Minggu, 28 Agustus 2011

Syair Arab di Pesantren: Bukan Sekedar untuk Dihafal! *

Fathurrahman Karyadi
http://sastra-pesantren.blogspot.com/

Di pesantren kitab-kitab literatur ilmu 'arudl—sebuah cabang ilmu yang mempelajari syair Arab—masih banyak pelajari. Seperti di antaranya Mukhtashar al-Syâfî karya Muhammad al-Damanhuri, Jawâhir al-Addab karya Ahmad al-Hasyimi dan sebagainya. Biasanya para santri yang mempejari fan ini adalah mereka yang sudah lulus dari kelas Nahwu tingkat al-Imrîthy. Bagi yang belum mencapai tingkatan tersebut maka tidak diperkenankan mengkaji 'arudl sebab pembahasan yang disuguhkan agak rumit.

Dalam 'arudl diterangkan bahwa bahr atau not lagu Arab berjumlah 16 lirik. Di antaranya yang sering digunakan yaitu bahr al-rajaz. Hampir seluruh kitab yang berbentuk nadzam (puisi, antonim dari natsar atau prosa) yang menjadi acuan di pesantren memakai bahr al-rajaz tersebut. Seperti al-Fiyyah Ibni Mâlik, al-Imrîthy, Jawâhir al-Maknûn, `Uqûd al-Jumân dan masih banyak lagi. Cara melagukan bahr ini cukup sederhana, yaitu dengan mengulang-ulang kalimat "mustafilun" sebanyak enam kali pada setiap baitnya. Seperti contoh di bawah ini:

مُسْتَفْعِلُنْ مُسْتَفْعِلُنْ مُسْتَفْعِلُنْ
قَــــــالَ مُـــحَمَّدٌ هُــــــــوَ ابْــــــنُ مَالِـــكِ
مُسْتَفْعِلُنْ مُسْتَفْعِلُنْ مُسْتَفْعِلُنْ
أَحْــــــمَدُ رَبـــــــــِّي اللهَ خَيْرَ مَــــالِكِ

Kendati ilmu 'arudl lahir di tanah Arab, bukan berarti kesusastraan bahasa `ajam (non Arab) tidak dapat dimasuki ilmu 'arudl. Kiai-kiai Nusatara banyak mengarang syair dalam bahasa Melayu, Jawa, Sunda juga Madura yang semuanya merujuk pada ilmu 'arudl tersebut. Perbedaannya, bila dalam bahasa Arab terdapat huruf mâd (panjang) dan qashr (pendek) sedangkan bahasa `ajam tidak ditemukan. Namun tetap saja serasi bila dinyanyikan.

Ada satu hal yang menjadi syarat sebuah syair. Yaitu harus adanya huruf-huruf yang sama di akhir kalimatnya. Entah di akhir setiap Shadr Awwal dan Shadr Tsani seperti pengalan bait al-Fiyyah di atas, atau hanya sama pada Shadr Tsani di baitnya. Seperti Qashîdah al-Burdah yang dikarang oleh Imam Bushiri, seluruhnya diakhiri dengan huruf mîm berharakat kasrah. Dalam tata bahasa Arab ilmu yang konsentrasi di bidang ini disebut al-Qawâfî.

Almaghfurlah Kiai Bisri Musthofa Rembang adalah salah satu sosok kiai nusantara yang banyak mengarang syair berbahasa Jawa. Salah satu karyanya yang amat kesohor ialah Tombo Ati. Bahkan saking tenarnya sampai banyak yang tidak tahu kalau sebenarnya syair yang pernah dilagukan Opick itu dikarang oleh beliau. Kini karya-karya ayahanda Gus Mus itu bisa dinikmati lewat dua buah antologi syairnya berjudul Ngudi Susilo dan Mitera Sejati yang telah diterbitkan oleh Menara Kudus. Berikut cuplikannya dalam bahr al-rajaz:

//Anak Islam kudu cita-cita luhur
Keban dunya akhirate biso makmur
Cukup ilmu umume lan agamane
Cukup dunya kanthi bekti pengerane//

Berbeda dengan karya-karya Kiai Bisri yang lebih menanamkan pesan-pesan moral dan akhlakul karimah, syair karya Kiai Sya'roni Shalih, Magelang lebih menjurus pada ilmu Fikih. Beliau melagukan bab shalat lewat buah penanya yang begitu indah Syi'ir Pashalatan (Semarang: 1962). Begitu pula dengan Kiai Ahmad Hidayat Hasyim mengarang sebuah kitab syair bahasa Jawa tentang ubudiyah berjudul Hayyâ `Alâ al-Shalâh. Bahkan, sebagai rasa cintanya kepada Pesantren Tebuireng yang pernah disinggahinya, kiai asal Sumobito Jombang ini menyusun biografi panjang Hadratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy'ari dalam bentuk syair berirama rajaz. Sayangnya karya epik tersebut belum terpublikasi secara luas.

Belum bisa dipastikan siapa kiai nusantara pertama yang mengarang syair, baik dalam bahasa Melayu atau Jawa. Maktabah Ahmad Nabhan, Surabaya pernah menerbitkan kitab Paras Nabi Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam yang berisikan syair Jawa diakhiri dengan Shalawat Badriyyah. Kitab yang diduga dikarang oleh Kiai Ali Manshur Tuban itu bertarikh hari Sabtu Wage 8 Shafar 1319 H atau sekitar 113 tahun silam.

Kitab itu jelas tidak bisa dijadikan acuan sebagai kitab syair pertama di nusantara, mengingat sangat banyak ulama terdahulu yang telah menempuh jalan ke sana. Syekh Hamzah Fanshuri, adalah ulama sekaligus sastrawan ulung asal Sumatera Selatan yang hidup pada abad 16. Kini sudah 32 judul syairnya telah dihimpun dalam The Poems of Hamzah Fansuri oleh Drewes dan Brakel. Salah satu syairnya berjudul Ikan Tunggal Bernama Fadhil yang terdiri atas tiga belas bait dan setiap baitnya terdiri atas empat baris sebagaimana berikut:

//Ikan tunggal bernama fâdhil
Dengan air daim ia wâshil
'Isyqinya terlalu kâmil
Di dalam laut tiada bersâhil//

Sebuah sajak ringan yang menyimpan makna dalam. Ikan pada syair di atas diartikan sebagai nur Muhammad SAW yang memiliki fadl atau keutamaan. Sedangkan airnya diibaratkan Allah SWT Sang Pemilik jagad raya. Maksudnya, Nur Muhammad senantiasa dapat sampai dan bertemu (washil) dengan Allah. Baris ketiga diartikan sebagai cinta Kanjeng Nabi kepada Sang Khalik yang amat mendalam. Sedangkan baris keempat merupakan kesimpulan yang dalam tasawuf bisa diartikan demikian "tidak mudah (tiada bersahil) bagi hamba Allah (ikan) untuk sampai dan bertemu Allah SWT."

Baru-baru ini, di Pesantren Tebuireng ditemukan beberapa kitab pribadi milik almarhum KH. Abdul Karim Hasyim (putra ketujuh Hadratus Syaikh). Dalam kitab itu dijumpai puluhan bahkan ratusan syair-syair Arab yang diduga hasil karangan beliau. Insya Allah dalam waktu dekat akan diterbitkan, tentunya dilengkapi dengan terjemah bahasa Indonesia agar dapat dicerna oleh para pembaca.
***

Penyampaian (dakwah) melalui syair—atau yang oleh masyarakat Jawa lebih akrab disebut tembang—memang efeknya lebih mengena. Oleh karenanya, para Wali Songo terdahulu menggunakan metode suluk dan tembang yang diiringi musik tradisonal gamelan sebagai penyebaran agama Islam. Kini cara semacam itu masih terbilang efektif. Salah satunya, Kiai Ma'ruf dari Sragen. Ketika berceramah di banyak kota beliau acap kali membawakan tembang terbarunya sebagai break mauidzah hasanah. Ini menjadikan para pendengar tidak jemu sehingga apa yang disampaikan mudah masuk dan diterima.

Dalam sebuah ceramahnya, Alm. Gus Ishom, kiai muda alumnus Lirboyo ini tak lupa menyisipkan syair indah. Di hadapan para santri dan ribuan hadirin spontanitas ia bersyair (bahrnya senada dengan shalawat Badriyyah, atau lagu Dea Ananda berjudul Baju Baru Alhamdulillah):

//Ayo Belajar yang rajin
Jangan malas cuma main
Masuk pondok baru kemarin
Sudah ribut minta kawin//

Masih dalam bahr yang sama, untuk memudahkan para santri menghafal bahasa Arab, maka Kiai Ahmad Subki Masyhadi terobsesi untuk mengarang kitab yang akhirnya diberi judul Syi'ir Bahasa 'Arab fashih, Asriyyah lan Pasaran. Kitab ini disusun sekitar 650-an bait dan merekam lebih dari 1950 kosa kata Arab-Jawa. Setiap satu baitnya tidak tentu memuat berapa kosa kata, namun bisa dipastikan maksimalnya berjumlah empat mufradat. Dalam mukaddimahnya Kiai asal Pekalongan ini menuturkan:

//Bahasa Arab digawe syi'ir
Supoyo gampang ono ing pikir
Tumerap konco kang ngapalake
Ono ing ati dentancepake//

Keberadaan syair di pesantren sangat diakui kemanfaatannya. Oleh sebab itu, santri-santri Lirboyo menganggap penting menerjemahkan syair-syair yang ada di kitab Ta'lim Al Muta'allim. Maka lahirlah sebuah karya hasil usaha mereka sendiri yang judulnya diambil dari lafadz pertama syair sayyidina Ali RA., yakni Ala la. Meskipun hanya berupa terjemahan namun ini patut diberi apresiasi.

Tak kalah kreatifnya, seorang santri Pesantren Hidayatut Thullab Treggalek yang mengaku bernama Kang Fauzi menggubah syair dalam tiga bahasa sekaligus; Arab, Indonesia dan Jawa. 16 syair yang dikarangnya ini disisipkan sebagai lampiran kitab Fath al-Izar yang masih berupa fotocopy. Lebih lanjut ia bersyair:

//Syi'ir iki muga dadi kunci marang
Habis gelap maka akan terbit terang
Syi'ir niki dipun karang Kang Fauzi
Wallahu yajzina binaylil fauzi//

Tentu tidak dilewatkan pula karya apik yang dirancang untuk mempermudah memahami kitab kuning oleh H. Lukman Hakim Pengasuh Pesantren Darul Falah Jepara. Dengan metode efektif yang ditemukannya itu beliau menerjemahkan al-Fiyyah Ibn Mâlik dengan dua bahasa sekaligus dalam bentuk syair imajinatif. Senada dengan itu, KH. Muslih Utsman, alumnus Tebuireng, menadzamkan kitab al- Âjurûmiyyah dalam bahasa Indonesia sebanyak 168 bait.

Ada lagi, salah satu santri Pondok Darul Hikmah Bareng, Jombang, juga menyusun kitab syair bahasa Jawa berjudul Mabâdi' al-Khatthiyyah. Kitab yang menerangkan tata cara menulis Arab berkaidah ini terususun rapi dalam bahr al- thawîl. Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi karya pesantren berupa syair yang patut dihargai tinggi, seperti A. Muhtarom Al-Khayyath yang menadzamkan kitab `Aqîdah al-Awwâm dalam bahasa Jawa sebanyak 108 bait, dan lain sebagainya.

Melihat banyak santri yang kreatif dalam bersyair seperti itu, saya jadi ingin mencoba. Alhamdulillah karya saya berjudul Fath al-Barâkat yang berisi 10 syair bahasa Arab dimuat majalah Misykat Lirboyo edisi Maret 2009. Selanjutnya, pada tanggal 10 Muharram 1430 H alhamdulillah saya juga berhasil mengarang Hymne Tebuireng dalam bentuk syair Arab berirama rajaz sebanyak 25 bait. Namun sayang setelah ditashih oleh KH. A. Mustain Syafi’i syair yang saya beri judul al-Fawâkih al- Tabûirâniyyah itu tidak jadi dipublikasikan karena masih banyak dijumpai kesalahan dalam penyusunan dan penulisan. Meski demikian beliau tetap memberi suport pada saya untuk bisa lebih baik.

Bermula dari koreksi itulah seseorang akan dapat meningkatkan hasil karyanya. Sebagaimana yang dialami oleh Ma'mun Affani, santri Pesantren Modern Gontor. Dia menghasilkan karya sastra berupa beberapa novel yang awal mulanya kurang mendapat respon dari kawannya. Setelah mendapat banyak masukan, ia terus belajar dan belajar. Dan akhirnya, setelah ia berani menerbitkan karyanya sendiri ternyata tiga novelnya laris manis di pasaran.
***

Poin yang terpenting—menurut hemat saya—adalah kegunaan ilmu 'arudl yang telah dipelajari matang di bangku pesantren bukanlah sekedar agar para santri tahu apa itu syair Arab, berapa jumlah bahr atau agar pandai melagukan syair belaka. Melainkan agar diamalkan dan dipraktikkan. Artinya, para santri dituntut bisa menyusun syair seperti syair-syair yang telah mereka baca dan bahkan sampai hafal ratusan nadzam. Mengapa di pesantren kita tak pernah menjumpai lomba membuat syair? Yang ada hanya musabaqah khithabah (lomba pidato), membaca kitab kuning, rebana, hafalan atau perlombaan lainnya. Tampaknya memang tidak ada tuntutan agar para santri mampu berkarya apalagi bersyair.

Mungkin kita lupa sebuah maqalah bagus yang pernah diucapkan oleh almarhum Kiai Masduqi Lasem "Al-ilmu li al-amali, la al-ilmu li al ilmi" (Kita mencari ilmu semata-mata hanya untuk diamalkan, bukan sekedar dokumentasi pengetahuan). Kalau sudah belajar ilmu 'arudl maka harus bisa menelurkan karya berupa syair. Bagi yang belum kenal dengan ilmu 'arudl tetap anjurkan sekali untuk mempelajarinya.

Tulisan ini semoga dapat membawa perubahan bagi kita semua sehingga diharapkan kelak para santri di pondok-pondok pesantren mampu menggoreskan pena dan melahirkan karya-karya sastra indah sebagaimana para kiai kuno tempo dulu. Rabbanâ yassir wa wawaffiq wa a'innâ yâ karîm, Amin!
***

*Jurnal Sastra dan Budaya “Jombangana,” Edisi III 2011 [Dewan Kesenian Jombang].

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar