Sabtu, 28 Mei 2011

KELINDAN TRAGEDI DAN EKSOTISME

Maman S. Mahayana *

Hanna Fransisca, Konde Penyair Han (Jakarta: Katakita, 2010), 141 halaman.

Kwee Tek Hoay, awal tahun 1900-an. Perintis sastra Indonesia ini berhasil membangun tradisi berdiskusi di kalangan penulis peranakan Tionghoa. Ia juga kerap menghidupkan pantun dan syair dalam pesta para nyonya Tionghoa. Pada zamannya, sastrawan peranakan Tionghoa—sebagaimana dicatat Claudine Salmon—berhasil menyebarkan karya-karyanya ke seantero negeri ini. Sesungguhnya, dari situlah langkah perjalanan sastra Indonesia dalam tradisi cetak, dimulai!

Tetapi, kekuasaan kolonial Belanda, membelokkan perjalanan sejarah. Sastra yang ditulis kelompok etnik ini menjadi sesuatu yang dianggap rendah, marginal, dan berada di luar mainstream. Ia dikesankan eksklusif. Perlahan-lahan, kabar beritanya hilang: tenggelam atau ditenggelamkan. Lalu, pada zaman Orde Baru, hampir semuanya berubah: sastrawan atau bukan, beramai-ramai menyembunyikan marga dan identitas diri: berganti nama Indonesia yang tak jelas cantelan akar budayanya.
***

Kini terbit antologi puisi berjudul Konde Penyair Han karya Hanna Fransisca (Jakarta: Katakita, 2010, 141 halaman). Siapakah gerangan penyair Han ini? Ia keturunan etnis Tionghoa, asal Singkawang. Lalu masih perlukah persoalan etnik dibincangkan ketika zaman telah berubah dan kita merayakan keberbagaian dalam keindonesiaan? Tentulah perkara etnik dalam wilayah politik sudah usang dan sejak lama usai. Tetapi, sejauh mana kekayaan etnisitas muncul dan menjadi ruh keseluruhan puisinya, sebagaimana banyak diusung sastrawan yang lahir dan hidup dalam lingkungan kultur etnik?

Bagaimanapun, judul mesti dicurigai ada implikasinya pada isi. Bukankah kata Han di sana mengisyaratkan sebuah ras yang punya sejarah panjang ketika berhadapan dengan bangsa Mongolia atau Tibet? Jika tidak, atau sekadar sapaan: Hanna, tentu ia boleh dianggap coba menderetkan nama di antara —menyebut beberapa— Eka Budianta, Tan Lioe Ie, Kurniawan Junaedhie, Wilson Tjandinegara, Medy Loekito, atau bahkan Abdul Hadi WM? Jika gagal bertahan, seperti pernyataan Budi Darma yang memlesetkan larik puisi Chairil Anwar: sekali (tidak) berarti, setelah itu mati, maka kehadiran antologi ini, anggaplah sebagai perayaan sesaat, dan setelah itu tenggelam dalam tidur panjang.

Ada 66 puisi dalam buku ini dengan sebuah ulasan penyair kondang yang juga gurubesar FIB-UI, Sapardi Djoko Damono. Seperti lazimnya ekspresi puitik dalam proses kreatif, ada tema-tema yang pengucapannya cukup diselesaikan dalam dua sampai tujuh larik saja, sehingga membentuk puisi pendek. Dari sekitar 18-an puisi pendek itu, di antaranya, coba bermain dengan citraan (image), meski tak cukup kuat untuk menghidupkan saklar asosiasi yang mengisyaratkan sebuah tema tentang sisi kehidupan. Penyair seperti hendak mewartakan sesuatu yang datang selintasan (“Hujan Puisi” atau “Kail”). Keinginan untuk mengangkat keindahan bahasa atau kesamaan bunyi, lebih menonjol dibandingkan semangat mengeksploitasi citraan. Padahal, substansi dan kekuatan puisi, justru terletak dalam citraan. Meski tak ada larangan menulis model puisi apa pun, problemnya segera tampak ketika kita coba membandingkan puisi “Malam Pengantin, 1” dan “Malam Pengantin, 2” yang lebih asosiatif, lantaran penyair punya kesempatan memanfaatkan metafora dan sarana simbolisme.

Meski begitu, dalam puisi lain yang mendominasi keseluruhan antologi ini, penyair laksana tak punya pilihan kecuali menyampaikannya sebagai puisi naratif. Sebagian besar, terasa seperti menawarkan banyak hal baru. Setidaknya, secara tematik: judul Konde Penyair Han mengisyaratkan tradisi sosio—kultural bangsa Han (Tionghoa) yang hidup di negeri ini, sekaligus menyajikan beberapa persoalan ketika kelompok etnik ini menyikapi posisinya dalam berhadapan dengan perubahan politik bangsa (: pemerintah) kita.

Pengucapan Hanna yang sederhana, mengalir begitu saja. Tak terhindarkan membawa ingatan subjektif saya pada gaya Li Tai Po (701—762), penyair Tionghoa zaman dinasti Tang (618—907). Meski kesederhanaan dan kejujuran ungkapkan perasaan pada diri Hanna, tak berhubungan dengan pemujaan pada anggur, sebagaimana penyair Li, setidaknya, puisi-puisi dalam antologi ini, tak terjebak pada gerak bahasa yang diindah-indahkan, atau disajikan begitu rumit, sehingga sulit dipahami. Kemengaliran segala perangkat puitiknya itulah salah satu kekuatan antologi ini.

Dalam puisi-puisinya yang lain, ada suasana getir yang mengingatkan pada cerita klasik Liang Shan Bo dan Zhu Ting Tai karya Zhao Qing-Ge. Tetapi, Hanna tak mengisahkan tragedi cinta, melainkan tragedi etniknya di negeri yang sangat dicintainya. Di sinilah, puisi menjadi pewarta yang baik tentang: kultur, kepercayaan, tradisi, peristiwa, atau bahkan penganiayaan dan tindakan diskriminatif. Periksa sekadar menyebut beberapa—puisi “Air Mata Tanah Air”, “Puisi Mei”, “Di Sudut Bibirmu Ada Sebutir Nasi”, “Kepada Kerbau”, “Di Depan Kuburan Keluarga”, “Cap Go Meh”, atau “Surat buat Pahlawan”.

Dalam sejumlah puisi itu, kita seperti melihat dunia lain nun jauh di sana yang sesungguhnya bagian tak terpisahkan dengan kehidupan bangsa ini. Maka, kisah-kisah yang disajikan jadi terkesan eksotik, meski di sana tersimpan kepedihan ketika ia bercerita tentang tragedi dan duka marga etnik. Di luar kisah tragedi, bukankah tema-tema itu dulu pernah semarak lalu menghilang begitu lama. Oleh karena itu, apa yang dilakukan Hanna menjadi penting lantaran ia seperti menghidupkan kembali tema-tema dan gaya pengucapan yang sekian lama tenggelam. Dalam konteks itulah, Konde Penyair Han, sepatutnya ditempatkan.

*) Pengajar FIB-UI, Kini mengajar di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea. ***

http://sastra-indonesia.com/2011/05/kelindan-tragedi-dan-eksotisme/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar