Yusi Avianto Pareanom
Sumber: ruang baca koran tempo
Hari-hari ini saya banyak masygul. Sebetulnya ini bukan cara yang baik untuk menjalani bulan baik. Tapi mau bagaimana lagi, saya bukan orang yang terlalu baik saat berhadapan dengan hal-hal yang kurang baik. Apalagi kalau hal-hal kurang baik itu berkaitan dengan dunia saya mencari nafkah (hal baik), yaitu penulisan dan buku.
Sebelumnya, izinkan saya berputar sedikit. Di kawasan Depok ada sebuah toko buah yang sering saya singgahi. Sebelumnya, saya nyaman saja berbelanja di sana. Buahnya bagus, harganya masuk akal. Suatu hari, mata saya tertumbuk pada tulisan di atas tumpukan mangga yang ranum. Bunyinya menggelitik, buah yang satu ini bagus untuk golongan darah A. Di sebelahnya untuk golongan darah B. Semula saya berniat membeli, tapi lantas kecut, golongan darah saya O. Saya lantas memanggil penjaga toko.
“Kenapa hanya bagus untuk golongan darah A dan B?” tanya saya.
“Sudah dari sananya kok, Mas,” kata si penjaga. Ketika saya kejar, jawabannya tak berubah. Tidak puas dengan penjelasannya saya meminta manajer keluar.
“Begini, golongan darah saya O, kalau makan mangga ini kira-kira saya bakal mampus tidak?”
“Bapak kok nanyanya ‘gitu, tapi... anu, saya tidak tahu” kata si manajer.
“Kalau tidak tahu, mengapa tulisan itu dipasang?”
Mantra “dari sananya” kembali keluar. Hari itu saya tidak jadi beli buah. Saya kesal, sekalipun saya yakin si penjaga dan manajer toko jauh lebih kesal ketimbang saya.
Kejadian di toko buah itu adalah salah satu yang bikin saya masygul. Mereka mempraktekkan apa yang secara main-main saya sebut “Steven Seagalisme”. Pernah lihat film bintang laga Hollywood yang satu ini? Sok gagah walau sebenarnya mengundang tawa. Di toko buah itu, Steven Seagalisme-nya adalah aksi pasang tulisan yang sepertinya ilmiah, tetapi sebenarnya asal-asalan.
Celakanya, ini gejala umum (saya sedang melebih-lebihkan, tentu). Lebih celaka lagi, dan ini yang membuat saya sangat masygul, gejala ini bertaburan di dunia penulisan. Contoh paling anyar yang saya temui adalah artikel tentang soto kemiri yang dimuat di Kompas (23/09/07). Dalam tulisan ini, si penulis merasa perlu mencantumkan nama Latin untuk seledri dan kunyit, padahal tulisannya bukan diperuntukkan untuk jurnal kesehatan. Alasannya, Steven Seagalisme.
Bagaimana dengan buku-buku yang beredar? Supaya tidak dituduh asal comot, saya memilih untuk memeriksa Hubbu, pemenang pertama Sayembara Novel DKJ 2006, karya Mashuri (GPU, 2007). Sampul buku ini memikat, demikian juga premis yang ditawarkan. Krisis identitas sang protagonis di tengah tarikan tiga budaya: Islam, Jawa, dan modern. Novel ini disebut oleh Ahmad Tohari, salah seorang juri, sebagai “sangat utuh dan padu ceritanya”.
Setelah membaca Hubbu, saya jadi ingin bertanya, “Benarkah kita membaca buku yang sama?” Saya tak menjumpai “yang utuh dan padu” sedikit pun dalam buku ini. Malah Hubbu adalah salah satu cerita paling mbulet yang pernah saya baca. Saya mesti menabahkan diri untuk membacanya. Saya tak merasa terajak menikmati kegelisahan si tokoh utama. Alih-alih, si penulis membombardir pembaca dengan kalimat-kalimat mengambang penuh bunga tapi sama sekali tak bertenaga.
Hubbu juga bereksperimen dengan menggunakan narator lebih dari satu orang. Lucunya, suara semua narator sama. Terpaksa, saya hadirkan novel asing sebagai pembanding, Dancer karya Colum McCann. Novel yang berkisah tentang Rudolf Hamitovich Nureyev, pebalet kelas dunia keturunan muslim Tartar, ini menggunakan beberapa belas narator. Nureyev diceritakan melalui mata tukang cuci yang mengenalnya semasa bocah, penata panggung di balet Kirov, pasangan sejenisnya, dan masih banyak lagi. Semua narator memiliki suaranya sendiri. Saya tak menjumpai ini di Hubbu. Alhasil, yang muncul hanyalah kecentilan, atau setidaknya eksperimen yang gagal.
Tidak cukup cuma itu. Pada halaman 39 tertulis, “Aku seakan-akan pernah di sini, berjalan di sekitar ini”. Aku sendiri tak mengerti, entah kapan itu terjadi. De javu model begitu memang sering menghantuiku…
De javu, dari mana kata ini berasal? Saya yakin, dari paparan sebelumnya penulis bermaksud menulis deja vu yang berasal dari bahasa Prancis, yang artinya kira-kira “seperti sudah pernah melihat” (deja = pernah; sementara vu, bentuk past participle dari voir, = melihat ). Salah ketik? Saya bermaksud bersangka baik. Tapi di halaman 202, De Javu muncul lagi besar-besar sebagai judul bab. Salah ketik dari Hongkong? Yang ada adalah Steven Seagalisme. Penulisnya mau kelihatan gagah dengan mengutip frasa asing, tapi ia tak cukup punya pengetahuan sederhana tentangnya. Penyuntingnya (kalau ada) juga tak mau ketinggalan keren, maka loloslah de javu yang barangkali masih sepupuan dengan de Java itu.
Sebelum membaca Hubbu, sebetulnya saya sudah mendapat SMS dari kawan saya Rani Ambyo yang isinya melarang saya membaca buku itu. Ia tahu perangai saya yang gampang tersulut kalau ada bacaan yang terlalu “ajaib”. Saya bandel. Bagaimanapun, ini novel pemenang sayembara, pikir saya. Ternyata, Rani benar.
Saya masygul karena sebenarnya bahan baku Hubbu sangat menjanjikan. Banyak adegan yang sangat khas pesantren Jawa, dan bagi saya ini menarik, seperti ketika tokoh Jarot mencucup ubun-ubun Kiai Adnan yang baru saja meninggal. Pula ketika para santri dimarahi usai menonton wayang. Bahkan paparan buku harian ketika tokohnya berbahasa Inggris secara ngawur malah tepat penggunaannya.
Saya terus terang cemas setelah membaca Hubbu. Jika ini pemenang pertama sebuah sayembara nasional, bagaimana dengan mutu pemenang-pemenang di bawahnya? Bagaimana pula mutu yang tidak menang? Untuk menjawab rasa penasaran itu saya memungut Glonggong (Serambi, 2007) karya Junaedi Setiyono. Dan, saya mesti bilang, saya mendapat jeda kemasygulan. Glonggong ditulis dengan kerendahan hati. Tak ada Steven Seagalisme di sini. Banyak paparan memikat. Kalimat pembukanya juga imajinatif, Kanjeng Sultan Ngabdulkamid meninggal dunia pada 8 Januari 1855 pukul setengah tujuh pagi waktu Makasar. Perhatikan frasa “waktu Makasar”. Dengan dua kata ini, pembaca langsung dibawa ke masa silam.
Sayangnya, Glonggong seperti terbit tanpa disiangi penyuntingnya. Perhatikan banyaknya penggunaan ‘hanya’ yang kemudian masih diikuti ‘saja’. Pula muncul kalimat-kalimat yang tak kena di logika, seperti ketika tokoh utamanya mengingat apa yang dilihatnya ketika ia masih dalam gendongan ibunya. Ini tidak mungkin, sekalipun bisa diakali dengan cerdik bila ia menyisipkan alasan yang kuat. Sherman Alexie melakukannya dengan asyik dalam novel terbarunya, Flight. Dalam buku ini, tokoh utamanya mengingat ketika sewaktu bayi ibunya sering menyanyikan lagu I Love You More Than You’ll Ever Know dari Blood, Sweat, and Tears. “Aku tahu aku tak semestinya ingat hal itu. Tapi aku benar-benar ingat.” Dengan cara ini, pembaca dikenalkan pada sosok yang suka ngeyel namun pada dasarnya melankolis.
Glonggong yang tampil bersahaja celakanya justru dicederai blurb Stephen Seagalisme dari ketiga juri (Ahmad Tohari, Bambang Sugiharto, dan Dr. Apsanti Djokosujatno). Kawan saya AS Laksana sudah membahas ini dengan sangat baik dalam diskusi Glonggong beberapa waktu di Jakarta, saya tak akan mengulangnya di sini (silakan kirim surat elektronik ke aslaksana@yahoo.com bila ingin mendapatkan salinan makalahnya --itu juga dengan catatan yang bersangkutan sudi membagi).
Asal tahu saja, masih banyak lagi hal yang membuat saya masygul. Tetapi kali ini saya batasi untuk urusan buku sajalah. Saya bukan klon dari Smurf Penggerutu kok. Kalaupun dalam tulisan ini kemasygulan ini saya tujukan kepada para pemenang sayembara DKJ, itu karena mereka semestinya bisa dijadikan barometer. Dan, yang lebih penting, saya sebetulnya sangat ngeman kepada Hubbu maupun Glonggong. Dengan penulisan ulang untuk Hubbu, dan penyuntingan ketat untuk Glonggong, keduanya bakal punya peluang untuk mendapatkan perhatian khusus dari juri bila dibawa ke lomba semisal Man Asia Prize. Namun, premis menjanjikan saja tidak cukup. Bila dilepas glondongan macam yang beredar di pasar, wah bisa kena “de javu” lagi saya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar