Selasa, 26 Juli 2011

MENYOAL PRAKTEK BEDAH PLASTIK KARYA (DAN) SASTRA

Lina Kelana

Ada pertanyaan yang sampai sekarang —bagi saya— belum menemukan jawaban yang benar-benar obyektif. Dan ternyata, memang keobyektifan tak selamanya obyektif; tanpa teori, prasangka, opini, dan sebagainya.

Menurut yang saya perhatikan, juga beberapa kutipan (share) ketika ngopi dengan beberapa senior di warung, kafe, dan semacamnya. Perbincangan tetap menemu jalan buntu -masih seperti itu sampai sekarang. Dan tak pernah ada yang membuktikan bahwa jawaban-jawaban yang dihasilkan benar-benar dari penelitian/kajian yang spesifik. Hal yang masih memenuhi benak adalah petanyaan tentang, pertama, apakah sebuah karya sastra bisa dibedah oleh selain genre tulisan (cerpen, novel, puisi, karya ilmiah, agama, dan lainnya) yang dibedah? Kedua, bagaimana jika penilai berasal dari selaian genre tulisan yang hendak dibedah —namun masih terkait-dipertemukan dalam satu meja, kemudian membahas karya tersebut dari segi (cara pandang) disiplin ilmu dan kajian dari masing-masing genre tersebut. Saya bayangkan, akan banyak muncul perdebatan dan perselisihan, dan harapan positifnya adalah akan muncul simpulan baru yang lebih inspiratif dan spektakuler (jika bisa), saya yakin, hal tersebut akan memperkaya khasanah “keilmuan” baik secara akademisi maupun praktek.

Pertama, semisal cerpen. Bisakah cerpen dibedah dan dianalisis oleh penyair? Atau, bisakah puisi didedah oleh novelis/cerpenis? Dari sebuah perbincangangn dengan sahabat, ia mengatakan bahwa baik puisi, cerpen, dan novel, itu muncul dari dan dengan beragam tema. Mulai dari filsafat, moral, sosial, dan sebagainya. Selain dari tata bahasa dan teori kebahasaan, tentu masing-masing tak bisa disamakan dan disejajarkan dalam satu garis lurus yang kaku. Bukan karena mana yang memiliki kedudukan tinggi dan rendah, tidak. Tetapi lebih kepada, memang dari awal, mereka berbeda—selain dari nama dan karakter (puisi, cerpen, novel, dan seterusnya).

Misal pada sebuah puisi; *seorang esais, dia akan menguliti dan membedah puisi dan menilainnya dari segi teori. Seorang cerpenis dan novelis akan menilainya dari pesan yang di dalamnya —selain alur— sebab bagi mereka, tema adalah hal yang paling krusial dan penting menjadi satu jejak rekam yang saling bertaut, sedang penyair menilainya dari “hati”(lebih umumnya dikenal “suci” dari apapun). Jadi, bagaimana jadinya jika puisi dibedah oleh cerpenis novelis? Atau cerpen/novel dibedah oleh penyair? Jelas hasil apresiasi yang didapatkan kurang akurat. Kecuali jika seseorang memiliki ketiga talenta tersebut. Dan, itupun belum bisa dipastikan akan memberikan sebuah penilaian yang mendekati tepat. Jika tidak, maka sang penilai akan berangkat dengan membawa beberapa kajian (berupa teori dan semacamnya) untuk “mengklaim” karya yang dianalisa dari sudut pandang disiplin ilmu yang dimilikinya. Dia akan berusaha dengan maksimal untuk bisa “membaca” dan “mengeja”nya dengan sempurna. Namun apa jadinya jika usaha kerasnya tersebut gagal? Hal yang muncul kemudian adalah, mengeluarkan banyak jurus untuk bisa membedah dengan perform yang sempurna—atau, mendekati sempurna. Tentu saja kurang cocok, bubur dimakan tanpa sendok. Disiplin keilmuan diciptakan untuk memperkaya pengetahuan dan bisa menjadi bahan efektif bagi sebuah pengkajian dan penelahaan terhadap pengetahuan yang lebih dalam atau baru. Lain ceritanya manakala, ketiga unsur dihadirkan dan berdiskusilah dari masing-masing pandangan, dan menghubungkan ketiganya sebagai cabang-cabang pemikiran yang akhirnya digunakan untuk menarik garis besar dari akar masalah yang ada. Jika harapan –terhadap hal—ini berhasil, maka dapatlah diciptakan sebuah teori baru yang orisinil dan komprehensif. Ini akan memperkaya khazanah keilmuan sastra di dunia sastra, bukan? Bukankah teori itu muncul setelah kejadian; praktek?

Seumpama kita salah menempatkan sesuatu menurut tempatnya, maka yang tercipta bukan hanya peta baru, tetapi juga medan baru untuk sebuah arena gladiator amatir. Masing-masing akan membawa asumsi-asumsi subyektif yang sebelumnya muncul sebelum pertemuan, prasangka-prasangka, keinginan-keinginan untuk menghakimi. Atau mungkin, ruang senioritas terancam? Bukankan kehadiran diadakan untuk berlaga secara ksatria?

Memang, dalam “melihat” sebuah karya, tak lepas dari “pantauan” siapa yang menciptakan karya sastra tersbut. Apakah sang pencipta seorang bocah ingusan yang biasanya tidur dan tinggal di jalanan, apakah sang pencipta adalah ketua sebuah suku terkenal dari suatu wilayah, atau, apakah sang pencipta karya adalah seorang remaja yang beranjak dewasa atau bahkan seorang dewasa yang tengah masturbasi, atau sedang puber kedua, ketiga? Kita bahkan tidak tahu dari latar apa pemikiran-pemikiran atas ragumentasi-argumentasi penilaian itu tumbuh.

Tentu saja, sang penilai berhak penuh memutus kasus dilanjut atau tidak, dengan tuduhan tersangka atau terdakwa untuk sang penulis karya, atau bebas. Tapi yang perlu digarisbesari adalah, sebuah karya tak pernah benar-benar bisa dihakimi A, B, C, dan seterusnya. Dia akan berbicara sendiri tentang dirinya dan eksistensinya. Ini menjelaskan, bahwa eksistensi memang tak sengaja dan tak bisa dicari, kecuali karya itu sendiri. Jika menurut sang penilai, sebuah karya tak memiliki makna, jelas tak benar. Sebab sebuah kalimat disusun atas dasar pikiran dan pesan-pesan tertentu, yang, walaupun absurd, tetap memiliki isi. Hanya mungkin, sang penilai tak mampu menembus ruang makna yang dituliskan oleh sang penulis. Kita meyakini, bahwa masing-masing kepala memiliki keterbatasan daya tembus memasuki ruang tersebut. Mungkin ruang kosong —karena muksa-, atau ruang samar yang gelap. Atau justru ruang tersebut penuh sesek hingga yang terlihat hanya keremangan, entahlah. Tapi saya yakin, suatu waktu, sang penilai akan mampu menembusnya –tergantung dari bagaiamana kegigihan dan ketelatenannya berusaha— dan tiap individu memiliki kemampuan yang berbeda.

Sebuah tulisan yang tanpa makna hanya ditulis oleh orang gila (orang gila pun di dalam benaknya pasti ada sesuatu yang menggerakkan), atau anak kecil yang sedang tertidur. Mengapa? Sebab saya yakin, anak kecil pun yang menulis, pasti dia memiliki dasar/pikiran mengapa dia menulis sesuatu tersebut.

Artinya, sebuah karya, ruang operasinya adalah jika beberapa ”genre” bertemu dalam ruang-waktu yang sama, di meja yang sama, dan memandang kertas yang sama. Sehingga tak muncul azas praduga tak bersalah untuk membedah seorang pencipta sebuah karya sastra.

Saya sempat berpikir, apakah “kejadian-kejadian” tersebut berlaku untuk semua penilai dan dalam penilaian terhadapa karya sastra? Apakah “ketidaktepatan” penempatan sang penilai tersebut kerap dianggap sebagai kewajaran mutlak dan diamini? Jika demikian, sangatlah ngeri keadaannya. Sebab, “kesalahpahaman” ini bisa menimbulkan beberapa hal yang sangat rawan terhadap timbulnya gap-gap dengan masing-masing menyetempel legitimasi sepihak(nya) yang masih disangsikan kebenarannya. Tentu saja, ini seperti infeksi (entah ringan atau berat) dari injeksi/suntikan untuk kekebalan tubuh, mungkin juga operasi bedah untuk mempercantik wajah dan bentuk tubuh. Bedah plastik yang menimbulkan banyak efek tak menyehatkan.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar