Iwan Gardono Sujatmiko*
Kompas, 16 Mei 2008
BUDI Utomo didirikan oleh Soetomo, Goenawan Mangoenkosesoemo, Soewarno, Goembreng, Mohammad Saleh, Soelaeman, Soeradji dengan dukungan dr Wahidin pada 20 Mei 1908 di sekolah dokter STOVIA, Jakarta. Namun, pada tahun 1935, Budi Utomo telah meleburkan diri dengan Partai Bangsa Indonesia menjadi Partai Indonesia Raya atau Parindra.
Budi Utomo dapat dilihat sebagai suatu organisasi yang mendorong terjadinya gerakan sosial yang bertujuan melakukan perubahan sosial berupa kesejahteraan dan kemanusiaan di Hindia Belanda. Hatta dalam tulisannya, ”Tujuan dan Politik Pergerakan Nasional di Indonesia” (1930), mengutip pernyataan tokoh politik etis, Conrad Theodore van Deventer, tentang berdirinya Budi Utomo, ”Suatu yang ajaib terjadi, Insulinde [Kepulauan Hindia] molek yang lagi tidur sudah bangun.”
Saat itu perlawanan sering kali berbentuk perang oleh kerajaan/ daerah atau kritik oleh perorangan, seperti sastrawan, wartawan, atau bangsawan. Perang gagasan oleh organisasi pada masa pergerakan (Sarekat Islam dan parpol-parpol) menjadi semacam ”musuh dalam selimut” dan lebih sulit dihadapi dibandingkan dengan perang melawan suatu kerajaan. Berdirinya Budi Utomo telah memberikan inspirasi kepada organisasi lainnya (misalnya Puteri Mardika, 1912) ataupun perorangan, seperti Soekarno yang menganggapnya sebagai ”sumber kesadaran nasional” dan Hatta yang menyebutnya sebagai ”perintis perjuangan nasional”. Selain itu, Budi Utomo menjadi tempat latihan bagi para tokoh seperti KH Achmad Dahlan, HOS Cokroaminoto, dr Rajiman, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandar Dinata, dan Supomo.
Budi Utomo disejarahkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 20 Mei 1948 di Yogyakarta yang menugaskan Ki Hajar Dewantara untuk merayakan hari lahirnya sebagai Hari Kebangunan—kemudian menjadi Kebangkitan— Nasional. Hal itu dimaksudkan agar terjadi persatuan karena terjadi bentrok antara PKI dan partai-partai lain di tengah perjuangan melawan Belanda (Pramoedya Ananta Toer, Kronik Revolusi Indonesia, Jilid IV: 188-189). Namun, upaya persatuan ini gagal karena PKI/FDR memberontak pada bulan September 1948.
Jadi, pada tahun 2008 kita secara seremonial akan memperingati 60 tahun Kebangkitan Nasional walaupun secara substansi hal ini telah berusia satu abad jika dilihat dari lahirnya Budi Utomo. Hal serupa terjadi dengan Hari Sumpah Pemuda yang mulai diperingati secara besar-besaran pada tahun 1957 guna meningkatkan persatuan dan kesetiaan pada proklamasi karena adanya konflik pusat dengan daerah (K Foulcher, 2000).
Cita-cita Budi Utomo
Studi Akira Nagazumi (1989), The Dawn of Indonesian Nationalism: The Early Years of the Budi Utomo, 1908-1918, menunjukkan bahwa pada awalnya Budi Utomo merupakan organisasi sekelompok elite priayi Jawa yang bertujuan mengembangkan kesejahteraan dan kebangsaan Jawa. Sebenarnya aspek nasional yang inklusif telah muncul dalam gagasan Suwarno selaku sekretaris Budi Utomo Jakarta (1908) yang menginginkan Budi Utomo berkembang menjadi ”persatuan nasional (di Hindia Belanda) tanpa pandang suku, kelamin, dan kepercayaan”. Namun, gagasan ini tidak diterima dalam kongres Budi Utomo pertama walaupun didukung oleh dr Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soerjodiputro.
Selain aspek kebangsaan yang banyak dibahas, sebenarnya Budi Utomo juga mendukung gagasan mengenai kemajuan penduduk Jawa dan Madura dalam berbagai bidang. Program dalam Anggaran Dasar Budi Utomo Pasal 3 adalah: a) usaha pendidikan dalam arti seluas-luasnya, b) peningkatan pertanian, peternakan, dan perdagangan, c) kemajuan teknik dan kerajinan, d) menghidupkan kembali kesenian pribumi dan tradisi, e) menjunjung tinggi cita- cita kemanusiaan, dan f) hal hal yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan bangsa. Dalam pembahasan program juga telah dibahas pembangunan perpustakaan rakyat dan pendidikan untuk perempuan.
Peringatan satu abad Budi Utomo dan Kebangkitan Nasional hendaknya terhindar dari sekadar seremonial dan yang perlu adalah aksi nyata untuk mengevaluasi dan melaksanakan cita- cita Budi Utomo dan para ”alumni”-nya. Saat ini masih terdapat berbagai program yang perlu ditingkatkan, misalnya pendidikan dalam arti luas hendaknya dilakukan pula oleh berbagai pihak, seperti pemimpin dengan keteladanan mereka. Demikian pula media massa perlu berperan dan mengagendakan pendidikan publik di samping fungsi mereka sebagai wahana hiburan ataupun komersial. Selain itu, perpustakaan rakyat masih belum terlaksana sepenuhnya, di mana 190 kabupaten/kota masih belum memiliki perpustakaan (Kompas, 2/4/2008).
Demikian pula subyek dalam pertanian, peternakan, perdagangan, dan industri, yakni petani, peternak, pedagang, dan pekerja yang berada di lapisan bawah dan mayoritas kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan komoditas pada keempat sektor tersebut. Selain itu, kesenian dan tradisi pribumi semakin penting dalam menghadapi globalisasi guna meningkatkan rasa kebanggaan dan percaya diri dan mengompensasi kelemahan Indonesia dalam bidang ekonomi dan politik.
Untuk menjaga martabat kemanusiaan, diperlukan perlindungan setiap warga oleh anggota DPR/D di daerah pemilihannya (dapil). Keberadaan anggota DPR/D sebagai Komisi HAM Daerah perlu dikembangkan secara meluas. Kesejahteraan bangsa perlu ditingkatkan dengan anggaran, program, dan indikator yang cukup dan jelas sehingga ”Indonesia Bagian Bawah” yang berjumlah 60-70 persen dapat membaik. Hal ini dapat dijalankan oleh parpol dan DPR/D yang menjalankan program lokal anti- kemiskinan dan pengadaan lapangan kerja dari bawah secara berkesinambungan, bukan hanya janji saat kampanye pilkada. Program yang disepakati ini (yang dapat dirancang oleh perguruan tinggi, LSM, Bappeda) diharapkan dapat dijalankan oleh siapa pun yang berkuasa.
Tantangan masa kini
Pada masa Budi Utomo, tantangan utama adalah konsolidasi antarberbagai golongan dalam masyarakat yang dimulai dengan bangsa Jawa-Madura dan berkembang menjadi lebih luas. Konsolidasi internal ini diharapkan dapat menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat walaupun hal ini mendapat tantangan eksternal dari negara kolonial Belanda. Setelah kemerdekaan dan perginya Belanda sebagai musuh bersama, Indonesia telah mengalami konflik-konflik karena faktor ketidakadilan, ideologi, serta egoisme para pemimpinnya.
Pada masa kini telah terjadi perubahan tantangan, baik dalam masyarakat maupun hubungan dengan negara. Rasa kebangsaan telah berkembang dan survei Roy Morgan tahun 2006 (25.000 responden) menunjukkan bahwa 89 persen penduduk Indonesia menganggap dirinya lebih sebagai bangsa Indonesia ketimbang sebagai suku mereka (The Jakarta Post, 14/11/2006). Namun, Indonesia masih memerlukan peningkatan konsolidasi internal antargolongan, baik secara vertikal (kelas) maupun horizontal (SARA), yang harus didukung oleh negara yang tegas, efektif, akuntabel, dan anti-KKN.
Demikian pula peran daerah sangat penting sehingga Kebangkitan Nasional pada masa kini dan depan tidak dapat terjadi tanpa Kebangkitan Daerah. Untuk mendukung hal ini, otonomi elite daerah perlu diganti oleh otonomi masyarakat daerah. Sementara itu, dalam menghadapi tantangan global diperlukan adanya kecakapan berkompetisi, berjejaring (networking), dan kerja keras (hardworking) yang dapat didukung oleh nilai-nilai keagamaan. Hal ini diharapkan menumbuhkan semangat dan optimisme yang dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa secara menyeluruh.
Masyarakat dan pemimpin yang telah ber-”Budi Utomo” merupakan modal sosial budaya untuk ”Kebangunan atau Kebangkitan Nasional” di abad ke-21. Jika keadaan ini tidak terpenuhi, Indonesia akan mengalami ”Kemandekan atau Kelumpuhan Sosial”, bahkan ”Keterpurukan Nasional”, baik di dalam negeri maupun pentas dunia.
*) Iwan Gardono Sujatmiko, Sosiolog FISIP UI, Depok
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/05/opini-makna-satu-abad-budi-utomo.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar