Akhmad Muhaimin Azzet *
http://www.kompasiana.com/akhmad_muhaimin_azzet
Setiap lepas Maghrib, lelaki setengah abad yang entah datang dari mana itu, terlihat khusyuk memutar-mutar biji tasbih di pojok kanan shaf awal mushala. Dia baru berhenti tatkala kentongan pangkal bambu yang tergantung di dekat tempat wudhu, dipukul bertalu-talu. Kemudian dia dengan khusyuk pula, mendengar lantunan adzan Isya’ dari mulut anak-anak yang kerap masih belum fasih benar. Meski untuk hal yang satu ini, dia kadang mengelus dada. Prihatin. Sebab, remaja tanggung, orang dewasa, dan bahkan yang tua-tua, baru berdatangan menjelang iqamah. Itu pun paling banyak tiga shaf, belum pernah penuh.
Namun demikian, lelaki yang selalu berbaju dan barsarung putih itu, tampak senang setiap malam singgah di satu-satunya mushala kampung kaki bukit ini. Kehadirannya tidak dicurigai. Penghuni kampung ini orangnya ramah-ramah. Dan, sering pula, beberapa warga kampung menyeret-nyeret tangan kurus lelaki itu seusai shalat Isya’, mengajaknya untuk sekadar turut makan nasi, ketela goreng, jagung godok, atau kue serabi di rumahnya. Lantas, lelaki itu lenyap ditelan kegelapan malam. Entah ke mana. Hal ini berlangsung sudah ada setengah bulan. Sampai warga kampung, apalagi yang rajin ke mushala, hapal betul tingkah lakunya. Lelaki itu kembali muncul dengan tiba-tiba, menenteng tas hitam di pundaknya, ketika senja di barat sedang merah saga. Kemudian cepat-cepat ia mengambil air wudhu di mushala, lalu duduk di pojok kanan seperti biasanya. Menunggu shalat Maghrib.
Lek Marto, tampaknya satu-satunya warga kampung yang merasa gerah dengan kehadiran lelaki asing itu.
“Masalah nama dan asal-usulnya saja disembunyikan, ini yang namanya kesombongan, Wak Saleh!” demikian ucap Lek Marto dengan nada tinggi kepada Wak Saleh, tetangganya, pada suatu hari.
“Ya… tidak mesti seperti itu, Lek. Barangkali lelaki tua itu punya alasan tersendiri akan perbuatannya. Yang penting bagi kita, dia itu orangnya baik. Lihatlah, dia merunduk-runduk kepada setiap orang yang ditemuinya saking sopannya. Tak ada alasan bagi kita untuk membencinya,” Wak Saleh tampaknya membela lelaki yang hingga kini belum ada yang mengenal namanya itu.
“Sekarang ini banyak orang jahat berperangai terhormat, Wak!”
“Sampean menuduh lelaki itu?”
“Aku tidak bilang seperti itu. Tapi, tidak ada salahnya bila kita waspada.”
“Kalau begitu, terserah kamulah!” Wak Saleh tersungut-sungut.
Tapi, kejadian ini, perdebatan antara Wak Saleh dan Lek Marto tersebut sudah berlangsung empat hari yang lalu. Dan sekarang, malam ini, sebagian besar warga kampung yang laki-laki, tua maupun muda, berkumpul di mushala. Mengadakan acara pengajian rutin sebulan sekali. Membaca al-Qur’an bersama, biasanya surat-surat pendek. Dan setelah itu, Mbah Mustafa, satu-satunya ustadz di kampung ini, memberikan pengajian, sebelum makan bersama.
Mbah Mustafa duduk dekat pengimaman. Orang-orang kampung yang sedari tadi bergemuruh mengaji, serentak mencintai sunyi. Siap mendengar pengajian dari sang ustadz.
“Saudara-saudaraku, malam ini saya tidak bisa memberikan pengajian,” Mbah Mustafa tiba-tiba memecah hening setelah mengucapkan salam. Belum sempat orang kampung bertanya mengapa, Mbah Mustafa sudah melanjutkan kata-katanya.
“Malam ini, dan juga hari-hari terakhir ini, kita kehadiran hamba Allah. Meski kita belum tahu asalnya dan bahkan tidak pernah kenal namanya, namun patut bagi kita untuk mendengar nasihat-nasihat dan ceramah agama dari beliau. Untuk itu, saya atas nama warga kampung sini, memohon Bapak untuk berkenan mengisi pengajian saat ini,” dengan santun Mbah Mustafa mempersilakan lelaki yang duduk paling ujung itu.
Tak bisa tidak. Lelaki tua itu sama sekali tak mungkin bisa menolak. Seperti halnya tadi, usai shalat Isya’ ia buru-buru meninggalkan mushala. Namun, Mbah Mustafa dan orang-orang kampung mencegahnya. Apalagi saat ini, seluruh perhatian tertuju kepadanya. Akhirnya, lelaki itu pun menggerakkan bibirnya.
“Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh!”
“Wa’alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh….”
“Sebelumnya saya minta maaf. Saudaraku semua di kampung ini sangat baik. Sebenarnya, malam ini adalah malam terakhir saya singgah di kampung ini. Dan sekali lagi saya mohon maaf, sebab saya belum pernah mengenalkan diri. Karena saya memang tidak punya tempat tinggal. Hidup saya dalam jalanan. Mengenai nama, silakan panggil dengan nama apa saja.”
Warga kampung mendengar ungkapan lelaki yang sebentar lagi akan meninggalkannya itu dengan saksama. Ada yang mengangguk-anggukkan kepala. Tapi, Lek Marto, dalam hati malah merutuk-rutuk.
“Tidak masuk akal. Sama sekali tidak bisa dinalar. Seandainya bukan Mbah Mustafa yang menyuruhnya bicara, tentu sudah kuhentikan omongan yang tidak jelas ujungnya ini,” demikian benak Lek Marto membuncah.
“Baiklah, hanya ada satu hal yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini. Yakni, tentang ajaran Islam yang menyuruh kita untuk menolak yang haram dan mengambil yang halal. Seperti makanan atau minuman. Jangan sampai tubuh kita kemasukan barang yang haram. Dari hasil curian, menipu, misalnya. Sedikit pun. Sebab, makanan yang masuk ke dalam tubuh akan disebar oleh darah ke seluruh daerah jasad. Bila makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuh kita diperoleh dengan cara yang tidak halal, lalu kita bergerak, bepikir, bahkan beribadah, jangan berharap akan memperoleh berkah.”
Lek Marto yang kebetulan duduk di sebelah pintu, tiba-tiba menghilang. Berjalan kaki menembus kegelapan. Sementara lelaki tua itu masih meneruskan pengajian. Dan tidak berselang lama, Lek Marto sudah berada kembali di mushala. Pengajian telah usai. Acara makan-makan telah tiba. Suasana jadi riuh penuh keakraban.
Usai makan, Lek Marto duduk di tengah ruangan dan membuka plastik kresek hitam yang dibawanya.
“Saudara-saudara, tidak mengurangi nikmat makan-minum dan suasana kekeluargaan malam ini, izinkan saya berbicara sebentar,” Lek Marto mengucapkan kata-kata dengan santun.
“Silakan….”
“Monggo, Lek Marto,” beberapa orang menyahut.
“Begini, tadi saat saudara kita ini mengisi pengajian, saya bergegas pulang sebentar. Ingin mengambil sedikit buah anggur yang ada di depan rumah saya. Paling tidak, sebagai kenangan malam terakhir beliau di kampung ini. Sayang sekali, anggur itu mungkin tadi sore diambil anak-anak saya. Sekarang tinggal setangkai ini,” Lek Marto langsung memberikan setangkai anggur yang dibawanya itu kepada lelaki asing yang kini sudah duduk di samping Mbah Mustafa.
Warga kampung tertawa-tawa melihat ulah Lek Marto. Turut bergembira dengan ketulusannya. Namun, ada yang merasa haru, sebab perpisahan sebentar lagi akan terjadi. Terutama Wak Saleh, sejak tadi mulutnya terasa gugu.
Lelaki tua itu dengan haru pula menerima pemberian Lek Marto. Tapi, dia tidak mungkin bisa memakannya sendiri di tengah banyak orang seperti ini. Akhirnya, ia petik anggur itu satu-satu dari tangkainya dan dibagikan kepada orang-orang yang ada di dekatnya, termasuk Mbah Mustafa.
Orang-orang kembali tertawa. Menyaksikan sebagian warga memakan sebutir-sebutir anggur itu. Namun, tiba-tiba Mbah Mustafa dan lelaki tua itu serentak berdiri. Bergegas keluar. Lalu, muntah-muntah di depan mushalla.
Warga kampung kebingungan.
“Apakah karena makan anggur. Tapi, selain Mbah Mustafa dan lelaki itu, tidak muntah,” suara-suara bermunculan.
Namun Lek Marto, seperti maling ayam yang tertangkap basah. Wajahnya tampak pucat.
“Sudah…, sudah…. Ayo berkumpul kembali di mushala. Hanya muntah biasa,” Mbah Mustafa menenangkan suasana.
Sementara lelaki tua itu mendekati Lek Marto. Menepuk-nepuk punggungnya. Lalu, berbisik di dekat telinganya, “Setangkai anggur tadi hasil mencuri, ya?”
Lek Marto semakin pucat pasi. Mengangguk. Lelaki tua itu hanya tersenyum. Sedang orang-orang tidak begitu memerhatikannya, setelah berkumpul sebentar di mushala, kemudian membubarkan diri. Dan, lelaki asing itu, meneruskan perjalanannya dalam gelap malam.
Sedangkan Lek Marto, langkah-langkah kakinya pulang ke rumah tampak berat dan lunglai. Sebenarnya tadi, ia ingin mempermalukan lelaki itu untuk makan barang curian setelah ceramah melarang makan hal yang haram. Setangkai anggur itu, ia ambil dari halaman pak guru Munajat yang tidak jauh dari mushala. Satu-satunya orang di kampung kaki bukit ini yang mempunyai tanaman anggur selain Lek Marto.
*) Suka membaca dan menulis. Di antara tulisannya pernah dimuat di Republika, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Suara Karya, Elka Sabili, Ummi, Annida, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Bernas, Solo Pos, Suara Merdeka, Wawasan, Surabaya Post, Lampung Post, Analisa, Medan Pos, Waspada, Pedoman Rakyat, dan beberapa media kalangan terbatas. Menulis juga buku (nonfiksi) yang sudah diterbitkan oleh beberapa penerbit. Suka pula bersepeda dan aktif di Lereng Merapi Onthel Community, Yogyakarta ---[twitter: @kangazzet]
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 20 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar