Sabtu, 28 Mei 2011

Menulislah dengan Profesional

Soni Farid Maulana
http://www.pikiran-rakyat.com/

ALHAMDULILLAH, pada Kamis kedua, bulan Mei 2011, laman Mata Kata kembali hadir dengan menampilkan sejumlah puisi yang ditulis oleh penyair Riyadhus Shalihin (Bandung), Kiki Padmowiryanto (Bandung), dan Budi Muhammad (Bandung). Ketiga penyair yang tampil kali ini menunjukkan kemampuannya masing-masing dalam mengolah pengalaman puitiknya.

Sejumlah puisi yang ditulis oleh Riyadhus Shalihin, diakui atau tidak, terasa segar, menarik untuk diapresiasi dan direnungkan makna yang dikandungnya. Larik-larik puisinya kerap membawa ingatan kita pada suasana-suasana puitik tertentu, yang ada kalanya terasa surealistik. Hal ini menunjukkan, bahwa Riyadhus bukan orang baru dalam menulis puisi. Dilihat dari caranya ia menulis, tampak punya jam terbang yang cukup lumayan.

Sementara itu, Kiki dan Budi tampil dengan cara yang lain, walau apa yang diungkapnya itu terasa sederhana, Namun demikian, tentu saja masih ada nilai yang bisa dipetik. Paling tidak, apa yang diungkap oleh Kiki dan Budi bukan ditulis dari ruang batin yang kosong. Ia pasti berangkat dari sebuah pengalaman, baik secara fisik maupun metafisik.

Sekalipun menulis puisi merupakan dunia rekaan, sebagaimana dikatakan Prof. Dr, A. Teeuw pengamat sastra Indonesia asal Belanda, yang banyak jasanya memperkenalkan sastra Indonesia di Belanda sana, pada kenyataannya menulis puisi bukan dimaksudkan untuk sekadar main-main. Menulis puisi, harus ada tujuan. Setidaknya ia harus turut serta mencerahkan batin pembacanya pada sebuah pengalaman tertentu.

Puisi sebagai dunia rekaan, ia tentu tidak ditulis begitu saja, Ia pasti bersangkutan dengan logika, dan daya intelektual para penyairnya. Berkaitan dengan itu, menulis puisi pada sisi yang lain tentu tidak sekali jadi, dan apa yang disebut revisi pada titik-titik tertentu selain akan mematangkan sebuah puisi, juga berfungsi untuk menyiangi puisi dari pilihan diksi yang tidak tepat, dan sebagainya. Adakalanya ketika rima diperhitungkan, ia ditulis dalam tahap revisi. Apa sebab? Karena pada tahap pertema, biasanya penyair lebih menyerahkan dirinya pada gelombang puitik yang menuntun dirinya menulis puisi hingga larik akhir selesai dituliskan.

Ada yang menarik dikatakan penyair Acep Zamzam Noor dalam percakapannya dengan penulis, jika menulis puisi hanya untuk main-main, apalagi bila main-mainnya itu tidak bermutu, maka sebaiknya tidak mengerjakan apa-apa. Karena hal itu hanya membuang-buang waktu saja. Lantas kenapa menulis puisi harus serius? Karena menulis puisi bukan hanya urusan hati semata-mata, melain juga urusan otak dengan berbagai variasinya. Karena itu menulis dengan professional. (Soni Farid Maulana/"PRLM")***
***

Sajak-sajak Riyadhus Shalihin
Selusur Akasia

Di sini jejakmu kembali menggenang
Air matamu deras berbulir, merangkum lengkung senja
Yang menaungi kesedihanku, pencarianku.

Dan di setiap halaman tak berpenghuni
Selalu helai musim semi yang menghantarkanku terlelap
Sementara masih saja kita memetik keheningan, bersandar
pada hari – hari yang teramat sendu
Di balik temaram aku yakin kau telah berpulang pada rindu.

Biarkan hutan yang akan menyerukan namamu, biarkan selusur akasia, remah luluh daun cemara dan juga gelak limbung burung gereja, berkhidmat pada dirimu,pada kehilanganku atas wangi rerumputan, rayuan dan sela sela rambutmu yang tulus.
seperti ketika hujan pertama kali membasahi bumi, kemudian mengering menjadi sepi.

pada akhirnya aku ingin menuntun diri ku sendiri,
kecemasanku yang berlebihan pada kenangan – kenangan kita
sementara senja tak lagi menunggu iringan burung yang berpulang
dan saat kau tak ingat lagi, pada harum secangkir teh
pada bebunyian serangga menjelang malam yang
selalu membuat kau tertidur pulas.

April 2011



Pada Hutan Cibodas

1/
Selalu ada yang terlambat terkatakan.
Selalu ada yang membawaku pada memoar itu.

Apabila dedaunan telah meranggas
Hujan menyulam kata – kata
Maka kutahu di dalam gugusannya kan kutemukan wajahmu.

Selalu dingin ini yang menyelusup rerimbunan
Pada patung – patung kusam berlumut
Kita bersandar, mengatur hari
Menjejaki embun yang berselimut.

Masihkah kau sesendu dahulu?

Sulur hutan yang kita lewati
Perlahan menghilangkan keramaian
Aku mulai senang sendiri.

Bayangmu memudar
Perlahan hilang di antara genangan hujan.

2/
Ujung cemara itu mengingatkanku
Bahwa diantara bayangnya kita pernah menyusuri
jalan setapak yang tak pernah berujung ,
serat mahoni melumat rinci keheningan, saat kita saling terlelap
terpekur manja di antara rintik – rintik senja

Pohon – pohon yang tirus
Dan desah merayu ranting ranting
Perlahan menjadi senyum yang menggairahkan.

sore ini kau tampak begitu kemayu
harum nafasmu menjadi begitu kultus
mengumbar syahwat bermusim, dalam wangi dan birahi.

Aku sungguh ingin mengecup keningmu
Di antara celah celah pepohonan.

3/
Jemarimu lemah dan begitu ramping, kelak aku ingin pulang
Pada lembap benalu dan inang – inangnya.

Muara pada kasihmu mengendapkan amuk menggelegak
Dan sekali lagi aku menimbunmu dengan rayuan.

Berkelindan lembut ku susuri ujung ujung tubuhmu
Selusur lehermu adalah bebukitan sepi, ku eram dan ku lumat
Melalui tubuhmu kunikmati erangan hutan
Mengilhami jeritan angin.

Anak – anak burung menanti ibunda
Petang berayun, dan mustahil akan ku genggam lagi.
samar – samar gerimis pun berderai
Kau hanya membisu.

4/
Masihkah kau berhias dengan adanya, sebab aku selalu rindu
mencumbu pada halus guratmu yang sederhana.

Luas matamu yang membentang, mengingatkanku
pada padang edelweiss
Di musim semi, pangrango yang sunyi.

Di dahimu hinggap luruhan resah, berkecambah
dengan ribuan ciuman
Bersama rasa hangat antara unggun juga dawai malam,
Kita pun menekuni semesta kota di kejauhan.

Cahaya rumah berumbul satu persatu,
Bagai lampion yang berkelindan bermunculan
Kau pun memelukku erat.

Suatu hari kau akan menepi pada sebuah pengembaraan
dimana aku telah menantimu, kita pun berkemas
Berlabuh di ujung lembayung.

5/
Berduyun sepi menggulung hutan, bagai gondola.
Di tepi segara, dedaunan menguning
Suluh suluh bersuara, dan dunia sesaat terpejam
Berarak kalimat – kalimatmu terasa menjadi tanggung

Mengapa tak segera kita beralih ke tepian
Danau dan perahunya tertambat di haluan
Mari kita seberangi kemuning senja.

Melalui rumah – rumah tak berpenghuni
Hari ini ingin ku jemput hatimu.

Menamai mu, mengamini setiap dayuh yang mengantarkanku
Kembali padamu. Bagai induk semang di hulu
Aku akan terus menangisi hutan ini, sebab dengan adanya
sembilu ini.

Aku yakin kau akan menyahut
Kau akan menyambutku.

2011

Riyadhus Shalihin Lahir dan dibesarkan di Kota Bandung, pada tanggal 10 Desember 1989. Sempat kuliah di Jurusan Jurnalistik, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung. Kini Mahasiswa Seni Teater, Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung. Alumnus Pondok Pesantren Islamic Centre Muhammadiyah, di kaki gunung Hutan Cibodas, Bogor. Bergiat di Forum Pemahaman Nilai – Nilai Islam, STSI Bandung.
***

Sajak-sajak Kiki Padmowiryanto
Sunset

tatkala hari telah memuncak pada belas kasih Illahi
curahan anugrah-Nya menaungi pesisir,
Pura di tebing-tebing karang, gua air suci,
dan sahaja nadi-nadi keikhlasanmu

sementara di tepi keluasan lautan hatimu
kuterpana mencemburui alam nirwana,
menawar kenangan, agar lebih lama lagi
kaupamerkan lukisan pergantian waktu

dari senja ke malam
sebelum lazuardi redup perlahan,
sebelum matahari ditelan ombak
di batas cakrawala.

Tanah Lot,

13 Maret 2009.



Anjing Gamang

anjing gamang
merintih sendiri
melolongi bulan yang sembunyi
di balik kelam malam

anjing gamang
memendam gejolak rindu
liurnya menetes tawar
hidungnya mengendus
birahi betina

betina!betina!

mengapa kau balut kesepian ini

dengan diam?
mengapa cinta tak berpihak
kepadaku?
saat bayanganmu melintas

di antara deretan harapan

caraka asmara.

- kau gantungkan peluang yang
tak teryakinkan,
membuatku cemas dan ragu

melepasmu atau mencarimu?

di mana dunia tengah menanti
cerita cinta yang belum kau tuntaskan…

betina!betina!

kulacak selalu isi hatim
mengejar obsesi
andai aku anjing Kintamani
atau anjing gembala Jerman?
atau mungkin seperti yang kau mau

Bandung,

8 September 2009.

Kiki Padmowiryanto lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain. Kini bekerja di BNI Syariah Bandung dan tinggal di Bandung.
***

Sajak-sajak Budi Muhammad
Aceh, 26 Desember 2004 (4)

pandangan merapat
seakan tentara
dalam upacara

“gaung tangis seorang ibu”

kulit manusia abuabu
konon yang terhitung 200 ribu melayang

saat itu
kota tempat berlabuh perahu
pantai jadi terminal

“maafkan aku ibu
ini adalah kehendakNya”

gumam gempa
diamini air
juga angin

28 Desember

Budi Muhammad lahir dan tinggal di Bandung.***

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar