Jumat, 18 November 2011

Hegemoni dan Inferioritas Bahasa

Lugiena Dé*
Pikiran Rakyat, 17 Mei 2008

KEBIJAKAN membakukan bahasa Sunda dialek Bandung sebagai bahasa Sunda standar di wilayah keresidenan Jawa Barat mulai diterapkan pemerintah Kolonial sejak 1872 (lihat Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad Ke-19 karya Mikihiro Moriyama).

Dengan menggunakan kata “standar”, jelas pemerintah memang bermaksud mempermudah pemakaian bahasa Sunda. Namun, karena makna “standar” juga erat kaitannya dengan pembentukan dogma/kanon, pembakuan tersebut menjadi awal babak baru hegemoni bahasa. Dan yang patut dicatat, motif dari kebijakan penetapan itu juga tak luput dari nuansa kepentingan penjajahan.

Moriyama menyebutkan, alasan pemerintah Kolonial memilih dialek Bandung sebagai bahasa Sunda standar lantaran dianggap masih murni. Namun tak jelas, apa yang dimaksud murni oleh pemerintah Kolonial. Pasalnya, bahasa Sunda dialek Bandung waktu itu sebetulnya sudah banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa. Salah satu contoh pengaruh yang paling menonjol adalah adanya undak usuk bahasa. Apakah pemerintah dan para sarjana Kolonial waktu itu salah perkiraan? Atau memang sebetulnya mereka memanipulasi data perbandingan bahasa?

Perkiraan yang lebih tepat, tampaknya penetapan dialek Bandung sebagai bahasa Sunda standar karena fungsi lokasinya sebagai ibu kota pemerintahan. Artinya, sangat dimungkinkan demi terciptanya efisiensi mobilitas birokrasi secara vertikal. Pasalnya, bahasa Sunda dialek Bandung dianggap cocok untuk meneruskan sistem feodalisme, yang sebelumnya sudah dijajaki oleh Mataram. Namun, ternyata kebijakan pembakuan tersebut juga melahirkan efek negatif yang masih ada sampai sekarang.

Efek pertama, adanya dikotomi hierarkis bahasa Sunda lulugu-wewengkon. Ditilik secara harfiah, kata “lulugu” berarti yang terpenting atau yang paling utama (Danadibrata, 417: 2006). Dengan tambahan keterangan “lulugu” tersebut, kedudukan varian-varian dialek bahasa Sunda yang sebelumnya egaliter (sejajar), berubah posisi menjadi hierarkis. Pasalnya, bahasa Sunda dialek Bandung –yang sebetulnya hanya merupakan salah satu varian dalam bahasa Sunda– dijadikan lulugu dan patokan bagi bahasa Sunda wewengkon, dan posisinya dianggap lebih tinggi.

Efek kedua, karena bahasa Sunda terdikotomi secara hierarkis, muncul gejala inferior di kalangan penutur bahasa wewengkon. Hal ini sering tercermin dari sikap orang Sunda yang berasal dari wewengkon yang cukup jauh dengan Bandung, seperti Banten atau pantura. Mereka sering merendah manakala berkomunikasi dengan penutur bahasa Sunda lulugu. Pun dengan sikap orang Sunda lulugu sendiri yang sering menertawakan atau bahkan mengolok-olok para penutur bahasa wewengkon.

Efek ketiga, terjadi kesalahan persepsi di masyarakat. Mungkin karena bahasa Sunda lulugu –dalam hal ini bahasa Sunda dialek Bandung– masih termasuk pada varian bahasa Sunda Priangan, ada anggapan bahwa yang dimaksud bahasa Sunda lulugu adalah bahasa Sunda Priangan. Pasalnya, memang bahasa Sunda dialek Bandung relatif sama dengan bahasa Sunda di daerah Priangan lainnya seperti Cianjur, Garut, Sumedang, atau Tasikmalaya. Padahal, pada hakikatnya bahasa Sunda tiap daerah selalu punya keunikan dan kekhasan sendiri.

Jauh sebelum lahir dikotomi lulugu-wewengkon, di tatar Sunda juga pernah terdapat dikotomi bahasa Jawa-Sunda. Dikotomi tersebut merupakan efek dari hegemoni bahasa Jawa terhadap bahasa Sunda, akibat politik ekspansif Mataram terhadap tatar Sunda. Waktu itu bahasa Jawa merasuk ke dalam kehidupan orang Sunda, terutama di kalangan menak, hingga tercipta stigma bahwa bahasa Sunda adalah bahasa kaum rendahan. Sementara itu, bahasa Jawa adalah bahasa yang tinggi derajatnya karena digunakan oleh kalangan berkelas serta elite penguasa. Sudah barang tentu, dari hegemoni bahasa Jawa ini pun timbul efek inferioritas bagi penutur bahasa Sunda.

Salah satu sisa dari hegemoni bahasa Jawa adalah undak usuk bahasa, yang sampai sekarang masih menjadi bagian integral dari bahasa Sunda Priangan. Undak usuk bahasa adalah salah satu perangkat bahasa yang pada hakikatnya hanyalah rekayasa kultural karena didasarkan atas tingkatan kelas sosial.

Bahasa nasional

Hegemoni bahasa, oleh bahasa apa pun dan dalam bentuk apa pun, selalu menyisakan efek negatif, terutama gejala inferior di kalangan penuturnya. Karena pada dasarnya, hegemoni bahasa tak lain dari dominasi bahasa.

Sekarang pun pada hakikatnya bahasa Sunda masih terhegemoni oleh bahasa nasional (baca: Indonesia). Meskipun pemerintah menghormati dan memelihara bahasa daerah, seperti yang tertera dalam Pasal 32 Ayat kedua UUD 1945 , ruang napas yang diberikan terhadap bahasa Sunda masih teramat sempit. Bahasa nasional sudah demikian jauh merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan orang Sunda. Tak heran jika sekarang gejala inferior pun mulai terlihat di sebagian orang Sunda. Banyak orang Sunda yang merasa malu berbicara dalam bahasa ibunya sendiri.

Kiranya, kunci pertama untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan mengubah regulasi, agar lebih berpihak kepada bahasa dan budaya lokal. Perubahan regulasi tersebut terutama yang menyangkut media komunikasi penyiaran serta pendidikan. Pasalnya, kedua bidang itulah yang paling banyak bersentuhan dengan masyarakat.

*) Lugiena Dé, Pengarang Sunda. Mahasiswa Jurusan Bahasa Sunda UPI, Bandung.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/05/esai-hegemoni-dan-inferioritas-bahasa.html

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar