Gerson Poyk
http://www.suarakarya-online.com/
Tiba-tiba telpon genggamku berdering. “Halo ya, saya sendiri,” jawabku.
“Saya dokter dari Klinik Mata Nusantara. Saya, kami, baru saja membaca tulisan tentang Bapak di koran Jakarta Post. Kami ingin mengoperasi katarak Bapak,” “Terimakasih, tapi saya tak punya uang,” potongku.
“Bapak tidak mau? Operasinya gratis,” kata dokter yang mengaku bernama Rudi itu.
“O, mau, mau! Terimakasih banyak!” kataku. “Kalau begitu, besok jam 9 pagi datang ke klinik kami. Kami tunggu.”
Aku menarik nafas lega, terlepas dari tekanan yang bertahun-tahun aku alami. Tekanan batin, sebutlah begitu. Lima tahun yang lalu, mata kananku sudah dioperasi. Biayanya sekitar delapan juta rupiah. Untung anakku yang tertua membiayai semuanya. Tinggal sebelah mataku lagi yang masih belum beres, katarak masih bersemayam di sana.
Selama lima tahun aku menjadi wartawan freelance bermata satu. Beberapa novel dan ratusan cerpen bisa kutulis dengan mengandalkan benda lembek di bagian depan tengkorak kepalaku.
Bayangkan, betapa kuatnya benda lembek yang bernama mata.Beratus-ratus halaman, berjuta-juta huruf yang sudah kutulis dan kukoreksi dengan satu benda lembek yang bernama mata. Akan tetapi, karena keterbatasan biaya maka aku membiarkan mata yang satu tahun demi tahun tak berfungsi lagi.
Aku jadi sedih. Bagaimana jika mata kananku rusak tiba-tiba? Memang, hampir saja mata kananku itu tertusuk besi solder listrik. Ceritanya, pada suatu hari ketika aku memperbaiki alat solder listrik, cucuku mendekat dan memegang-megang alat itu.
Tiba-tiba mulutnya berbunyi dorr sambil ditusuknya alat itu ke mataku. Untung tak kena. Ujung besi solder itu hanya menusuk tulang mataku. Sejak itu, aku harus berhati-hati dengan cucuku yang usianya berada di fase permainan merusak.
Kalau saja mataku tertusuk, gelaplah dunia ini. Aku akan jadi seperti kakak perempuan yang entah mengapa harus hidup dalam gelap selama tiga puluh tahun. Awalnya, katarak akan dioperasi, tetapi menurut anaknya mereka takut karena harus menandatangi surat yang menyebut-nyebut stroke mata dan kematian.
Kakakku lalu diboyong pulang dan sudah tentu cepat atau lambat buta totalah kedua matanya. Akan tetapi saat ini ia sehat-sehat saja di usianya yang ke sembilan puluh. Ia tinggal dengan anak perempuannya dan lima orang cucu.
Pernah aku memberi ia lima lembar uang kertas sepuluh ribuan, uang itu ditaruhnya di lemari pakaian. Aku pikir, lumayan, kakakku bisa belanja makanan kesukaannya. Tetapi kemudian ia bertanya padaku, berapa nilai uang yang aku berikan padanya.
“Lima puluh ribu,” kataku.
“Ah, kok jadinya lima ribuan?” katanya.
“Pasti sudah diambil seorang cucu,” kataku.
Kakak perempuanku tinggal di Kupang. Dia senang sekali kalau aku terbang dari Jakarta menemuinya. Setelah bosan berlibur di Kupang aku ingin pulang ke Jakarta. Tetapi, kakakku melarang. Ia rindu padaku tamaknya.
“Carilah sebuah rumah untuk kita tinggal bersama seperti dulu.” Aku jadi terharu.
Mengenang masa-masa bersama, ketika aku masih kecil dan dia sudah menjadi gadis remaja yang cantik, putih, segar, rajin dan cerdas.
Aku sangat sayang pada kakakku. Ketika balatentara Jepang mendarat, ia dilamar seorang pegawai negeri. Kalau tidak begitu, mungkin kakakku akan diambil tentara Jepang dan dia akan menghilang. Dan aku sangat benci pada suaminya.
Pernah ketika mereka masih berpacaran, aku mengambil batu agak besar dan melemparkan batu itu ke pintu, kakakku memarahi aku. Sampai sekarang, aku masih gondok pada suaminya walaupun sudah almarhum.
Aku gondok karena kakakku melahirkan sembilan anak bagi suaminya itu. Hati kecilku selalu berkata, sontoloyo betul lelaki itu, apalagi ketika kakakku menjadi buta selama tiga puluh tahun, tiga puluh tahun hidup dalam kegelapan, bayangkan!
Anak-anaknya pun sontoloyo semuanya. Ada lima anak lelaki, tiga jadi nakhoda kapal pesiar dan satu nakhoda kapal tanker yang besar dan berlayar ke seluruh dunia. Lalu, mengapa kakakku dibiarkan buta oleh anak-anaknya? Sontoloyo betul!
Anak peremuanku tidak membiarkan aku buta. Operasi katarak mata kanan seperti yang sudah kukatakan, dialah yang membiayainya.
Yang merepotkan aku adalah, anak lelakiku. Kadang-kadang tampak sontoloyonya, contohnya soal mobilnya yang sukar sekali dipinjam. Beberapa kali aku minta pada anak lelakiku untuk membiayai operasi katarak mata kiriku, ia hanya diam saja. Telinganya, telinga terowongan, permintaanku masuk dari telinga kiri dan keluar ke telinga kanan.
Dia lain dengan anak perempuanku, pelitnya luar biasa, anak lelaki kebanggaanku. Aku bangga karena dia pintar, boleh dikata jenius dalam bidang matematika dan IPA. Tapi kata orang, titik-titik sosial di batok kepalanya tidak ada atau kurang sama sekali.
Bahkan anaknya, cucuku, berkata, “Papa, kalau cabut uang dari dompetnya, sama dengan cabut nyawa.”
Persiapan ke klinik mata tidak terlalu merepotkan. Aku hanya berpuasa agar siapa tahu, barangkali, kalau ada gula darah di tubuhku bisa berkurang.
Nah, yang menjadi masalah adalah kendaraan. Aku pinjam mobil anak lelakiku, tetapi malamnya ia menghilang dengan mobilnya dan pulang di pagi hari. Terpaksa aku berjalan kaki mencari angkot dan bus.
Di klinik mata, aku disambut dokter Rudi, manajer klinik serta dokter Syaukan Tahya, ia yang mengoperasiku.
Akhrinya, sebelum Natal, mata kiriku terang kembali, aku kabarkan ke semua kemenakan, anak angkat, mantan murid magang di sanggar jurnalistikku dan sarjana-sarjana yang menulis skripsi mengenai karya sastraku, bahwa aku tidak menjadi buta seperti kakak perempuanku.
Rencanaku, malam-malam aku akan ‘merayap’ ke Jatinegara, ke emper tempat mangkal para tukang pijat buta untuk mencari tukang pijat buta langgananku.
Dulu, begitu si tukang pijat langgananku memegang betisku, ia langsung kenal, “Pak Wartawan, lama tak muncul,”. Oh, matanya ada di jari.
Dalam pengembaraanku sebagai wartawan dan seniman di benua maritim ini, isi kantong terbatas, hotelku adalah tikar tukang pijat buta di terminal-terminal bus.
Bangun pagi segarnya luar biasa karena ayunan tangan dan jari si tukang pijat buta.
Langkah di ayun ke kamar mandi terminal, kemudian melanjutkan pengembaraan ke terminal lain, ke tikar tukang pijat yang lain untuk menikmati pijatan ajaib si tukang pijat buta. Hal yang mengharukan aku adalah bahwa si tukang pijat buta bahkan dapat menciptakan pekerjaan bagi orang lain.
Ceritanya, pada suatu malam, ketika tubuhku yang pegal linu kuserahkan pada si buta, ia bertanya, “Mau pakai bantal?”
“Mau!”
Ternyata, bantal itu adalah paha seorang wanita gemuk, janda berganda beranak lima. Kepalaku berfilsafat; ini adalah semacam moral rebel orang kecil. Akan tetapi hidungku tersengat bau terasi, dan aku merasa itu bau dari kaki perempuan yang pahanya dijadikan bantal.
Aku memang optimis. Seandainya tak ada yang membiayai operasi katarakku sehingga aku buta total seperti kakak perempuanku, maka aku masih bisa cari makan sebagai tukang pijat buta. Mataku ada di jari, kaki dan tongkat.
Sekarang aku lebih optimis lagi setelah memproleh kemurahan hati dokter-dokter, perawat di klinik mata tersebut. Aku bisa mengetik lagi, seandainya satu mataku buta, maka ada satu mata yang masih bisa berfungsi. Dulu, kalau buta yang satu, seterusnya aku tak bisa melihat lagi.
Ya, mata angan-anganku menjadi tukang pijat buta di Jatinegara sudah kuhapus. Beberapa novel dan cerpen kembali kugarap. Paling tidak, sekarang mataku semakin awas melihat huruf-huruf yang menari-nari di hadapanku. Paling tidak, aku bisa memandang jalanan dengan normal tidak bergelombang lagi.
Paling tidak harga diriku sebagai manusia pulih kembali, aku masih bisa menghasilkan uang untuk biaya hidup sehari-hari dengan usahaku sendiri.
Di tengah kreativitasku yang datang bertubi-tubi, aku bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi anak-anak putus sekolah di sekitar temat tinggalku untuk mengetik ulang naskah-naskahn yang kutulis dengan tangan.
Nanti, jika honorku datang beruntun, aku bisa membiayai sekolah mereka, membiayai anak bungsuku dengan empat anak-anaknya yang suaminya pengangguran. Ya, di usiaku yang menginjak delapan puluh tahun ini, aku bukan parasit yang menempel hidup pada siapa saja. ***
* Depok 18 Januari 2011 (Sebuah memori untuk para cucu, cicit dan piat-piut)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar