Sabtu, 21 Januari 2012

Desember yang Beku

Cikie Wahab *
http://www.riaupos.co/

Saat mendarat di Trudeau International Airport, Ink buru-buru menemui Bonita di ruang kedatangan. Perjalanan selama empat puluh dua jam itu membuatnya begitu lelah. Bonita menyambutnya dengan riang. “Welcome!”

“Oh, Boni,” kata Ink ketika mendapati Bonita ada di depannya dan langsung memeluknya.

“Kau kedinginan? Sudah musim dingin di sini, Ink.” Bonita menyodorkan penutup kepala pada Ink, agar bisa menutupi telinga Ink dari udara. Kemudian mereka berdua naik kereta menuju sebuah tempat di sekitar jalan St Chaterine St.

Ink memperhatikan salju yang turun pelan dari kaca jendela, ia merekamnya dengan kamera ponsel, juga Bonita. Tapi kemudian ia merasa kedinginan lagi dan hanya duduk mendekap tangannya dengan tenang.

“Mon ami*), sebentar lagi kita sampai.” Bonita tahu Ink tidak nyaman dengan pakaiannya yang kurang tebal. Setelah mengalami transit tiga kali, Ink pasti kelelahan.

“Aku tidak menyangka sedingin ini.”

Kereta berhenti. Mereka berjalan kaki menuju sebuah kedai makanan. Boni menarik tangan Ink masuk ke kedai. Beberapa orang tampak menunggu pesanan, dan dari balik meja kasirnya Kriz menggoda Bonita yang membawa seorang pria.

Bonita mengelak dan masuk ke pintu belakang, di sana ada sebuah tangga yang memiliki beberapa kamar. Ruangan kamar berukuran 4×3 meter, namun ruang itu di beri penyekat untuk melindungi tempat tidur dan lemari baju. Di sebelahnya ada televisi kecil dan lemari buku. Bonita melempar sweater tambahan pada Ink.
“Kau mau coklat panas?” tawar Boni. Ink mengangguk dan mengamati kamar kecil yang disewa Boni selama ia menyelesaikan studi di Montreal.

“Maaf, terlalu kecil, ya? Ini yang paling murah, karena akupun bekerja di kedai bawah. Kau lebih kurus dari fotomu di Facebook, sudah lama rasanya kita tak bertemu. Seminarmu hanya empat hari, bukan? Sayang sekali kalian mengambil tema musim salju,” Bonita terkekeh.

“Ya. Maafkan aku, seharusnya aku tidak merepotkanmu dengan menumpang di sini. Aku bisa menyewa hotel saja.”

“Gila! Aku sudah berbaik hati padamu. Mon ami, sahabatku… tinggallah di sini untuk menemaniku.” Bonita mengulurkan segelas coklat panas dan kue muffin yang ia ambil dari kedai bawah. Ink menerimanya dan Bonita kembali ke bawah untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Tinggal Ink sendiri di kamar itu. Ia hanya mengintip dari kaca jendela yang tertutup rapat, kacanya tampak buram karena salju, tapi ia masih bisa melihat kerumunan orang di seberang jalan. Musim dingin ini mereka tampak bersemangat, lampu-lampu natal sudah terpasang di beberapa toko.

Ink ingin turun ke bawah sore itu. Dan ia ingat pesan Boni untuk memakai sepatu boot dan jaket tebal. Ia keluar melewati pintu samping dan berdiri lebih dekat dari kerumunan itu. Ia berada dekat sekali dengan manusia kulit putih yang dulu sempat membuatnya benci.
“Hei! You, Get this!!”
Ink menatap lurus pandangan seorang wanita yang menyapanya. Kulitnya putih kemerah-merahan, rambutnya pirang dan ia kelihatan seperti orang Asia kebanyakan. Wanita itu menjual kerincing, Ink seperti melihat pedagang kaki lima versi lain di sana. Kerincing yang berbunyi dan tampak imut itu berbentuk santa claus, pohon natal dan kartu ucapan natal. Ink menggeleng dan menyadari kini hanya ada ia dan wanita itu.
“Parlez Franchaise or English, Sir?”

“English only,” jawab Ink sedikit tidak pede dengan kemampuan bahasa Inggrisnya, sungguh ia memiliki kosakata yang sangat sedikit dengan bahasa Prancis. “Asia?” tanya Ink balik.

“Of Course. Indonesia.”

“Ah, kebetulan sekali. Aku dari Indonesia juga.”

“Pardon, sorry… saya tidak memperhatikan dari tadi.” Kali ini wanita itu memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Kemudian ia melanjutkan ucapannya, “Papa saya asli Montreal, ibu saya juga. Hanya saja nenek yang sangat saya cintai itu berasal dari Jakarta.” Wanita itu memasukkan kembali barang dagangannya ke dalam tas.

Ink mengernyit heran, tapi wanita itu segera memberitahu bahwa ia mencoba mengisi waktu luangnya dengan berbisnis jualan seperti di Jakarta. Tapi tetap saja Montreal itu tidak sama dengan Jakarta. Mereka tertawa berdua.

“Kau tinggal di mana?” tanya Ink

“Di mana saja.”

“Kau pikir ini Indonesia? Kalau di sana kita bisa menumpang dengan aman atau meminta pertolongan. Di sini?”

“Nama saya Resa. Panggil saja Res. Ini kartu nama saya. Saya harus pergi.”

Ink mengangguk dan mengamati Resa yang berjalan menjauhinya. Bumi ini tak lagi seluas yang ia kira, ia bisa bertemu dengan orang yang tidak ia sangka-sangka. Ink mengulang kembali nama wanita itu di bibirnya.
***

Bonita memperhatikan kartu nama yang ada di tangan Ink. Tak biasanya Boni dengan kesal menarik selimut yang ada di atas Ink. Melihat itu, Ink bangkit dan bertanya, namun Boni menatapnya dengan kecewa.

“Kau janji tidak akan dekat dengan siapapun selama seminar. Berhati-hatilah pada siapapun. Aku bertanggung jawab pada ibumu.”

Ink paham, Bonita pasti melihat ia dan wanita itu tadi sore. Bonita terlalu khawatir padanya. “Aku janji, Boni. Selesai seminar aku akan menemanimu di kedai dan menghabiskan waktu menjelang tahun baru bersama. Lagipula aku ini laki-laki, kau jangan terlalu khawatir begitu padaku.” Ink diam sesudah mengatakannya. Boni pun diam. Selama satu jam mereka diam. Tapi Boni kembali duduk di samping Ink dan menghabiskan sup yang di buatnya tadi.

“Maaf, Ink. Mungkin Januari aku akan pulang,” ucap Boni ketika Ink memandangnya.

“Itu bagus, ujianmu sudah selesai, kan?”

“Aku… aku dijodohkan, Ink!”

Ink berhenti makan, menggaruk-garuk kepalanya yang terasa gatal. Boni mengulang perkataannya lagi. Ia tidak bisa menolak keinginan orang tuanya. Baginya orang tuanya lebih dari apapun. Ink menelan ludah dan mengusap kepala Boni.

“Kau menerimanya begitu saja?” Ink melihat Boni menyunggingkan senyum, senyum itu seperti mengatakan. “Kenapa bukan Ink yang melamarnya.”

Salju turun lagi dan Ink membiarkan Bonita larut dalam pikirannya sendiri.

Dua hari berikutnya, Ink bertemu dengan wanita penjual kerincing. Ink meneleponnya dan bertemu untuk sekadar berbincang-bincang. Esoknya pun begitu, Ink terhipnotis oleh keramahan Resa.

“Datanglah ke pesta natal di rumahku, ada banyak temanku yang datang.”

“Begitu, ya. Maaf aku tidak bisa.”

“Oh, I know. You’re muslim.” Resa mengambil kesimpulan sendiri yang diikuti anggukan Ink. Tapi Resa tampak tak perduli. Di musim dingin seperti ini, ia tetap berpenampilan meriah dengan rambut yang di cat merah kecoklatan, eyeshadow dan lipstik pink di bibirnya yang merekah. Ink sedikit tidak nyaman dengan penampilan Resa, kini ia tampak seratus persen orang Kanada dibanding orang Indonesia. Tapi Ink sudah terlanjur dalam pelukan Resa, mereka bercerita dan makan bersama menjelang senja, hingga Ink lupa ada janji dengan Bonita.

Saat malam tiba, Ink masuk segera ke dalam kamar. Beruntung Boni sedang bekerja di kedai bawah. Ink lega dan bersiap-siap tidur lebih awal.
***

Boni tidak lagi menyiapkan sup atau coklat panas untuk Ink, hingga pagi itu Ink turun ke kedai dan memesan muffin serta kopi. Ia merasa sangat kedinginan dan kehilangan seseorang. Ada apa dengan Bonita? Terkaannya bertambah-tambah. Bonita diam saja dan lebih dingin dari salju yang membeku. Boni hanya melayani tamu-tamu yang lain kecuali Ink. Beruntung seminar di universitas sudah selesai dan Ink butuh waktu untuk menyadari bahwa ia menemui Boni dalam 90% kedatangannya ke Montreal.

Kriz menyuguhkan kopi dan beberapa porsi muffin ke meja Ink. “Excusez moi**). Are you okey?” Ink menggeleng, menunjuk Bonita yang lalu-lalang begitu saja. Sebentar mereka bercerita, Kriz kembali ke meja kasir. Ada yang menarik perhatian karena kedatangan seorang wanita di kedai itu. Ink menoleh, hingga kecupan hangat mampir di pipinya.

“Ink! I miss u. Why your phone is not active?”

“Maaf, Resa. Aku sibuk sekali,” kilah Ink.

“Tempat ini tidak tutup? Natal di mana-mana.”

Ink gundah, tiba-tiba ia ingin melihat wajah Bonita, namun sayang ia hanya sempat melihat langkah kaki Boni berlari melewati tangga. Kriz geleng-geleng kepala.

“Maaf Resa. Lain kali saja, ya.” Ink menyalami Resa sebentar, diikuti anggukan Kriz yang mengacungkan jempolnya. Ink mengejar Boni ke lantai atas, tak ia pedulikan teriakan Resa yang memanggilnya.

Tak ada yang membukakan pintu ketika Ink mengetuknya. Ink menyesal tergoda kerincing yang ditawarkan Resa. Bonita, mon ami-nya, lebih dari segalanya. Dan ia merasa dingin luar biasa malam itu. Lonceng natal terdengar di mana-mana. Dan sepuluh menit kemudian Bonita membuka juga pintu kamarnya dan memeluk Ink erat-erat.

“Pulanglah bersamaku, dan kau akan jadi saksi di pernikahanku nanti.” Suara Boni bergetar, lebih kencang dari suara lonceng malam. Ink diam, membalas pelukan Boni lebih erat lagi. Ia menatap jauh pohon natal yang berkelap-kelip dari jendela. Orang-orang memakai baju hangat, namun ia merasa kaku di bulan Desember yang beku itu.***

Catatan:
*)Mon ami: sahabat (Prancis)
**)Excusez moi: permisi (Prancis)

_______________8 Januari 2012
*) Cikie Wahab, Sedang belajar menulis di Sekolah Menulis Paragraf. Beberapa cerpennya dimuat di beberapa media dan antologi bersama. Tinggal di Pekanbaru.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar