Sabtu, 21 Januari 2012

Sastra Lisan dalam Tradisi Amungme

Tjahjono EP
__LPMAK

KADANG kata-kata sebagai lambang-lambang bunyi—tidak cukup mampu menggambarkan (me­ng­eks­presikan) secara utuh pengalaman batin manusia tentang rasa sedih, senang, marah, cinta dan takjub.

Arnold Mampioper dalam bukunya “Amung­me, Ma­nusia Utama dari Nemangkawi Pegu­nung­an Car­tenz” menuliskan, orang Amungme akan menge­luar­kan bunyi-bunyian yang khas (siul), ketika ber­diri dari atas sebuah bukit dan me­natap gunung Ne­mangkawi yang dilatarbela­kangi langit bersih dan sedikit awan Cirrus, dan dilerengnya terlihat asap mengepul dari ru­­mah-rumah penduduk.
Bunyi-bunyian yang di­lakukan dengan cara melipat lidah ini sebenar­nya merupakan ekspresi dari rasa gembira menyaksikan alam raya yang sangat megah ini. Rasa gembira yang tergugah karena melihat ke­in­­dahan alam biasanya juga diekspresikan orang Amung­me dengan menyanyikan sebuah lagu Tem.

Ter­utama untuk mengingat heroisme laki-laki keti­ka melakukan perburuan dan membawa pulang ha­sil buruan untuk dimasak oleh ibunya dan disan­tap seluruh keluarga besar. Salah satu syair yang bia­sa dinyanyikan untuk menggambar­kan situasi ini adalah Kele Wawunia kele, ae, ao, baa. Niare Waw­nia niare, ae, ao, haa.

Selain itu, menurut Arnold, ada lagu purba Su­ku Amung­me yang mungkin sudah tidak di­pahami lagi oleh orang Amungme generasi se­karang. Misalnya la­gu purba yang syairnya Anga­ye-angaye, No emki un­taye. Angaye bao, aa, bao. Angaye-angaye wagana nikaro. Morae ba­nago, bao, aa, bao. Antok anu ae anago, bao, bao. Jilki untae bawano, bao, bao.

Menurut Kepala Kampung Amkayagama, Eko Ke­­lanangame, syair lagu ini berisi pujian pa­da gu­­nung, lembah, hutan dan rimba tempat Suku Amung­me hidup dan mengembara. Arti­nya dalam Ba­hasa In­do­nesia kurang lebih, “Ku­kasih gunung-gu­­nung, yang agung mulia. Dan awan yang mela­yang, keliling­ puncaknya. Ku­kasih hutan rimba, pe­lindung tanahku, kusuka mengembara di bawah naung­mu.”

Aktifitas Suku Amungme untuk mengekspre­si­kan perasaannya tentang manusia dan alam, tem­pat hidupnya sebenarnya merupakan bentuk-ben­tuk sastra lisan. Dalam bahasa yang sangat se­derha­na, sastra dapat dipahami sebagai cara ma­nusia mengeks­pre­sikan pengalaman batinnya tentang rasa senang, rasa sedih, rasa dicintai, atau merasa marah karena sebuah penolakan atau pengingkaran.

Sastra lisan biasanya mengandung gagasan, pi­kiran, ajaran dan harapan masyarakat yang biasa­nya di­dengarkan dan dihayati bersama-sama. Su­ku Amungme yang sejak dahulu belum menge­nal tulisan menurunkan ajaran-ajaran dan petuah-petuah adat ini secara lisan (dari mulut ke mulut) ke gene­ra­si berikutnya.

Menurut sejarahnya, sastra lisan berkembang le­­bih dahulu daripada sastra tulis. Dalam kese­ha­rian, aktivitas ini terjadi ketika seorang ibu mem­beri nasehat kepada anaknya, atau para tetua adat memberi petuah kepada anggota-anggota masyarakatnya.

Dalam hal ini, bahasa menjadi media untuk me­nya­takan gagasan atau menyampaikan suatu nilai. Menurut seorang filsuf Yunani yang sa­ngat terkenal, Plato, bahasa dipakai untuk mem­buat tiruan (me­nirukan) gambaran dari kenya­ta­an yang sebe­nar­nya. Aktivitas satra (lisan) ju­ga merupakan pe­ne­ladanan alam semesta dan se­kaligus model dari ke­nyataan ideal (yang diharapkan).

Aktivitas sastra lisan dalam Suku Amungme ju­ga dapat diamati pada kebiasaan masyarakat Amung­me menggunakan kiasan untuk menya­takan gagasannya.

Menurut Arnold Mampioper, Mozes Kilangin Ten­­bak yang mendampingi Pater Michael Ka­me­re untuk menyelesaikan konflik antar warga Amungme di lembah Noemba-Wea-Tsinga pada 1953 pernah menggunakan kiasan, ”Kalian sudah menangkap kuskus di Tsinga dan Wea lantas membunuhnya, se­karang mau menangkap kus­kus di Noemba lagi?”

Kuskus, adalah hewan buruan yang sangat di­sukai kelompok-kelompok masyarakat suku di pegunungan tengah Papua. Mozes Kilangin menggunakan kuskus sebagai personifikasi dari anggota masyarakat yang selalu korban dari konflik antar warga.

Kiasan lainnya, diungkapkan oleh seorang Ke­pa­la Kampung Akimuga menanggapi seruan peti­ng­gi­ militer agar masyarakat tidak mudah dihasut. Ke­pa­la Kampung ini memakai kiasan, “Ba­pak, kami ini seperti ubijalar yang tumbuh antara dua buah ba­tu. Kami ditekan dan dimarahi­ di sini dan di persalahkan di sana. Mendengar di sana, tetapi dihantam di sini, jadi susah kami ini!”

Ubijalar yang termasuk makanan pokok masya­rakat dipakai untuk menggambarkan situasi riil ma­­syarakat Amungme menghadapi tekanan dari ke­lom­pok-kelompok kepentingan. Situasi sulit yang di­hadapi ini digambarkan dengan kiasan “ubijalar yang tumbuh antara dua buah batu”.

Sebagai sastra lisan, banyak syair oleh tokoh-to­koh suku terdahulu kemudian digubah menjadi la­gu untuk menggambarkan suasana sukacita, duka ci­ta, atau penyembahan. Tetapi menurut Arnold Mam­pioper, salah satu syair yang menimbulkan ke­san terdalam adalah syair yang digubah menjadi lagu duka. Berisi syair ratapan dan kesedihan menda­lam dari orang-orang terdekat dan kerabat.

“Nyanyian ratapan itu laksana paduan suara de­ngan harmoni, solo, sopran, alto, tenor dan bas. Ter­dengar sangat merdu dan menyayat hati,” tulis Arnold.

Mozes Kilangin, termasuk salah tokoh yang me­ngembangkan syair-syair dalam sastra lisan Amung­me untuk lagu-lagu di sekolah dan ibadah natal. Kar­ya sastra, yang lisan maupun yang tulis—memang ha­nya kumpulan dari bunyi dan lambang bunyi, te­tapi dibalik simbol-simbol bunyi ini tersimpan se­mangat, ajaran, dan nasehat yang sangat penting untuk generasi masyarakat berikutnya.

June 5, 2009
Dijumput dari: http://budayapapua.wordpress.com/2009/06/05/sastra-lisan-dalam-tradisi-amungme/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar