Selasa, 26 Juli 2011

Masygul di Bulan Baik

Yusi Avianto Pareanom
Sumber: ruang baca koran tempo

Hari-hari ini saya banyak masygul. Sebetulnya ini bukan cara yang baik untuk menjalani bulan baik. Tapi mau bagaimana lagi, saya bukan orang yang terlalu baik saat berhadapan dengan hal-hal yang kurang baik. Apalagi kalau hal-hal kurang baik itu berkaitan dengan dunia saya mencari nafkah (hal baik), yaitu penulisan dan buku.

Sebelumnya, izinkan saya berputar sedikit. Di kawasan Depok ada sebuah toko buah yang sering saya singgahi. Sebelumnya, saya nyaman saja berbelanja di sana. Buahnya bagus, harganya masuk akal. Suatu hari, mata saya tertumbuk pada tulisan di atas tumpukan mangga yang ranum. Bunyinya menggelitik, buah yang satu ini bagus untuk golongan darah A. Di sebelahnya untuk golongan darah B. Semula saya berniat membeli, tapi lantas kecut, golongan darah saya O. Saya lantas memanggil penjaga toko.

“Kenapa hanya bagus untuk golongan darah A dan B?” tanya saya.

“Sudah dari sananya kok, Mas,” kata si penjaga. Ketika saya kejar, jawabannya tak berubah. Tidak puas dengan penjelasannya saya meminta manajer keluar.

“Begini, golongan darah saya O, kalau makan mangga ini kira-kira saya bakal mampus tidak?”

“Bapak kok nanyanya ‘gitu, tapi... anu, saya tidak tahu” kata si manajer.

“Kalau tidak tahu, mengapa tulisan itu dipasang?”

Mantra “dari sananya” kembali keluar. Hari itu saya tidak jadi beli buah. Saya kesal, sekalipun saya yakin si penjaga dan manajer toko jauh lebih kesal ketimbang saya.

Kejadian di toko buah itu adalah salah satu yang bikin saya masygul. Mereka mempraktekkan apa yang secara main-main saya sebut “Steven Seagalisme”. Pernah lihat film bintang laga Hollywood yang satu ini? Sok gagah walau sebenarnya mengundang tawa. Di toko buah itu, Steven Seagalisme-nya adalah aksi pasang tulisan yang sepertinya ilmiah, tetapi sebenarnya asal-asalan.

Celakanya, ini gejala umum (saya sedang melebih-lebihkan, tentu). Lebih celaka lagi, dan ini yang membuat saya sangat masygul, gejala ini bertaburan di dunia penulisan. Contoh paling anyar yang saya temui adalah artikel tentang soto kemiri yang dimuat di Kompas (23/09/07). Dalam tulisan ini, si penulis merasa perlu mencantumkan nama Latin untuk seledri dan kunyit, padahal tulisannya bukan diperuntukkan untuk jurnal kesehatan. Alasannya, Steven Seagalisme.

Bagaimana dengan buku-buku yang beredar? Supaya tidak dituduh asal comot, saya memilih untuk memeriksa Hubbu, pemenang pertama Sayembara Novel DKJ 2006, karya Mashuri (GPU, 2007). Sampul buku ini memikat, demikian juga premis yang ditawarkan. Krisis identitas sang protagonis di tengah tarikan tiga budaya: Islam, Jawa, dan modern. Novel ini disebut oleh Ahmad Tohari, salah seorang juri, sebagai “sangat utuh dan padu ceritanya”.

Setelah membaca Hubbu, saya jadi ingin bertanya, “Benarkah kita membaca buku yang sama?” Saya tak menjumpai “yang utuh dan padu” sedikit pun dalam buku ini. Malah Hubbu adalah salah satu cerita paling mbulet yang pernah saya baca. Saya mesti menabahkan diri untuk membacanya. Saya tak merasa terajak menikmati kegelisahan si tokoh utama. Alih-alih, si penulis membombardir pembaca dengan kalimat-kalimat mengambang penuh bunga tapi sama sekali tak bertenaga.

Hubbu juga bereksperimen dengan menggunakan narator lebih dari satu orang. Lucunya, suara semua narator sama. Terpaksa, saya hadirkan novel asing sebagai pembanding, Dancer karya Colum McCann. Novel yang berkisah tentang Rudolf Hamitovich Nureyev, pebalet kelas dunia keturunan muslim Tartar, ini menggunakan beberapa belas narator. Nureyev diceritakan melalui mata tukang cuci yang mengenalnya semasa bocah, penata panggung di balet Kirov, pasangan sejenisnya, dan masih banyak lagi. Semua narator memiliki suaranya sendiri. Saya tak menjumpai ini di Hubbu. Alhasil, yang muncul hanyalah kecentilan, atau setidaknya eksperimen yang gagal.

Tidak cukup cuma itu. Pada halaman 39 tertulis, “Aku seakan-akan pernah di sini, berjalan di sekitar ini”. Aku sendiri tak mengerti, entah kapan itu terjadi. De javu model begitu memang sering menghantuiku…

De javu, dari mana kata ini berasal? Saya yakin, dari paparan sebelumnya penulis bermaksud menulis deja vu yang berasal dari bahasa Prancis, yang artinya kira-kira “seperti sudah pernah melihat” (deja = pernah; sementara vu, bentuk past participle dari voir, = melihat ). Salah ketik? Saya bermaksud bersangka baik. Tapi di halaman 202, De Javu muncul lagi besar-besar sebagai judul bab. Salah ketik dari Hongkong? Yang ada adalah Steven Seagalisme. Penulisnya mau kelihatan gagah dengan mengutip frasa asing, tapi ia tak cukup punya pengetahuan sederhana tentangnya. Penyuntingnya (kalau ada) juga tak mau ketinggalan keren, maka loloslah de javu yang barangkali masih sepupuan dengan de Java itu.

Sebelum membaca Hubbu, sebetulnya saya sudah mendapat SMS dari kawan saya Rani Ambyo yang isinya melarang saya membaca buku itu. Ia tahu perangai saya yang gampang tersulut kalau ada bacaan yang terlalu “ajaib”. Saya bandel. Bagaimanapun, ini novel pemenang sayembara, pikir saya. Ternyata, Rani benar.

Saya masygul karena sebenarnya bahan baku Hubbu sangat menjanjikan. Banyak adegan yang sangat khas pesantren Jawa, dan bagi saya ini menarik, seperti ketika tokoh Jarot mencucup ubun-ubun Kiai Adnan yang baru saja meninggal. Pula ketika para santri dimarahi usai menonton wayang. Bahkan paparan buku harian ketika tokohnya berbahasa Inggris secara ngawur malah tepat penggunaannya.

Saya terus terang cemas setelah membaca Hubbu. Jika ini pemenang pertama sebuah sayembara nasional, bagaimana dengan mutu pemenang-pemenang di bawahnya? Bagaimana pula mutu yang tidak menang? Untuk menjawab rasa penasaran itu saya memungut Glonggong (Serambi, 2007) karya Junaedi Setiyono. Dan, saya mesti bilang, saya mendapat jeda kemasygulan. Glonggong ditulis dengan kerendahan hati. Tak ada Steven Seagalisme di sini. Banyak paparan memikat. Kalimat pembukanya juga imajinatif, Kanjeng Sultan Ngabdulkamid meninggal dunia pada 8 Januari 1855 pukul setengah tujuh pagi waktu Makasar. Perhatikan frasa “waktu Makasar”. Dengan dua kata ini, pembaca langsung dibawa ke masa silam.

Sayangnya, Glonggong seperti terbit tanpa disiangi penyuntingnya. Perhatikan banyaknya penggunaan ‘hanya’ yang kemudian masih diikuti ‘saja’. Pula muncul kalimat-kalimat yang tak kena di logika, seperti ketika tokoh utamanya mengingat apa yang dilihatnya ketika ia masih dalam gendongan ibunya. Ini tidak mungkin, sekalipun bisa diakali dengan cerdik bila ia menyisipkan alasan yang kuat. Sherman Alexie melakukannya dengan asyik dalam novel terbarunya, Flight. Dalam buku ini, tokoh utamanya mengingat ketika sewaktu bayi ibunya sering menyanyikan lagu I Love You More Than You’ll Ever Know dari Blood, Sweat, and Tears. “Aku tahu aku tak semestinya ingat hal itu. Tapi aku benar-benar ingat.” Dengan cara ini, pembaca dikenalkan pada sosok yang suka ngeyel namun pada dasarnya melankolis.

Glonggong yang tampil bersahaja celakanya justru dicederai blurb Stephen Seagalisme dari ketiga juri (Ahmad Tohari, Bambang Sugiharto, dan Dr. Apsanti Djokosujatno). Kawan saya AS Laksana sudah membahas ini dengan sangat baik dalam diskusi Glonggong beberapa waktu di Jakarta, saya tak akan mengulangnya di sini (silakan kirim surat elektronik ke aslaksana@yahoo.com bila ingin mendapatkan salinan makalahnya --itu juga dengan catatan yang bersangkutan sudi membagi).

Asal tahu saja, masih banyak lagi hal yang membuat saya masygul. Tetapi kali ini saya batasi untuk urusan buku sajalah. Saya bukan klon dari Smurf Penggerutu kok. Kalaupun dalam tulisan ini kemasygulan ini saya tujukan kepada para pemenang sayembara DKJ, itu karena mereka semestinya bisa dijadikan barometer. Dan, yang lebih penting, saya sebetulnya sangat ngeman kepada Hubbu maupun Glonggong. Dengan penulisan ulang untuk Hubbu, dan penyuntingan ketat untuk Glonggong, keduanya bakal punya peluang untuk mendapatkan perhatian khusus dari juri bila dibawa ke lomba semisal Man Asia Prize. Namun, premis menjanjikan saja tidak cukup. Bila dilepas glondongan macam yang beredar di pasar, wah bisa kena “de javu” lagi saya.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar