Minggu, 20 November 2011

Setangkai Anggur

Akhmad Muhaimin Azzet *
http://www.kompasiana.com/akhmad_muhaimin_azzet

Setiap lepas Maghrib, lelaki setengah abad yang entah datang dari mana itu, terlihat khusyuk memutar-mutar biji tasbih di pojok kanan shaf awal mushala. Dia baru berhenti tatkala kentongan pangkal bambu yang tergantung di dekat tempat wudhu, dipukul bertalu-talu. Kemudian dia dengan khusyuk pula, mendengar lantunan adzan Isya’ dari mulut anak-anak yang kerap masih belum fasih benar. Meski untuk hal yang satu ini, dia kadang mengelus dada. Prihatin. Sebab, remaja tanggung, orang dewasa, dan bahkan yang tua-tua, baru berdatangan menjelang iqamah. Itu pun paling banyak tiga shaf, belum pernah penuh.

Namun demikian, lelaki yang selalu berbaju dan barsarung putih itu, tampak senang setiap malam singgah di satu-satunya mushala kampung kaki bukit ini. Kehadirannya tidak dicurigai. Penghuni kampung ini orangnya ramah-ramah. Dan, sering pula, beberapa warga kampung menyeret-nyeret tangan kurus lelaki itu seusai shalat Isya’, mengajaknya untuk sekadar turut makan nasi, ketela goreng, jagung godok, atau kue serabi di rumahnya. Lantas, lelaki itu lenyap ditelan kegelapan malam. Entah ke mana. Hal ini berlangsung sudah ada setengah bulan. Sampai warga kampung, apalagi yang rajin ke mushala, hapal betul tingkah lakunya. Lelaki itu kembali muncul dengan tiba-tiba, menenteng tas hitam di pundaknya, ketika senja di barat sedang merah saga. Kemudian cepat-cepat ia mengambil air wudhu di mushala, lalu duduk di pojok kanan seperti biasanya. Menunggu shalat Maghrib.

Lek Marto, tampaknya satu-satunya warga kampung yang merasa gerah dengan kehadiran lelaki asing itu.

“Masalah nama dan asal-usulnya saja disembunyikan, ini yang namanya kesombongan, Wak Saleh!” demikian ucap Lek Marto dengan nada tinggi kepada Wak Saleh, tetangganya, pada suatu hari.

“Ya… tidak mesti seperti itu, Lek. Barangkali lelaki tua itu punya alasan tersendiri akan perbuatannya. Yang penting bagi kita, dia itu orangnya baik. Lihatlah, dia merunduk-runduk kepada setiap orang yang ditemuinya saking sopannya. Tak ada alasan bagi kita untuk membencinya,” Wak Saleh tampaknya membela lelaki yang hingga kini belum ada yang mengenal namanya itu.

“Sekarang ini banyak orang jahat berperangai terhormat, Wak!”

“Sampean menuduh lelaki itu?”

“Aku tidak bilang seperti itu. Tapi, tidak ada salahnya bila kita waspada.”

“Kalau begitu, terserah kamulah!” Wak Saleh tersungut-sungut.

Tapi, kejadian ini, perdebatan antara Wak Saleh dan Lek Marto tersebut sudah berlangsung empat hari yang lalu. Dan sekarang, malam ini, sebagian besar warga kampung yang laki-laki, tua maupun muda, berkumpul di mushala. Mengadakan acara pengajian rutin sebulan sekali. Membaca al-Qur’an bersama, biasanya surat-surat pendek. Dan setelah itu, Mbah Mustafa, satu-satunya ustadz di kampung ini, memberikan pengajian, sebelum makan bersama.

Mbah Mustafa duduk dekat pengimaman. Orang-orang kampung yang sedari tadi bergemuruh mengaji, serentak mencintai sunyi. Siap mendengar pengajian dari sang ustadz.

“Saudara-saudaraku, malam ini saya tidak bisa memberikan pengajian,” Mbah Mustafa tiba-tiba memecah hening setelah mengucapkan salam. Belum sempat orang kampung bertanya mengapa, Mbah Mustafa sudah melanjutkan kata-katanya.

“Malam ini, dan juga hari-hari terakhir ini, kita kehadiran hamba Allah. Meski kita belum tahu asalnya dan bahkan tidak pernah kenal namanya, namun patut bagi kita untuk mendengar nasihat-nasihat dan ceramah agama dari beliau. Untuk itu, saya atas nama warga kampung sini, memohon Bapak untuk berkenan mengisi pengajian saat ini,” dengan santun Mbah Mustafa mempersilakan lelaki yang duduk paling ujung itu.

Tak bisa tidak. Lelaki tua itu sama sekali tak mungkin bisa menolak. Seperti halnya tadi, usai shalat Isya’ ia buru-buru meninggalkan mushala. Namun, Mbah Mustafa dan orang-orang kampung mencegahnya. Apalagi saat ini, seluruh perhatian tertuju kepadanya. Akhirnya, lelaki itu pun menggerakkan bibirnya.

“Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh!”

“Wa’alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh….”

“Sebelumnya saya minta maaf. Saudaraku semua di kampung ini sangat baik. Sebenarnya, malam ini adalah malam terakhir saya singgah di kampung ini. Dan sekali lagi saya mohon maaf, sebab saya belum pernah mengenalkan diri. Karena saya memang tidak punya tempat tinggal. Hidup saya dalam jalanan. Mengenai nama, silakan panggil dengan nama apa saja.”

Warga kampung mendengar ungkapan lelaki yang sebentar lagi akan meninggalkannya itu dengan saksama. Ada yang mengangguk-anggukkan kepala. Tapi, Lek Marto, dalam hati malah merutuk-rutuk.

“Tidak masuk akal. Sama sekali tidak bisa dinalar. Seandainya bukan Mbah Mustafa yang menyuruhnya bicara, tentu sudah kuhentikan omongan yang tidak jelas ujungnya ini,” demikian benak Lek Marto membuncah.

“Baiklah, hanya ada satu hal yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini. Yakni, tentang ajaran Islam yang menyuruh kita untuk menolak yang haram dan mengambil yang halal. Seperti makanan atau minuman. Jangan sampai tubuh kita kemasukan barang yang haram. Dari hasil curian, menipu, misalnya. Sedikit pun. Sebab, makanan yang masuk ke dalam tubuh akan disebar oleh darah ke seluruh daerah jasad. Bila makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuh kita diperoleh dengan cara yang tidak halal, lalu kita bergerak, bepikir, bahkan beribadah, jangan berharap akan memperoleh berkah.”

Lek Marto yang kebetulan duduk di sebelah pintu, tiba-tiba menghilang. Berjalan kaki menembus kegelapan. Sementara lelaki tua itu masih meneruskan pengajian. Dan tidak berselang lama, Lek Marto sudah berada kembali di mushala. Pengajian telah usai. Acara makan-makan telah tiba. Suasana jadi riuh penuh keakraban.

Usai makan, Lek Marto duduk di tengah ruangan dan membuka plastik kresek hitam yang dibawanya.

“Saudara-saudara, tidak mengurangi nikmat makan-minum dan suasana kekeluargaan malam ini, izinkan saya berbicara sebentar,” Lek Marto mengucapkan kata-kata dengan santun.

“Silakan….”

“Monggo, Lek Marto,” beberapa orang menyahut.

“Begini, tadi saat saudara kita ini mengisi pengajian, saya bergegas pulang sebentar. Ingin mengambil sedikit buah anggur yang ada di depan rumah saya. Paling tidak, sebagai kenangan malam terakhir beliau di kampung ini. Sayang sekali, anggur itu mungkin tadi sore diambil anak-anak saya. Sekarang tinggal setangkai ini,” Lek Marto langsung memberikan setangkai anggur yang dibawanya itu kepada lelaki asing yang kini sudah duduk di samping Mbah Mustafa.

Warga kampung tertawa-tawa melihat ulah Lek Marto. Turut bergembira dengan ketulusannya. Namun, ada yang merasa haru, sebab perpisahan sebentar lagi akan terjadi. Terutama Wak Saleh, sejak tadi mulutnya terasa gugu.

Lelaki tua itu dengan haru pula menerima pemberian Lek Marto. Tapi, dia tidak mungkin bisa memakannya sendiri di tengah banyak orang seperti ini. Akhirnya, ia petik anggur itu satu-satu dari tangkainya dan dibagikan kepada orang-orang yang ada di dekatnya, termasuk Mbah Mustafa.

Orang-orang kembali tertawa. Menyaksikan sebagian warga memakan sebutir-sebutir anggur itu. Namun, tiba-tiba Mbah Mustafa dan lelaki tua itu serentak berdiri. Bergegas keluar. Lalu, muntah-muntah di depan mushalla.

Warga kampung kebingungan.

“Apakah karena makan anggur. Tapi, selain Mbah Mustafa dan lelaki itu, tidak muntah,” suara-suara bermunculan.

Namun Lek Marto, seperti maling ayam yang tertangkap basah. Wajahnya tampak pucat.

“Sudah…, sudah…. Ayo berkumpul kembali di mushala. Hanya muntah biasa,” Mbah Mustafa menenangkan suasana.

Sementara lelaki tua itu mendekati Lek Marto. Menepuk-nepuk punggungnya. Lalu, berbisik di dekat telinganya, “Setangkai anggur tadi hasil mencuri, ya?”

Lek Marto semakin pucat pasi. Mengangguk. Lelaki tua itu hanya tersenyum. Sedang orang-orang tidak begitu memerhatikannya, setelah berkumpul sebentar di mushala, kemudian membubarkan diri. Dan, lelaki asing itu, meneruskan perjalanannya dalam gelap malam.

Sedangkan Lek Marto, langkah-langkah kakinya pulang ke rumah tampak berat dan lunglai. Sebenarnya tadi, ia ingin mempermalukan lelaki itu untuk makan barang curian setelah ceramah melarang makan hal yang haram. Setangkai anggur itu, ia ambil dari halaman pak guru Munajat yang tidak jauh dari mushala. Satu-satunya orang di kampung kaki bukit ini yang mempunyai tanaman anggur selain Lek Marto.

*) Suka membaca dan menulis. Di antara tulisannya pernah dimuat di Republika, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Suara Karya, Elka Sabili, Ummi, Annida, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Bernas, Solo Pos, Suara Merdeka, Wawasan, Surabaya Post, Lampung Post, Analisa, Medan Pos, Waspada, Pedoman Rakyat, dan beberapa media kalangan terbatas. Menulis juga buku (nonfiksi) yang sudah diterbitkan oleh beberapa penerbit. Suka pula bersepeda dan aktif di Lereng Merapi Onthel Community, Yogyakarta ---[twitter: @kangazzet]

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar