Muhammad Rain *
http://sastra-indonesia.com/
Kurun waktu kini, banyak hal yang menggelisahkan kehidupan kita, harga cabai, sesaknya antrian BBM subsidi, ketakutan ledakan kompor gas, kegelisahan yang kadang tanpa kita sadari seperti api dalam sekam. Saat seperti ini puisi lahir sebagai salah satu alat, kreasi dan cara berkesenian yang hanya mengandalkan kata-kata. Menarik memang menanggapi banyak soal yang muncul justru hanya lewat kata-kata. Peristiwa sehari-haripun tak luput dicerita-kisahkan dalam karya sastra jenis ini.
Bagaimana sikap kita ketika sastra puisi menjadi biasa dan kehilangan tenaga batinnya? Selaku salah satu pencinta sastra jenis ini, kita patut mengantungi kiat tentang kritik tajam bahwa dunia puisi hanya bakal jadi dunia penuh hayal, dunia yang kering dan jauh dari kenyataan. Wajar sekali sikap seperti ini muncul, tak perlu gelisah dan mencari-cari siapa salah. Di dalam bidang sastra, kritik sastra justru bertujuan mempertinggi nilai intrinsik karya puisi, ia mengkritisi sisi tema agar lebih menyegarkan mata batin pembaca puisi(nya), ia mengkritisi diksi(gaya bahasa) agar menempatkan makna baru dalam repetisi rutin pemunculan diksi sama, atau bahkan mengarahkan para penulis puisi agar mau membuka kreasi mencipta kata (diksi) baru. Sudah tentu, masing-masing cabang/bidang sastra itu sendiri memiliki potensi positif untuk membangun dunia seni sastra yang menjadi konsentrasi pekarya, pengkritik, esais dan bahkan apresiasi luas terhadap sejudul puisi sekalipun.
Keutamaan dalam berpuisi lahir pula dari kebijaksanaan dalam memandang kehidupan. Menitipkan bekal untuk masa depan maupun merefleksikan jauh sudah perjalanan hidup yang tercapaikan. Apa yang kita kenali dengan rasa syukur terhadap nikmat diberi hidup baik fisik maupun batin. Ternyata kita tak bisa melepaskan mimpi-mimpi kita dan bahkan banyak orang malah menjadikan mimpinya sebagai tujuan di dalam menjalani rutinitasnya sebagai manusia. Ketika orang berhenti mengajarkan dirinya dengan berefleksi misalkan lewat seni puisi, atau bernyanyi misalkan di seni musik, saat itu mereka merasa dirinya hidup tak lagi sempurna, merasa bahagia tak lagi sepenuhnya.
Kenihilan dalam karya seni sering sekali terjadi pada sikap manusia kamar, manusia pabrik, manusia perintah, manusia tukang gerak dengan mengandalkan rutinitas sebagai satu-satunya cara menikmati hidup mereka. Kebutuhan lahir banyak sekali terhidang di dalam jagat dunia kita, namun kebutuhan akan terpenuhinya kepuasan batin, jiwa, rasa perasaan, hilangnya kegelisahan, tercapainya rasa syukur ada juga tersedia meski tak sebanyak ragamnya pelayanan kebutuhan fisik itu antaranya adalah dengan adanya agama, tempat manusia membaktikan iktikad ruhnya dalam mencapai keridhaan Tuhan, negara, tempat manusia membaktikan perjuangan demi arti tugas dan tanggung jawabnya, seni, sebagai kantung-kantung penuh ragam demi mencurahkan segala cipta-rasa-karsa kreasi dalam pencapaian keindahan bahkan kebahagiaan, budaya, sebagai sikap patuh dan taat terhadap ketentuan bersama yang sama-sama digugu, diacu dan dibiasakan serta hal-hal lain yang menggerakkan mata batin juga nurani manusia agar terus dapat tumbuh seiring berkembangnya jaman.
Seni kata-kata yang menjadi modal utama mencapai keutamaan karya sastra puisi selanjutnya memerlukan pengarahan secara konvensional belaka. Paling tidak bahasa kata-kata itu harus komunikatif, mampu mensugesti sehingga bisa/dapat mengalirkan kesan-kesan tertentu dari apa yang dirasakan penulis puisi kepada pembacanya, mampu membuka corong sikap yang nonformalis yakni tidak ada pemaksaan kata-kata, mampu mencapai kodrat bahasa itu sendiri. Apakah kesulitan yang dialami penulis puisi dapat diatasi secara sederhana tanpa perlu mereka (para kreator kata-kata puisi) dicubit pipi oleh para kritikus sastra? Dan bagaimanakah kehendak kata-kata itu sendiri dalam melahirkan, menjadi induk penciptaan sastra puisi, pentingkah membela kata-kata itu meski padahal ia benda mati, benda sifat, benda huruf, benda dialektik, benda kontroversi?. Bahasa pada dasarnya datang seiring datangnya manusia ke dunia. Begitu ia lahir manusia ada, begitu seorang bayi manusia nongol ke dunia ia sudah dilengkapi sensor berbahasa. Dalam sejarah bahasa justru bahasa lahir sebagai pembeda antara kita (manusia) dengan makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Tanggung jawab mempergunakan juga mempermainkan bahasa (kata-kata) dalam kehidupan seperti melalui puisi menurut prinsip Islam sangat penting. Kita bisa cermati dari salah satu hadist nabi yang mengintruksikan bahwa jangan berkata “ahh!” pada ibumu, sebab itu adalah durhaka. Sumpah palsu juga sangat berbahaya, fitnah dapat mendatangkan malapetaka dan segala undang-undang ciptaan penguasa yang justru membunuh masyarakat negerinya dari kata merdeka, itupun sangat meresahkan dan membuat bahasa (kata-kata) menjadi menakutkan, tak lagi dapat mendatangkan kebahagiaan, kesejahteraan dan ketentraman jiwa.
Politisisasi bahasa pernah terjadi di negeri ini, dulu ada Manikebu, ada Lekra ada tuntutan potitisasi bahasa. Dalam ranah jurnalistik terdapat pula cengraman kata-kata lewat dibradelnya penerbit Tempo, demi atas nama kekuasaan Orba. Di masa reformasi saat ini masihkah kita temui kejanggalan dalam terbinanya kebijakan berbahasa kita? Sisi lemahnya sikap penghargaan terhadap kesejatian manusia yang sedari sononya sudah punya bahasa, penting sekali disikapi bijaksana. Padahal tidak setiap makhluk hidup memiliki anugerah seni berbahasa. Tulisan-tulisan bertebar di mulut dan kedalaman gua. Granit di Mesir, tulisan Jawa Kuna di candi-candi di pulau Jawa, kitab-kitab sejarah yang ditemukan dalam rentang jarak dan waktu tak henti, dan maha luasnya penempaan bahasa manusia sejak abad-abad lampau itu, tak lain ingin mengabarkan kepada kita makhluk manusia millenia, peliharalah kata (bahasa) itu, kabarkan yang baik-baik, nyatakan/kisahkan prahara, amarah sebijaknya. Mengutip apa yang disampaikan HB. Jassin bahwa jikapun penulis sastra hendak menceritakan emosi, ketegangan moral dalam karyanya maka sampaikan/tuliskan tanpa embel-embel emosi pribadi penulisnya.
Berkarya seni dengan hanya mengandalkan kata-kata akan dapat mencapai keutamaannya jika disikapi secara tepat. Unsur-unsur yang membidani kesenian berkata-kata seharusnya mendapat tempat. Kebablasan dalam berkesenian ini semestinya dapat sama-sama kita hindarkan. Sejak bahasa Melayu menjadi Lingua Franca di wilayah pesisir Asia Tenggara, konsep Melayu sebagai bahasa santun mencapai kejayaannya pada masa-masa kesusastraan lama. Di masa kini orang masih suka berpantun, para politikus pun masih mengandalkan kesantunan bahasanya meski sarat tujuan dan berpijalin dengan kehendak kekuasaan. Bahasa Indonesia yang punya akar dari bahasa Melayu tak pelak masih mencirikan ke-Melayu-an ini, kendati sikap Charil Anwar dalam berbagai karya sajak/puisinya mengemukakan perlawanan terhadap pola ucap, tenaga kata dan mungkin baginya Melayu sudah harus diperbaharui, namun keindahan, keselarasan bunyi ke-Melayu-an itu sesungguhnya terus saja membayangi puisi-puisi sastrawan, penyair, novelis Indonesia, sadar atau tidak sadar.
Sikap orang yang dewasa turut terlihat lewat bahasanya. Tulisan-tulisan yang bersebaran di serata media cetak, seperti majalah dan surat kabar sejatinya ingin memelihara karya seni sastra puisi itu. Fungsi bahasa sebagai alat ucap jamannya tentu mendatangkan tidak hanya manfaat namun juga muslihat. Kendaraan kata-kata demi tercapainya ketinggian mutu karya sastra puisi selalu diusahakan semakin maksimal, karena seni memang mengejar kepuasan dengan bermodalkan ketidakpuasan. Sebab ketika penyair, penulis puisi merasa sudah cukup puas, maka kata-kata akan berhenti dan menuju kejumpuannya, kejenuhannya yang tak lagi memurnikan sikap dini dalam menyikapi persoalan manusia yang justru tak ada habisnya. Nasib seni sastra puisi bisa menjadi lemah dan bersiap-siap hanya ditulis oleh dinding-dinding gua, seni puisi mati dan tamat.
Kata-kata terkadang datang bagai badai masuk menyelimuti kepala manusia jika yang ia tawarkan adalah kesesatan, prinsip hidup yang bimbang, kenyataan yang tak mampu ditafsir lewat jiwa apalagi akal manusia yang nyata-nyatanya terbatas. Hadirnya terjemahan-terjemahan dalam menyingkapi keadaan/peristiwa besar bahkan menjadi sejarah sebagai catatan ikhtibar. Dalam puisi sebagai salah satu cabang seni terasa sekali kemajemukan itu dapat terjadi. Riwayat yang terwarta bahkan dalam dunia imajinasi dapat ditoreh penulis puisi lewat kata-katanya dengan membingkiskan kata sebaik-baiknya, seindah-indahnya. Sikap dan sifat manusia pada dasarnya mencintai keindahan, sebab sebagai hasil ciptaan Tuhan yang mahasempurna lagi mahamengetahui faedah adanya jagat raya, seni dan etika , seni dan moralitas, seni dan agama, seni dan kebudayaan pada ajjalinya menjadi rapal hafalan bahwa manusia itu pencinta keindahan, tercipta indah dan menjadi rahmatan lil’alamin justru ketika bahasa (kata-kata) yang ia toreh lewat karya puisinya menjurus ke ranah ini, ranah indah yang memanusiakan manusia sepantasnya.
Semoga. Salam sastra dan budaya, tetap eling dan jangan bangga dengan sikap edan.
*) Muhammad Rain adalah seorang penulis, pemerhati puisi, pencinta manusia dan banyak menulis hal-hal sederhana di dunia maya (Facebook dan Blog juga Web Sastra).
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar