Jumat, 21 Oktober 2011

Emiria Soenassa Membayangkan Nusa

Heidi Arbuckle
Kompas, 12 Des 2010

SEBAGAI peneliti asing, sering kali orang Indonesia berkomentar kepada saya: ”Oh, kamu orang yang meneliti Frida Kahlo-nya Indonesia, ya?” Saya tidak lagi heran mendengarnya, tetapi selalu tergelitik dengan kenyataan bahwa orang Indonesia lebih kenal pelukis perempuan asal Meksiko daripada Emiria Soenassa, pelukis perempuan termasyhur pada zamannya di negeri mereka sendiri. Apalagi, menurut saya, lukisan dan riwayat hidup Emiria tidak kalah menarik dari Frida.

Emiria mengawali kariernya sebagai pelukis pada usia 46 tahun, tetapi semasa hidupnya ia juga dikenal sebagai revolusioner, niagawati, filantropis, dan (mengklaim diri) sebagai seorang bangsawan, yaitu ”Ratu” dari kesultanan Tidore. Dalam majalah Perintis yang diterbitkan tahun 1951, Usmar Ismail menyebut Emiria sebagai seorang ”perintis”, mendudukkan Emiria di samping nama-nama besar, seperti Chairil Anwar dan Kartini. Ismail mengatakan: ”Dan bukan saja berhubung dengan seni lukis. Juru rawat bangsa Indonesia jang pertama? Kepala perkebunan jang pertama? Emiria Soenassa!” Sebelum Indonesia merdeka, Emiria telah mencapai kebebasan dirinya dalam seni lukis, yaitu kebebasan untuk menyatakan sesuatu. Hal inilah yang menjadi alasan diberikannya judul ”Emiria, Sang Perintis” pada pameran tunggal Emiria Soenassa yang diselenggarakan Bentara Budaya Jakarta pada 10-18 Desember 2010.

Pribumi

Seperti banyak pelukis pribumi pada zamannya, Emiria tidak pernah belajar melukis secara akademis. Banyak orang yang mengira Emiria adalah murid melukis Sudjojono, tetapi saya kira hubungan mereka bukan sebagai guru dan murid. Selain usia Emiria sudah dua puluh tahun lebih tua dari Sudjojono, hubungan mereka lebih mirip kawan seperjuangan. Mia Bustam, istri pertama Sudjojono, ingat saat sedang bertamu ke rumah Emiria bersama sang suami demi meminta lukisan untuk dipamerkan pada awal 1940-an. Mengenang kunjungannya itu, Mia mengatakan: ”Untuk hidangannya, di piring kecil kami ditawari kacang bawang hanya lima buah!” Menjelaskan karakter si Emiria, Mia bercerita: ”Sikap hidupnya juga apa adanya begitu, jujur sekali, omongannya juga begitu.”

Dorongan melukis untuk pertama kalinya pada Emiria justru berasal dari sahabat dekatnya, seorang Belanda bernama Guillaume Frédéric Pijper. Pijper menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Bumiputra di bawah pemerintah kolonial Belanda. Selain seorang teolog yang ahli Islam, ia juga memperlihatkan ketertarikan terhadap seni, hingga kemudian ikut mendirikan Balai Pendidikan Universitas Guru Gambar (kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung) bersama Ries Mulder. Atas tantangan Pijper, Emiria menghasilkan lukisan pertamanya pada tahun 1940 berjudul ”Telaga Warna”, setelah mereka berdua pergi mencari inspirasi ke Puncak. Lukisan tersebut dipamerkan dalam pameran pertama Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) di Toko Buku Kolff & Co di Jakarta. Namun, seperti banyak lukisan Emiria lainnya, lukisan tersebut sudah tidak lagi diketahui keberadaannya.

Ciri khas Emiria berada pada usahanya untuk memperbarui seni primitif atau seni Indonesia yang kuno ke dalam seni lukis modern pada zamannya. Karyanya bisa digambarkan sebagai gabungan (fusion) yang dinamis antara seni adat (indigenous art) dan seni rupa modern neo-primitif. Emiria juga menggunakan warna secara primitif dan sering mengabaikan perspektif serta aspek pencahayaan. Walaupun subyek lukisannya adalah penggambaran alam raya dan berbagai kelompok etnis Indonesia, bentuk, suasana, dan warnanya banyak dipengaruhi pelukis-pelukis modern Eropa. Maklum, sebelum menjadi pelukis pada tahun 1940-an, Emiria sudah pernah berulang kali berkunjung ke negeri-negeri Eropa. Salah satu lukisan yang menggambarkan gabungan dinamis ini adalah ”Orang Irian dengan Boeroeng Tjenderawasih” (1948) yang menggarap garis-garis wajah orang Papua mirip dengan periode Picasso mengabstraksi patung dan topeng Afrika setelah ia berkunjung ke Museum Trocadéro di Paris.

Namun, representasi Emiria atas ”orang primitif” di Indonesia tidak sekadar eksotisme atau fetish terhadap ritus dan budaya tribal. Emiria memang membayangkan diri sebagai bagian dari kebangsaan Papua, dengan mengklaim diri sebagai keturunan Sultan Sahadjuan dari Kesultanan Tidore. Pada abad ke-17, Tidore mengklaim kekuasaan tak mutlak (shadowy authority) atas tanah Papua Barat. Bersama nasionalis Papua, Silas Papare, ketua Partai Kemerdekaan Indonesia Irian di Jakarta, Emiria memperjuangkan hak Kesultanan Tidore sepanjang tahun 1949 sampai tahun 1960-an, hingga membawanya ke Meja Bundar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York.

Dari lukisan-lukisannya, kita bisa membaca sikap politis Emiria dan perbedaan ”nasionalisme”-nya dibandingkan dengan narasi-narasi besar nasionalisme yang diusung oleh kebanyakan pelukis di zamannya. Penelusuran Emiria terhadap nuansa etnik dari Indonesia bagian timur dan suku-suku pribuminya, seperti suku Papua, Kubu, dan Dayak, adalah apa yang memisahkannya dari kebanyakan pelukis pria pada masa itu, seperti yang tampak dalam lukisan ”Pemanah Papua/Pijlenmakers Nieuw-Guinea” (1941) dan Penganten Dajak” serta ”Bahaya Belakang Kembang Terate” (keduanya pertama kali dipamerkan tahun 1946 di Batavia-Kunstkring). Pada saat para pelukis di kota-kota besar membayangkan sebuah negara baru dan para penduduknya yang terpusat, Emiria membayangkan bahwa hal itu justru tersebar di wilayah-wilayah pinggir nusa Indonesia yang beraneka ragam, seperti halnya hutan-hutan yang (akunya) telah ia jelajahi mulai dari Humboldbaai (Jayapura) sampai Sabang.
_______________________
Heidi Arbuckle, Peneliti dari Universitas Melbourne, Pengurus Program Media di Ford Foundation Indonesia
Terima kasih kepada Nayla Majestya yang telah membantu menerjemahkan tulisan ini.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2010/12/emiria-soenassa-membayangkan-nusa.html

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar