Jumat, 18 November 2011

Membaca Kepeloporan Taufiq Ismail

Ahmadun Yosi Herfanda
Republika, 25 Mei 2008

SASTRAWAN Taufiq Ismail agaknya ingin menegaskan lagi kata-katanya, “Tanpa buku tidak mungkin saya jadi pengarang.” Dan, tanpa karya (yang diterbitkan menjadi buku), tak mungkin orang mengukuhkannya sebagai pengarang, sebagai sastrawan.

Maka, Rabu (14/5) di Auditorium Mahkamah Konstitusi, Jakarta, tiga buku tebal pun diluncurkan untuk memaknai 55 tahun pergulatan Pelopor Angkatan 66 itu dalam sastra Indonesia. “Taufiq Ismail tidak bermaksud memeringati usianya, tapi perbuatannya. Sebab, hidup itu perbuatan,” kata Ketua Panitia Pelaksana Acara ‘Taufiq Ismail 55 Tahun dalam Sastra Indonesia’, Fadli Zon.

Perbuatan utama Taufiq sebagai pengarang, sebagai sastrawan, adalah menulis. Dan, itulah yang dilakukan Taufiq selama 55 tahun (1953-2008). Tidak kurang dari 517 puisi, 346 prosa, dan 96 lirik lagu, telah ditulisnya. Hasilnya adalah buku kumpulan puisi setebal 1.076 halaman, dua buku kumpulan prosa setebal 880 halaman dan 801 halaman, serta buku kumpulan lirik lagu setebal 102 halaman.

Keempat buku tersebut disatukan dalam empat jilid buku bertajuk Mengakar ke Bumi, Menggapai ke Langit. Ia mengaku tak menduga jika tulisannya sebanyak itu. Semula, untuk buku kumpulan prosa ia memprediksi cukup satu jilid, setebal sekitar 800 halaman.

”Ternyata tulisan saya yang berhasil ditemukan terus bertambah, hingga harus dua jilid,” ujar Taufiq Ismail. “Untuk puisi sebagian besar masih saya ingat puisi apa saja yang pernah saya tulis. Tapi, untuk prosa, sebagian besar sudah lupa apa yang pernah saya tulis,” tambahnya.

Orang yang tidak kalah kagetnya adalah Hamzah, anak muda pengagum Taufiq Ismail yang mendapat tugas untuk mengumpulkan semua tulisan Taufiq yang pernah dimuat di berbagai media massa, termasuk di Republika. “Saya tak menduga, ternyata tulisan Pak Taufiq banyak sekali,” katanya, “Itu pun saya yakin masih ada tulisan yang tak berhasil saya temukan, dan Pak Taufiq sudah lupa tulisan itu.”

Buku Mengakar ke Bumi, Menggapai ke Langit jilid 1 menghimpun 517 puisi Taufiq yang ditulis sejak 1953 sampai 2008, termasuk sajak-sajak yang pernah dibukukan dalam Benteng (1966), Tirani (1966), Buku Tamu Museum Perjuangan (1972), dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999). Pada buku jilid 1 ini pembaca juga dapat menikmati sajak-sajak Taufiq pada masa awal kepenyairannya yang belum pernah dibukukan. Sajak pertamanya, berjudul Doa Dalam Lagu, ditulis pada 1953 saat Taufiq masih berusia 18 tahun (masih SMA). Sangat menarik untuk disimak:

Ibuku karena engkau merahimiku
Merendalah tenteram karena besarlah anakmu
Ayahku karena engkau menatahku
Berlegalah di kursi angguk laki-laki anakmu
Tuhanku karena aku karat di kakiMu
Beri mereka kesejukan dalam dan biru.

Sedangkan buku Mengakar ke Bumi, Menggapai ke Langit jilid 2 dan 3 menghimpun semua prosa yang pernah ditulis Taufiq Ismail sejak 1960-2008, baik berupa kolom, esai, cerpen, maupun drama. Tulisan-tulisan pada jilid 2 dikelompokkan berdasarkan media massa yang memuatnya, seperti Horison, Republika, Harian Kami, Tempo, Gatra, Ummat, Kompas, dan Sinar Harapan. Sementara, jilid 3 disusun secara tematik, dan berdasar jenis tulisan.

“Dari buku-buku itu kita jadi tahu, bahwa Pak Taufiq sangat produktif, dan tidak hanya menulis puisi dan esai, tapi juga cerpen dan naskah drama. Buku-buku itu makin mengukuhkan kebesaran Pak Taufiq sebagai sastrawan,” kata Maman S Mahayana, kritikus sastra dari UI.

Peran dan kebesaran Taufiq Ismail sebagai sastrawan juga diakui oleh cendekiawan Muslim, Yudi Latif. “Kita memiliki tiga sastrawan besar, Taufiq Ismail, Rendra, dan Sutardji Calzoum Bachri,” katanya, “Bagi bangsa Indonesia, Taufiq Ismail memiliki peran sangat penting, karena menampakkan kepeloporan dalam mengupayakan kebangkitan bangsa melalui jalan kebudayaan.”

Dalam ketiadaan platform politik yang jelas, menurut Yudi, gerakan kebudayaan menjadi alternatif penting untuk menjaga kewarasan publik. Adalah melalui sastra, nyanyian, dan seni yang lain, yang dibudayakan dalam masyarakat, yang dapat membuat gerakan dan cita-cita sosial dapat bertahan dalam memori kolektif.

Buku-buku tebal menjadi penanda terpenting untuk memaknai peran dan perjalanan panjang Taufiq Ismail dalam sastra Indonesia. Dalam buku, karya-karya dan ide-ide cemerlangnya diabadikan untuk diwariskan kepada anak cucu, serta disosialisasikan kepada publik yang luas.

Hajatan Besar untuk Sang Pelopor

Peluncuran empat jilid buku tebal itu menjadi penanda terpenting rangkaian hajatan ’55 tahun Taufiq Ismail dalam Sastra Indonesia’ yang digelar oleh majalah Horison. Peluncuran buku-buku Mengakar ke Bumi, Menggapai ke Langit (Penerbit Horison, 2008) diberi bobot dengan orasi budaya oleh Dr Anies Baswedan.

Peluncuran yang diadakan pada Rabu (14/5) di Aula Mahkamah Konstitusi, Jakarta, itu juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh seniman Studiklub Teater Bandung (STB), Iman Soleh, dan pertunjukan musik oleh Bimbo. Menandai peluncuran buku, Pemimpin Redaksi Horison, Jamal D Rahman, menyerahkan satu set buku tebal itu kepada Taufiq Ismail. Sastrawan kelahiran Bukittinggi, 25 Juni 1935, ini lantas menyerahkan masing-masing satu set buku ke berbagai kalangan.

Rangkaian acara berlanjut di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (17/5), dengan seminar nasional yang menampilkan pembicara Prof Dr Budi Darma, Prof Dr Arief Rachman, Prof Dr Suminto A Sayuti, dan Dr Yudi Latif, serta orasi sastra oleh Mendiknas Dr Bambang Sudibyo. Juga diserahkan penghargaan kepada para juara lomba menulis esai tentang peran Taufiq Ismail dalam sastra Indonesia.

Rangkaian acara masih akan berlanjut di Studio TVRI Padang, Rabu (28/5), berupa seminar internasional. Dr Fasli Jalal akan tampil sebagai keynote speaker. Tampil pula pembicara Dr Rebecca Fanany (Australia), Darman Moenir, Dr Ismet Fanany MA, Drs Yulizal Yunus MA, Dr Ir Raudha Thaib, dan Upita Agustine. Seminar ini akan dibuka oleh Gubernur Sumatra Barat, H Gamawan Fauzi, dan dilanjutkan dengan pembacaan puisi-puisi Taufiq. Acara pamungkas ini akan disiarkan langsung oleh TVRI Padang.

Menurut Anies Baswedan, potret perjalanan Taufiq Ismail adalah potret sebuah transformasi sosial di Indonesia. Taufiq menjadi saksi permanen naik-turunnya denyut jantung bangsa. “Taufiq Ismail memang menembus batas bangsa-bangsa. Tapi, rumah Taufiq Ismail tetaplah Indonesia. Kepeduliannya kepada Indonesia melebihi deretan puisi-puisi yang pernah ditulisnya tentang bangsa lain,” katanya.

Di kaki Gunung Merapi dan Gunung Singgalang, Padang, kini Taufiq juga sedang membangun Rumah Puisi, yang kelak juga akan dipenuhi buku-buku. Untuk Rumah Puisi itu, sastrawan Ikranegara menyerahkan secara simbolis koleksi buku-buku pribadinya selama 30 tahun. Sedangkan budayawan Emha Ainun Najib membacakan doa-doa khusus untuk Taufiq, agar diberi berkah kesehatan dan kesempatan untuk terus memberikan yang terbaik bagi kemajuan anak bangsa. (ahmadun yh)

Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/05/pustaka-membaca-kepeloporan-taufiq.html

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar