Selasa, 08 Maret 2011

AIDS

Putu Wijaya
http://putuwijaya.wordpress.com/tag/hiv/

“Momok yang pernah paling ditakuti adalah AIDS,” kata Ami memberikan ceramah, di depan sejumlah ibu kampung. “Keadaan kehilangan kekebalan pada manusia itu sampai sekarang belum ada obatnya.

Disepakati dunia sebagai pembunuh kejam akibat percaulan seks bebas. Akibat berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, khususnya di kalangan kaum homo. Penularannya yang lewat hubungan kelamin dan darah itu, kemudian merebak ke seluruh aktivitas manusia.

Tranfusi darah, jarum suntik dan kemudian di klinik gigi antara lain, menggerus manusia yang tidak pernah melakukan kontak jasmani aneh-aneh. Bayi yang tak berdosa pun tak urung langsung terlahir mengidap AIDS.”

“Tapi sesuai dengan pepatah, alah bisa karena biasa,”lanjut Ami menyambung ceramahnya, “karena terlalu sering didengung-dengungkan, telinga kita sendiri menjadi tebal dan tuli. Bahaya itu semakin lama semakin akrab dan akhirnya sekarang sudah tidak menakutkan lagi.

Dulu siapa yang mengidap AIDS, akan dikucilkan bahkan ditembaki kalau mau berhubungan dengan masyarakat. Sekarang malah diundang berceramah, agar masyarakat sadar bahwa orangnya tidak berbahaya, kecuali berhubungan badan atau darah kita kecipratan darahnya. Yang paling ditakuti sekarang sudah ganti dengan wajah baru. Ibu-ibu tahu apa itu?”

Para ibu yang mendengarkan ceramah tidak menjawab. Ami curiga sebagian besar nampaknya tidak mendengarkan apa yang sudah ia provokasikan. Mereka sibuk memikirkan bagaimana mencicil pel penghambat ketuaan yang ditawarkan oleh seorang ibu yang gencar menawarkan produk multi level.

“Sekarang yang paling berbahaya, yang nomor satu ditakuti, yang paling mengancam kita, bukan lagi HIV, bukan lagi AIDS, bukan lagi kehilangan kekebalan tubuh tetapi kehilangan kedudukan. Semua orang Indonesia sekarang takut kehilangan kursi.

Kehilangan jabatan bukan hanya berarti kehilangan kehormatan dan kekuasaan, juga kehilangan kesejahteraan. Kedudukan sekarang sudah identik dengan uang. Tanpa kedudukan, orang akan bangkrut dan mati.

Karena itu mereka yang sedang menjabat dengan berbagai cara berusaha untuk mempertahankan kursinya. Bila perlu dengan cara melawan hukum. Moral kita sudah jatuh.

Itulah penyakit yang lebih membunuh dari kehilangan kekebalan, karena bukan hanya satu orang akan mati akibat tidak kebal, tetapi tetapi seluruh bangsa, 220 juta manusia akan lenyap karena tidak punya rasa yang bersih lagi. Terimakasih!”

Ibu-ibu bertepuk tangan gembira dan gegap gempita. Seakan-akan mendapat siraman kesejukan setelah lelah dihajar muntahan kata-kata Ami yang hampir satu jam itu.

Semuanya mengucapkan selamat. Mereka memuji-muji kepasihan Ami dalam berbicara, juga karena dadanan dan rambutnya yang menarik. Tapi setelah itu mereka merubung ibu yang membawa pel penghambat ketuaan itu.

Dengan loyo Ami pulang ke rumah.

“Kenapa keok seperti itu?” tanya Amat menyambut. “Apa ceramahmu gagal, Ami?”

” Dari awal saya tahu akan gagal. Tetapi yang paling menyakitkan adalah karena tidak seorang pun yang memprotes ketika Ami bilang bahwa AIDS itu tidak berbahaya lagi.”

Amat terkejut.

“Kamu bilang begitu?”

“Ya.”

Mata Amat semakin membelalak.

“Kenapa? Apa kamu kesleo? Kalau ucapan salah kan bisa diralat waktu itu juga?”

“Bukan kesleo! Ami mengucapkan secara sadar bahkan berapi-api!”

Amat bengong.

“Aduh. Kenapa jadi bisa begitu?”

“Karena nyatanya memang begitu! HIV, AIDS memang nomor satu sebagai pembunuh manusia. Tetapi kemerosotan akhlak yang menyebabkan seluruh bangsa kita kehilangan karakter, tidak punya harga diri, tidak punya rasa malu, tidak peduli kepada kemanusiaan, seenaknya saja melakukan pelanggaran hukum demi keuntungan diri dan golongannya, adalah pembunuh yang akan menghancurkan 220 juta manusia sekaligus. Itu lebih berbahaya seribu kali daripada AIDS!”

Amat terhenyak.

“Maksudmu bangsa kita sudah kehilangan harga diri?”

“Bukan hanya itu, tetapi kehilangan otak, karena semuanya ingin hidup enak! Itu sudah melumpuhkan kita seribu kali lebih cepat dati AIDS!”

Amat memandang tajam Ami.

“Ami!”

“Dan mereka semuanya percaya lalu bertepuk tangan memuji-muji!”

“O ya?”

“Ya! Malah ada yang menyindir, dasar anak Pak Amat! Apa nggak sakit!”

Muka Amat bersemu merah.

“Mereka bilang begitu?”

“Ya. Ami kan jadi malu!”

Amat mengangguk-ngangguk. Seperti membayangkan bagaimana para ibu kampung itu menyalami anaknya.

“Wah, itu sangat dalam Ami!”

“Apa?”

“Bagaimana mereka tidak akan memujimu, kalau dalam usia semuda kamu, yang belum menikah, cantik lagi, kamu kok menyadari penyakit apa yang sedang mengancam keselamatan kita sebagai bangsa! Kamu hebat. Bapak bangga kamu sudah mengatakan itu! Selamat!”

Amat langsung menepuk-nepuk pundak Ami. Lalu bergegas keluar, hendak menemui para ibu yang mengikuti ceramah, untuk mendengar sendiri secara langsung, pujian mereka kepada Ami.

Ami kebingungan. Ia memandangi Amat seperti melihat hantu.

“Kenapa Ami. Bapakmu ngomong apa?” tanya Bu Amat menghampiri.

Ami menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kenapa? Kamu sakit?”

“Ya. Ternyata benar. Semua orang sekarang sudah mengkaitkan segala-galanya dengan politik. Bukan hanya ibu-ibu itu saja, Bapak juga sama saja. Masak Bapak senang sekali waktu saya katakan bahwa AIDS dan HIV tidak lebih berbahaya dari krisis moralitas yang sedang menimpa bangsa kita sekarang.

AIDS sudah dianggap enteng, yang paling penting sekarang bagaimana mencari kedudukan, karena itu berarti duit! Bagaimana kita akan memberantas AIDS yang semakin merebak bahkan di Bali ini, kalau pikiran kita sudah dikacaukan oleh politik terus?”

Bu Amat tersenyum.

“Kalau begitu, benar juag komentar ibu-ibu itu, isi ceramahmu bagus sekali.”

“Apa?”

“Mereka umumnya menangkap apa yang ingin kamu katakan, bukan yang kamu katakan Ami. Hanya saja karena orang sederhana, mereka tak mampu mengucapkannya, atau memberi komentar seperti yang kamu inginkan, ya paling banter mereka hanya bilang kamu cantik.”

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar