Lina Kelana
Ada pertanyaan yang sampai sekarang —bagi saya— belum menemukan jawaban yang benar-benar obyektif. Dan ternyata, memang keobyektifan tak selamanya obyektif; tanpa teori, prasangka, opini, dan sebagainya.
Menurut yang saya perhatikan, juga beberapa kutipan (share) ketika ngopi dengan beberapa senior di warung, kafe, dan semacamnya. Perbincangan tetap menemu jalan buntu -masih seperti itu sampai sekarang. Dan tak pernah ada yang membuktikan bahwa jawaban-jawaban yang dihasilkan benar-benar dari penelitian/kajian yang spesifik. Hal yang masih memenuhi benak adalah petanyaan tentang, pertama, apakah sebuah karya sastra bisa dibedah oleh selain genre tulisan (cerpen, novel, puisi, karya ilmiah, agama, dan lainnya) yang dibedah? Kedua, bagaimana jika penilai berasal dari selaian genre tulisan yang hendak dibedah —namun masih terkait-dipertemukan dalam satu meja, kemudian membahas karya tersebut dari segi (cara pandang) disiplin ilmu dan kajian dari masing-masing genre tersebut. Saya bayangkan, akan banyak muncul perdebatan dan perselisihan, dan harapan positifnya adalah akan muncul simpulan baru yang lebih inspiratif dan spektakuler (jika bisa), saya yakin, hal tersebut akan memperkaya khasanah “keilmuan” baik secara akademisi maupun praktek.
Pertama, semisal cerpen. Bisakah cerpen dibedah dan dianalisis oleh penyair? Atau, bisakah puisi didedah oleh novelis/cerpenis? Dari sebuah perbincangangn dengan sahabat, ia mengatakan bahwa baik puisi, cerpen, dan novel, itu muncul dari dan dengan beragam tema. Mulai dari filsafat, moral, sosial, dan sebagainya. Selain dari tata bahasa dan teori kebahasaan, tentu masing-masing tak bisa disamakan dan disejajarkan dalam satu garis lurus yang kaku. Bukan karena mana yang memiliki kedudukan tinggi dan rendah, tidak. Tetapi lebih kepada, memang dari awal, mereka berbeda—selain dari nama dan karakter (puisi, cerpen, novel, dan seterusnya).
Misal pada sebuah puisi; *seorang esais, dia akan menguliti dan membedah puisi dan menilainnya dari segi teori. Seorang cerpenis dan novelis akan menilainya dari pesan yang di dalamnya —selain alur— sebab bagi mereka, tema adalah hal yang paling krusial dan penting menjadi satu jejak rekam yang saling bertaut, sedang penyair menilainya dari “hati”(lebih umumnya dikenal “suci” dari apapun). Jadi, bagaimana jadinya jika puisi dibedah oleh cerpenis novelis? Atau cerpen/novel dibedah oleh penyair? Jelas hasil apresiasi yang didapatkan kurang akurat. Kecuali jika seseorang memiliki ketiga talenta tersebut. Dan, itupun belum bisa dipastikan akan memberikan sebuah penilaian yang mendekati tepat. Jika tidak, maka sang penilai akan berangkat dengan membawa beberapa kajian (berupa teori dan semacamnya) untuk “mengklaim” karya yang dianalisa dari sudut pandang disiplin ilmu yang dimilikinya. Dia akan berusaha dengan maksimal untuk bisa “membaca” dan “mengeja”nya dengan sempurna. Namun apa jadinya jika usaha kerasnya tersebut gagal? Hal yang muncul kemudian adalah, mengeluarkan banyak jurus untuk bisa membedah dengan perform yang sempurna—atau, mendekati sempurna. Tentu saja kurang cocok, bubur dimakan tanpa sendok. Disiplin keilmuan diciptakan untuk memperkaya pengetahuan dan bisa menjadi bahan efektif bagi sebuah pengkajian dan penelahaan terhadap pengetahuan yang lebih dalam atau baru. Lain ceritanya manakala, ketiga unsur dihadirkan dan berdiskusilah dari masing-masing pandangan, dan menghubungkan ketiganya sebagai cabang-cabang pemikiran yang akhirnya digunakan untuk menarik garis besar dari akar masalah yang ada. Jika harapan –terhadap hal—ini berhasil, maka dapatlah diciptakan sebuah teori baru yang orisinil dan komprehensif. Ini akan memperkaya khazanah keilmuan sastra di dunia sastra, bukan? Bukankah teori itu muncul setelah kejadian; praktek?
Seumpama kita salah menempatkan sesuatu menurut tempatnya, maka yang tercipta bukan hanya peta baru, tetapi juga medan baru untuk sebuah arena gladiator amatir. Masing-masing akan membawa asumsi-asumsi subyektif yang sebelumnya muncul sebelum pertemuan, prasangka-prasangka, keinginan-keinginan untuk menghakimi. Atau mungkin, ruang senioritas terancam? Bukankan kehadiran diadakan untuk berlaga secara ksatria?
Memang, dalam “melihat” sebuah karya, tak lepas dari “pantauan” siapa yang menciptakan karya sastra tersbut. Apakah sang pencipta seorang bocah ingusan yang biasanya tidur dan tinggal di jalanan, apakah sang pencipta adalah ketua sebuah suku terkenal dari suatu wilayah, atau, apakah sang pencipta karya adalah seorang remaja yang beranjak dewasa atau bahkan seorang dewasa yang tengah masturbasi, atau sedang puber kedua, ketiga? Kita bahkan tidak tahu dari latar apa pemikiran-pemikiran atas ragumentasi-argumentasi penilaian itu tumbuh.
Tentu saja, sang penilai berhak penuh memutus kasus dilanjut atau tidak, dengan tuduhan tersangka atau terdakwa untuk sang penulis karya, atau bebas. Tapi yang perlu digarisbesari adalah, sebuah karya tak pernah benar-benar bisa dihakimi A, B, C, dan seterusnya. Dia akan berbicara sendiri tentang dirinya dan eksistensinya. Ini menjelaskan, bahwa eksistensi memang tak sengaja dan tak bisa dicari, kecuali karya itu sendiri. Jika menurut sang penilai, sebuah karya tak memiliki makna, jelas tak benar. Sebab sebuah kalimat disusun atas dasar pikiran dan pesan-pesan tertentu, yang, walaupun absurd, tetap memiliki isi. Hanya mungkin, sang penilai tak mampu menembus ruang makna yang dituliskan oleh sang penulis. Kita meyakini, bahwa masing-masing kepala memiliki keterbatasan daya tembus memasuki ruang tersebut. Mungkin ruang kosong —karena muksa-, atau ruang samar yang gelap. Atau justru ruang tersebut penuh sesek hingga yang terlihat hanya keremangan, entahlah. Tapi saya yakin, suatu waktu, sang penilai akan mampu menembusnya –tergantung dari bagaiamana kegigihan dan ketelatenannya berusaha— dan tiap individu memiliki kemampuan yang berbeda.
Sebuah tulisan yang tanpa makna hanya ditulis oleh orang gila (orang gila pun di dalam benaknya pasti ada sesuatu yang menggerakkan), atau anak kecil yang sedang tertidur. Mengapa? Sebab saya yakin, anak kecil pun yang menulis, pasti dia memiliki dasar/pikiran mengapa dia menulis sesuatu tersebut.
Artinya, sebuah karya, ruang operasinya adalah jika beberapa ”genre” bertemu dalam ruang-waktu yang sama, di meja yang sama, dan memandang kertas yang sama. Sehingga tak muncul azas praduga tak bersalah untuk membedah seorang pencipta sebuah karya sastra.
Saya sempat berpikir, apakah “kejadian-kejadian” tersebut berlaku untuk semua penilai dan dalam penilaian terhadapa karya sastra? Apakah “ketidaktepatan” penempatan sang penilai tersebut kerap dianggap sebagai kewajaran mutlak dan diamini? Jika demikian, sangatlah ngeri keadaannya. Sebab, “kesalahpahaman” ini bisa menimbulkan beberapa hal yang sangat rawan terhadap timbulnya gap-gap dengan masing-masing menyetempel legitimasi sepihak(nya) yang masih disangsikan kebenarannya. Tentu saja, ini seperti infeksi (entah ringan atau berat) dari injeksi/suntikan untuk kekebalan tubuh, mungkin juga operasi bedah untuk mempercantik wajah dan bentuk tubuh. Bedah plastik yang menimbulkan banyak efek tak menyehatkan.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar