Selasa, 08 Maret 2011

KOTBAH HARI MINGGU

Saut Situmorang
http://sastra-indonesia.com/

Hari Minggu pagi. Tak ada mendung di langit, matahari bulat penuh kemerah-merahan seperti telor matasapi tergantung di ranting pohon jambu di depan rumah. Tiga ekor burung kutilang ribut di pucuk ranting jambu yang tinggi, sementara di bawahnya di tanah ayam-ayam kampung berebutan makan jagung. Terdengar suara anak menangis dari dalam rumah.

“Pagi yang indah,” kata Pak Pendeta sambil meminum kopi yang masih mengepulkan uap panas di atas meja. Dia baru saja bangun. Cuci muka dulu, lalu dia duduk menghadapai kopi panasnya. Sudah jadi kebiasaannya begitu. Bangun pagi, cuci muka, lalu minum kopi. Tanpa baju, hanya pakai sarung. Sudah jadi kebiasaan istrinya pula untuk bangun pagi, cuci muka, masak air, dan membuat kopi untuk dia, suaminya. Tentu saja dia pakai baju dan sarung.

“Pagi yang indah,” kata Pak Pendeta sambil meminum kopi yang masih mengepulkan uap panas di atas meja, di depannya. Suara tangisan anak tadi masih terus terdengar. Berasal dari kamar mandi di belakang rumah. Kadang-kadang terdengar juga suara perempuan, istri Pak Pendeta, sedang membujuk-bujuk anak yang menangis itu. Pak Pendeta baru tiga tahun kawin. Punya anak satu, laki-laki. Dan di rumah ini tidak ada orang lain yang tinggal bersama mereka kecuali mereka bertiga saja. Itulah sebabnya suara anak yang menangis di kamar mandi itu adalah suara anaknya dan yang sedang membujuk-bujuk anaknya yang menangis di kamar mandi itu adalah istrinya yang baru tiga tahun dikawininya.

“Pagi yang indah,” kata Pak Pendeta sambil meletakkan gelas kopinya yang sudah kosong ke meja di depannya. Meja itu terbuat dari kayu jati dan diberi taplak Ulos Batak. Sekarang matahari sudah agak tinggi dan anaknya sudah selesai mandi dan Pak Pendeta bangkit dan pergi ke kamar mandi. Seekor lalat terbang mengitari permukaan gelas kopi yang sudah kosong itu, hanya di dasarnya nampak sisa kopi, dan terus terbang mengitarinya selama beberapa detik sebelum akhirnya hinggap di tepi mulut gelas kopi yang sudah kosong di atas meja kayu jati bertaplak Ulos Batak itu.

Di kamar istri Pak Pendeta sedang sibuk membantu anaknya berpakaian. Mereka hendak ke gereja dan mereka masih punya banyak waktu untuk berpakaian. Dia sendiri belum mandi, hanya cuci muka dulu lalu masak air dan membuat kopi untuk suaminya, Pak Pendeta. Sudah jadi kebiasaannya juga, dia baru mandi setelah anak laki-lakinya yang menangis di kamar mandi tadi dan suaminya selesai mandi. Sekarang dia, istri Pak Pendeta, sedang sibuk membantu anaknya berpakaian di kamar anaknya itu.

Pak Pendeta sudah selesai mandi. Wajahnya berseri-seri, rambutnya agak basah, dan dia cuma memakai sarung saja keluar dari kamar mandi. Dia melihat pada gelas kopi kosong yang ada lalat merayapi dalamnya untuk minum sisa kopi di dasar gelas di atas meja kayu jati bertaplak Ulos Batak itu. Dia tersenyum. Pagi yang indah, gumamnya sambil masuk ke kamarnya. Hari ini adalah hari pertamanya memberikan kotbah setelah kepindahannya ke kota ini.

Giliran istrinya sekarang mandi. Anak laki-lakinya sudah selesai berpakaian dan tidak menangis lagi. Dia duduk di ruang tamu menunggu orangtuanya siap berangkat ke gereja.

Tak berapa lama kemudian mereka bertiga sudah berada dalam mobil. Pak Pendeta mengenakan pakaian barunya yang tadi malam disetrika rapi oleh istrinya. Sepatunya tersemir mengkilat. Rambutnya yang dipangkas pendek tersisir rapi ke samping. Dia nampak gagah. Dia tersenyum. Hari ini adalah hari pertamanya memberikan kotbah setelah kepindahannya ke kota ini. Istrinya juga berpakaian rapi. Wajahnya juga berseri-seri. Dia nampak jauh lebih muda dan sangat cantik. Anak laki-laki mereka merasa bangga sekali melihat kedua orangtuanya itu.

Pak Pendeta merasa beruntung sekali karena gereja barunya tempat dia sekarang bekerja menyediakan satu mobil untuk dipakainya. Mobil itu tidak baru, tapi karena dirawat baik oleh pemakai sebelumnya, yaitu pendeta lama yang digantikannya, jadi nampak seperti baru dibeli saja. Memang mobil itu sebenarnya baru dibeli oleh gereja untuk dipakai pendeta lama tadi. Jadi bisa dibilang mobil itu mobil baru juga. Pak Pendeta merasa beruntung sekali karena gereja barunya tempat dia sekarang bekerja menyediakan satu mobil untuk dipakainya jadi dia tak perlu repot-repot lagi memikirkan untuk membeli kendaraan untuk dipakainya sehari-hari. Tentu saja dia tahu menyetir mobil. Ayahnya almarhum adalah bekas pendeta dan sama seperti dia sekarang juga disediakan mobil untuk dipakai sehari-hari oleh gereja tempatnya bekerja. Waktu itulah dia belajar nyetir dan setelah bisa nyetir dia sering menyupiri ayahnya ke tempatnya kerja. Mengingat itu semua Pak Pendeta tersenyum lebar dan menoleh pada anak laki-lakinya.

Karena hari ini hari Minggu jalanan nampak lengang. Tak banyak kendaraan lalu lalang seperti waktu hari-hari kerja. Kayaknya orang merasa malas keluar rumah dan memilih nonton tv saja di rumah bersama keluarga. Mungkin juga karena berpikir kalau keluar rumah pasti keluar uang maka lebih baik menghabiskan liburan sehari di rumah saja. Tapi sudah beberapa kali Pak Pendeta melihat anak-anak muda ke gereja. Mereka berjalan di trotoar jalan dan nampak kitab suci Injil serta buku nyanyian di tangan mereka. Kebanyakan mereka anak-anak yang masih sangat muda usianya. Pak Pendeta gembira sekali melihat ini semua. Mulutnya terus menerus menyunggingkan senyuman lebar. Wajahnya berseri-seri. Tiba-tiba dibayangkannya bagaimana nanti meriahnya sambutan orang di gereja terhadap dirinya, pendeta baru mereka. Mereka akan dengan tekun mendengar kotbahnya. Dan setelah selesai acara kebaktian mereka akan datang menyalaminya sambil mengucapkan selamat datang. Mungkin juga bakal ada semacam acara selamat datang yang khusus untuknya. Bukankah dia juga mendapatkan hal yang sama waktu keberangkatannya dulu dari gerejanya yang lama? Pagi yang indah, gumamnya dan tersenyum-senyum. Di jalan nampak anak-anak berusia sangat muda berjalan ke gereja dan nampak kitab suci Injil serta buku nyanyian di tangan mereka. Pak Pendeta jadi ingin cepat-cepat sampai ke gereja barunya. Dia sudah tak sabar untuk melihat domba-dombanya. Dia sudah tak sabar untuk memberi makan domba-dombanya…

Waktu itulah kecelakaan itu terjadi. Tiba-tiba saja seorang pengendara sepeda motor muncul dari belakang dan menyalipnya. Untunglah dia seorang pengemudi yang berpengalaman. Walaupun kaget setengah mati dia masih dapat menguasai dirinya dan berhasil merem mobilnya meski tetap saja mereka terdorong cukup keras ke depan. Istrinya menjerit dan nampak pucat. Untunglah saat itu tak ada kendaraan lain di belakang mereka. Sulit dibayangkan apa yang bakal terjadi kalau ada satu atau tiga kendaraan lain membuntuti mereka waktu dia merem mobilnya dengan tiba-tiba tadi. Tapi sebentar kemudian perhatiannya sudah beralih ke arah muka. Rupanya sepeda motor tadi mengalami kecelakaan. Satu mobil sedan tiba-tiba muncul di persimpangan jalan dan meskipun mobil itu berjalan pelan kecelakaan tak terhindarkan lagi. Si pengendara sepeda motor terlempar dari sepeda motornya dan terbanting dengan keras ke aspal jalan dan sepeda motornya sendiri terseret sampai ke pinggir jalan. Mobil sedan yang tiba-tiba muncul di persimpangan jalan tadi melarikan diri dengan kecepatan tinggi. Di depannya sekarang di jalan berserakan kaca bercampur darah dan si pengendara sepeda motor tergeletak tak bergerak dan sepeda motornya hancur dan berlepotan darah. Istri Pak Pendeta pucat wajahnya. Anak laki-laki mereka diam tak berani bertanya apa-apa. Di tengah jalan berserakan kaca bercampur darah dan di tengah-tengah genangan darah si pengendara sepeda motor tergeletak tak bergerak.

Suara klakson mobil di belakangnya menyadarkan Pak Pendeta dan mobil mereka mulai bergerak pelan-pelan ke depan…

Hari Minggu pagi. Tak ada mendung di langit dan matahari bulat penuh kemerah-merahan seperti telor matasapi tergantung di atas jalan dan di tengah jalan berserakan kaca bercampur darah dan di tengah-tengah genangan darah si pengendara sepeda motor tergeletak tak bergerak. Di trotoar jalan nampak anak-anak berusia sangat muda berjalan ke gereja dan nampak kitab suci Injil serta buku nyanyian di tangan mereka.

Wellington 1993
Sumber: http://boemipoetra.wordpress.com/2010/12/19/kotbah-hari-minggu/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar