Minggu, 28 Agustus 2011

Maiyah, Cak Nun dan Perjalanannya

Suharsono *
http://forumsastrajombang.blogspot.com/

Maiyah adalah sebuah pergumulan orang-orang yang datang dari berbagai elemen dan organisasi yang berbeda-beda namun mempunyai tujuan sama, yaitu mencari ridho Alloh. Dalam Jama’ah Maiyah tidak ada pemimpin dan anggota. Siapa pun diperbolehkan memandu acara, bertadarrus, memimpin wirid, sholawat dll tidak harus orang yang bersuara bagus (merdu) seperti Zainul ataupun mBak Nia, melainkan yang ihlas berma’iyah. Dalam jamaah ini juga tidak ada skat khusus antara pria-wanita, tua-muda, kaya-miskin, pejabat-rakyat. Yang diutamakan disini ialah saling percaya, saling menjaga kehormatan diri dihadapan Tuhan dan manusia. Itulah indahnya bermaiyah. Semua permasalahan hidup dibahas disini. Semua jamaah yang hadir dapat memberikan testimoni atau pendapat dalam rangka merespon tafsir yang dijelaskan Cak Fuad maupun tafsir yang dijelaskan Cak Nun. Inilah beda acara Maiyah dengan acara lain. Kita bisa mengerti kandungan Alquran baik secara teks dan konteksnya. Dalam acara ini juga bebas bertanya dan berdoa, baik untuk famili yang sakit ataupun untuk diri sendiri.

Pergaulan Cak Nun dengan berbagai elemen masyarakat, mempengaruhi pola berfikir dan cara memandang kehidupan social, polotik, ekonomi, budaya ataupun agama. Pengalaman Cak Nun jajah deso melankori menjelajahi nusantara dan berbagai belahan dunia membuar Cak Nun syarat dan kaya akan pengalaman. Semua permasalahan kehidupan, baik dari yang besar sampai yang kecil, dionceki Cak Nun secara detail. Bertapa hal yang menurut kita remeh dan sepele, ternyata ditangan Cak Nun dioalh menjadi bahan menarik untuk dikaji. Cak Nun juga tak segan belajar dari wong cilik, seniman, yang menurut pandangan modern dianggap ketinggalan jaman. Teapi tidak bagi Caj Nun. Sebut saja kata kata semisal: benere dewe, benere wong akeh, lan bener kang sejati, Cak Nun belajar dari seorang pemain ludruk. Khususnya pelawaknya yang mamapu menjungkirbalikkan keadaan yang membuat fikiran fress dengan joke-joke segarnya.

Dalam ranah budaya, Cak Nun dan Kyai Kanjengnya telahmenorehkan sejarah da tinta emas dalam perkembangan musik Sholawat di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan tampilnya musik Kyai Kanjeng di berbagai acara tanah air dan manca negara. Kyai Kanjeng juga mampu mendorong dan menginspirasi munculnya group musik sholawat baru di Indonesia yang tumbuh subur bagai jamur di musim hujan. Apalagi berbagai aliran musik dapat dipadukan dalam Kyai Kanjeng. Sehingga menjadikan musik ini bisa diterima oleh kelompok musik manapun. Kyai kanjeng yang berangkat dari tidak diperhitungkan, kini mulai diperhitungkan, kenapa demikian? Jawabya sederhana, karena berangkat dari ketulusan cinta kepada Rosululloh. Tidak hanya itu, Kyai Kanjeng juga tergolong musik yang disegani. Terbukti betapa banyak personel Kyai Kanjeng yang diundang tampil diberbagai negara-negara di dunia, termasuk Mesir: sebuah negri Piramida, Fir aun, dan Musa zaman dulu. Dan di sana, Kyai Kanjeng menjadi tamu kehormatan.

Hal yang sam juga terjadi di Roma dan Vatikan. Pendeta Paus Pulus meng-elu-elukan Cak Nun dan memberinya gelar Sang Maestro Musik Indonesia. Cak Nun tidak menyangka kalau Kyai Kanjeng akan mendapat apreseas dari masyarakat eropa. Namun walau begitu Cak Nun tidak gila kehormatan, tidak gila jabatan. Cak Nun juga tidak berkecil hati walau di dalam negeri sendiri tidak ada media massa baik cetak ataupun elektronik yang memberitakannya. Itu semua tidak penting. Karena yang utama bagi Cak Nun ialah cinta Alooh dan Rasulnya.

Dalam bidang politik, Cak Nun juga berusaha melakukan pencerahan terhadap bangsa ini. Zaman orde baru, disaat orang tidak berani ngomong terbuka dalam menyampaikan kebenaran dan kecurangan, Cak Nun tampil sebagai sosok kontroversial. Cak Nun ngomong lantang dan tanpa rasa takut. Padahal waktu itu siapa pun bisa dicekal. Ketika itu parta masih PPP, PDI, Golkar. PPP dan PDI yang waktu itu menjadi partai gurem. Walau demikian Cak Nun tak segan mendukung partai kecil. meskipun kadang dianggap bunglon. Sesungguhnya Cak Nun hanya menunjukkan bahwa membangun bangsa, bingkainya adalah persatuan dan kesatuan. Dan tidak dengan terkotak-kotak. Dan tak ada niat sedikit pun bagi Cak Nun untuk menjadikan jama’ahnya sebagai tunggangan / kendaraan politik bagi kepentingan pribadinya.

Dalam bidang ekonomi, Cak Nun sering mangatakan bahwa orang Indonesia adalah orang yang tahan banting, ulet serta pinter ubet. Dalam kondisi krisis pun, orang Indonesia masih sempat cengengesan dan nongkrong di warung. Dalam hal makanan pun Indonesia juga diakui sebagai pakar kuliner. Dari bahan sepele seperti kaspe, ketela, bisa tercipta aneka jenis makanan macam-macam. Dan jenis makanan apapun mudah dijumpai di Indonesia. Membludak. Tidak seperti di luar negeri, yang segala sesuatu sulit dicari.

Bidang tenaga kerja pun, menurut Cak Nun orang Indonesia memiliki etos kerja yang tinggi. Dedikasi ini terbukti dengan banyaknya TKI yang rela menjadi pekerja yang paling rendah namun paling ramah di negeri orang. Walau banyak terjadi kisah tragis dan pilu TKI yang disiksa majikannya, namun tetap tak menyurtkan semangat pekerja Indonesia untuk ke luar negeri.

Cak Nun optimis, bahwa Indinesia akan tampil mercusuar memimpin dunia. Kekayaan alam dan jumlah muslim terbesar dunia serta keanekaragaman budaya adalah modal yang menjadi indikasinya. Dengan satu syarat! Pemimpin negeri ini punya kapasitas mengelola dan memenejementnya. Dalam berbagai hal, berbagai forum acara, Cak Nun selalu menyuarakan optimismenya tentang Indonesia. Cak Nun tidak ingin bangsa ini terseok-seok lagi seperti dulu. Dalam satu kesempatan Cak Nun pernah mengatakan agar kita berguru pada Sukarno yang terkenal dengan Jasmerahnya, berguru pada Suharto sang Bapak Pembangunan yang walaupun diturunkan mahasiswa, namun hingga kini belum bisa mewujutkan buah reformasinya.

Bangsa dan rakyat Indonesia memang terus dikoyak-koyak oleh pemimpinnya sendiri dan Barat yang tak suka dengan kemajuan Indonesia. Akankah jita berdiamdiri? Cak Nun menyarankan agar kita mengawali kebangkitan Indonesia dengan cara berbuat baik kepada diri sendiri, keluarga, bangsa dan Negara. Barulah Indonesia akan maju.

*) Suharsono. JM tinggal di Kendalsari Sumobito. Bekerja di Kimia Farma.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar