Jumat, 18 November 2011

Makna Satu Abad Budi Utomo

Iwan Gardono Sujatmiko*
Kompas, 16 Mei 2008

BUDI Utomo didirikan oleh Soetomo, Goenawan Mangoenkosesoemo, Soewarno, Goembreng, Mohammad Saleh, Soelaeman, Soeradji dengan dukungan dr Wahidin pada 20 Mei 1908 di sekolah dokter STOVIA, Jakarta. Namun, pada tahun 1935, Budi Utomo telah meleburkan diri dengan Partai Bangsa Indonesia menjadi Partai Indonesia Raya atau Parindra.

Budi Utomo dapat dilihat sebagai suatu organisasi yang mendorong terjadinya gerakan sosial yang bertujuan melakukan perubahan sosial berupa kesejahteraan dan kemanusiaan di Hindia Belanda. Hatta dalam tulisannya, ”Tujuan dan Politik Pergerakan Nasional di Indonesia” (1930), mengutip pernyataan tokoh politik etis, Conrad Theodore van Deventer, tentang berdirinya Budi Utomo, ”Suatu yang ajaib terjadi, Insulinde [Kepulauan Hindia] molek yang lagi tidur sudah bangun.”

Saat itu perlawanan sering kali berbentuk perang oleh kerajaan/ daerah atau kritik oleh perorangan, seperti sastrawan, wartawan, atau bangsawan. Perang gagasan oleh organisasi pada masa pergerakan (Sarekat Islam dan parpol-parpol) menjadi semacam ”musuh dalam selimut” dan lebih sulit dihadapi dibandingkan dengan perang melawan suatu kerajaan. Berdirinya Budi Utomo telah memberikan inspirasi kepada organisasi lainnya (misalnya Puteri Mardika, 1912) ataupun perorangan, seperti Soekarno yang menganggapnya sebagai ”sumber kesadaran nasional” dan Hatta yang menyebutnya sebagai ”perintis perjuangan nasional”. Selain itu, Budi Utomo menjadi tempat latihan bagi para tokoh seperti KH Achmad Dahlan, HOS Cokroaminoto, dr Rajiman, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandar Dinata, dan Supomo.

Budi Utomo disejarahkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 20 Mei 1948 di Yogyakarta yang menugaskan Ki Hajar Dewantara untuk merayakan hari lahirnya sebagai Hari Kebangunan—kemudian menjadi Kebangkitan— Nasional. Hal itu dimaksudkan agar terjadi persatuan karena terjadi bentrok antara PKI dan partai-partai lain di tengah perjuangan melawan Belanda (Pramoedya Ananta Toer, Kronik Revolusi Indonesia, Jilid IV: 188-189). Namun, upaya persatuan ini gagal karena PKI/FDR memberontak pada bulan September 1948.

Jadi, pada tahun 2008 kita secara seremonial akan memperingati 60 tahun Kebangkitan Nasional walaupun secara substansi hal ini telah berusia satu abad jika dilihat dari lahirnya Budi Utomo. Hal serupa terjadi dengan Hari Sumpah Pemuda yang mulai diperingati secara besar-besaran pada tahun 1957 guna meningkatkan persatuan dan kesetiaan pada proklamasi karena adanya konflik pusat dengan daerah (K Foulcher, 2000).

Cita-cita Budi Utomo

Studi Akira Nagazumi (1989), The Dawn of Indonesian Nationalism: The Early Years of the Budi Utomo, 1908-1918, menunjukkan bahwa pada awalnya Budi Utomo merupakan organisasi sekelompok elite priayi Jawa yang bertujuan mengembangkan kesejahteraan dan kebangsaan Jawa. Sebenarnya aspek nasional yang inklusif telah muncul dalam gagasan Suwarno selaku sekretaris Budi Utomo Jakarta (1908) yang menginginkan Budi Utomo berkembang menjadi ”persatuan nasional (di Hindia Belanda) tanpa pandang suku, kelamin, dan kepercayaan”. Namun, gagasan ini tidak diterima dalam kongres Budi Utomo pertama walaupun didukung oleh dr Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soerjodiputro.

Selain aspek kebangsaan yang banyak dibahas, sebenarnya Budi Utomo juga mendukung gagasan mengenai kemajuan penduduk Jawa dan Madura dalam berbagai bidang. Program dalam Anggaran Dasar Budi Utomo Pasal 3 adalah: a) usaha pendidikan dalam arti seluas-luasnya, b) peningkatan pertanian, peternakan, dan perdagangan, c) kemajuan teknik dan kerajinan, d) menghidupkan kembali kesenian pribumi dan tradisi, e) menjunjung tinggi cita- cita kemanusiaan, dan f) hal hal yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan bangsa. Dalam pembahasan program juga telah dibahas pembangunan perpustakaan rakyat dan pendidikan untuk perempuan.

Peringatan satu abad Budi Utomo dan Kebangkitan Nasional hendaknya terhindar dari sekadar seremonial dan yang perlu adalah aksi nyata untuk mengevaluasi dan melaksanakan cita- cita Budi Utomo dan para ”alumni”-nya. Saat ini masih terdapat berbagai program yang perlu ditingkatkan, misalnya pendidikan dalam arti luas hendaknya dilakukan pula oleh berbagai pihak, seperti pemimpin dengan keteladanan mereka. Demikian pula media massa perlu berperan dan mengagendakan pendidikan publik di samping fungsi mereka sebagai wahana hiburan ataupun komersial. Selain itu, perpustakaan rakyat masih belum terlaksana sepenuhnya, di mana 190 kabupaten/kota masih belum memiliki perpustakaan (Kompas, 2/4/2008).

Demikian pula subyek dalam pertanian, peternakan, perdagangan, dan industri, yakni petani, peternak, pedagang, dan pekerja yang berada di lapisan bawah dan mayoritas kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan komoditas pada keempat sektor tersebut. Selain itu, kesenian dan tradisi pribumi semakin penting dalam menghadapi globalisasi guna meningkatkan rasa kebanggaan dan percaya diri dan mengompensasi kelemahan Indonesia dalam bidang ekonomi dan politik.

Untuk menjaga martabat kemanusiaan, diperlukan perlindungan setiap warga oleh anggota DPR/D di daerah pemilihannya (dapil). Keberadaan anggota DPR/D sebagai Komisi HAM Daerah perlu dikembangkan secara meluas. Kesejahteraan bangsa perlu ditingkatkan dengan anggaran, program, dan indikator yang cukup dan jelas sehingga ”Indonesia Bagian Bawah” yang berjumlah 60-70 persen dapat membaik. Hal ini dapat dijalankan oleh parpol dan DPR/D yang menjalankan program lokal anti- kemiskinan dan pengadaan lapangan kerja dari bawah secara berkesinambungan, bukan hanya janji saat kampanye pilkada. Program yang disepakati ini (yang dapat dirancang oleh perguruan tinggi, LSM, Bappeda) diharapkan dapat dijalankan oleh siapa pun yang berkuasa.

Tantangan masa kini

Pada masa Budi Utomo, tantangan utama adalah konsolidasi antarberbagai golongan dalam masyarakat yang dimulai dengan bangsa Jawa-Madura dan berkembang menjadi lebih luas. Konsolidasi internal ini diharapkan dapat menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat walaupun hal ini mendapat tantangan eksternal dari negara kolonial Belanda. Setelah kemerdekaan dan perginya Belanda sebagai musuh bersama, Indonesia telah mengalami konflik-konflik karena faktor ketidakadilan, ideologi, serta egoisme para pemimpinnya.

Pada masa kini telah terjadi perubahan tantangan, baik dalam masyarakat maupun hubungan dengan negara. Rasa kebangsaan telah berkembang dan survei Roy Morgan tahun 2006 (25.000 responden) menunjukkan bahwa 89 persen penduduk Indonesia menganggap dirinya lebih sebagai bangsa Indonesia ketimbang sebagai suku mereka (The Jakarta Post, 14/11/2006). Namun, Indonesia masih memerlukan peningkatan konsolidasi internal antargolongan, baik secara vertikal (kelas) maupun horizontal (SARA), yang harus didukung oleh negara yang tegas, efektif, akuntabel, dan anti-KKN.

Demikian pula peran daerah sangat penting sehingga Kebangkitan Nasional pada masa kini dan depan tidak dapat terjadi tanpa Kebangkitan Daerah. Untuk mendukung hal ini, otonomi elite daerah perlu diganti oleh otonomi masyarakat daerah. Sementara itu, dalam menghadapi tantangan global diperlukan adanya kecakapan berkompetisi, berjejaring (networking), dan kerja keras (hardworking) yang dapat didukung oleh nilai-nilai keagamaan. Hal ini diharapkan menumbuhkan semangat dan optimisme yang dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa secara menyeluruh.

Masyarakat dan pemimpin yang telah ber-”Budi Utomo” merupakan modal sosial budaya untuk ”Kebangunan atau Kebangkitan Nasional” di abad ke-21. Jika keadaan ini tidak terpenuhi, Indonesia akan mengalami ”Kemandekan atau Kelumpuhan Sosial”, bahkan ”Keterpurukan Nasional”, baik di dalam negeri maupun pentas dunia.

*) Iwan Gardono Sujatmiko, Sosiolog FISIP UI, Depok
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/05/opini-makna-satu-abad-budi-utomo.html

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar