“Suamiku mengusirku tanpa membolehkan aku membawa anak-anak,” jawab Diajeng. “Semoga anak- anakmu selamat. Kasihan mereka, kini harus kehilangan ibunya garagara perbuatanku,”ujar Kangmas penuh penyesalan. “Tak usah menyesal, Kangmas. Mungkin sudah takdir kita untuk menjalani hidup seperti ini.” *** SETELAH Diajeng datang dan menyatakan ingin hidup bersama Kangmas, ibunya segera menyuruh Kangmas mencari rumah kontrakan di luar kampung untuk menghindari pergunjingan masyarakat.

Diajeng dan Kangmas kemudian tinggal di rumah kontrakan. Keduanya seperti sepasang pengantin yang sedang bahagia menanti kelahiran anak pertama buah cintanya. Sebagai penulis lepas dan makelaran mobil bekas, Kangmas mampu menghidupi Diajeng dengan cukup sejahtera.Kangmas beruntung karena ibunya seorang pensiunan guru negeri. Dengan uang pensiunnya, ibunya mampu membahagiakan cucucucunya.

Tengah malam itu, Diajeng sakit perut. Ada tanda-tanda bayi yang dikandungnya akan segera lahir. Maka segera Kangmas melarikan Diajeng ke klinik untuk mendapatkan pertolongan bidan. Entah karena dikutuk Tuhan atau karena sudah takdirnya, Diajeng kesulitan melahirkan. Napas dan tenaganya nyaris habis, tapi bayinya belum juga lahir. Darah sudah terlalu banyak keluar.

Kangmas mendesak bidan untuk mengambil sikap tegas.Jika memang tak mampu menolong Diajeng, harus segera mengirimkannya ke rumah sakit agar dilakukan operasi Caesar. Tapi bidan tetap bersikukuh bahwa sebentar lagi bayi akan segera lahir. Di tengah proses persalinan yang sangat berat, Diajeng sesekali mengerang dan merintih- rintih. “Kangmas… Kangmas… Kangmas…”

Dan setiap Kangmas mendengar rintihan itu dari mulut Diajeng yang makin gemetar, jiwa Kangmas seperti tersayatsayat. Kangmas pun menangis seperti anak kecil. Didekapnya Diajeng dan diciumi wajahnya dengan mesra. Bidan tampak semakin gugup. “Kangmas… Kangmas… Kangmas…,” rintih Diajeng semakin lirih.Tangis Kangmas semakin menjadi-jadi. Sekian detik kemudian, Diajeng memejamkan mata, bibirnya diam,napasnya telah habis.

Sejak Diajeng wafat bersama bayinya, penyesalan terusmenerus merajam jiwa Kangmas. Ibunya gagal menghiburnya dengan berbagai cara. Ibunya juga gagal menyembuhkannya dari luka jiwa. Selebihnya, setiap hari Kangmas hanya bisa berdiri termangu-mangu di ruang keluarga, di ruang tamu, di beranda, di halaman, dan sesekali Kangmas tersentak dengan mata jelalatan karena telinganya tiba-tiba mendengar Diajeng merintih-rintih. “Kangmas… Kangmas… Kangmas…”

Griya Pena Kudus,20052011

Maria Magdalena Bhoernomo, lahir di Kudus, 23 Oktober 1962.
Menulis ribuan prosa, puisi, dan esai yang dipublikasikan di berbagai media.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar