Rabu, 01 Desember 2010

Senandung teresa Teng

M. Dawam Rahardjo
http://kendaripos.co.id/

Hari sudah larut malam. Rembulan nampak mengapung di langit di malam yang sudah sunyi itu, sehingga bunyi musik itu terdengar cukup nyaring dari rumah sebelah yang dihuni anak saya, Heri. Bunyi musik itu jelas menyenandungkan suara Teresa Teng, penyayi China asal Hongkong yang terkenal. Teresa Teng, meninggal di Bangkok dalam usia yang masih cukup muda pada masa kejayaannya. Lagu yang berulang diputar dari kaset itu adalah Sushata yang menceriterakan dua anak muda yang telah berpisah dari berpacaran.

Lagu itu agaknya mencerminkan suasana hati yang dirasakan anak saya itu. Ia lagi berpisah dari pacarnya Lilie, gadis China yang tinggal di Kun Ming, kota bunga beriklim subtropis dengan musim semi sepanjang tahun dari Provinsi Yunan yang banyak berpenduduk muslim itu. Perpisahan itu harus ia alami, tapi ia merasa sangat sedih karena masih menaruh cinta yang mendalam pada Lilie.

Heri adalah anak kedua saya yang memegang jabatan manager perusahaan impor-ekspor yang saya miliki, khususnya dalam hubungan dagang China dan Vietnam yang terkenal dengan produk tekstil murah. Selain China, Vietnam juga memproduksi tekstil yang sangat murah, sehingga saya memilih Kun Ming sebagai basis. Karena berdekatan dengan Vietnam, yang bisa ditempuh dengan pesawat ke Kota Ho Chin Min yang dulu Saigon itu.

Kakaknya Heru adalah direktur eksekutif yang khusus bertugas melakukan distribusi atau penjualan di Indonesia. Sedang adiknya perempuan, Hera, memegang jabatan manajer keuangan. Sebagai manajer impor-ekspor Heri sering pergi ke Kun Ming dan tinggal sebulan di sana. Di Kun Ming itulah ia berkenalan dengan Lilie, seorang gadis remaja yang bekerja pada biro perjalanan yang menjadi langganan kami menyiapkan tiket. Sebagai pegawai biro perjalanan yang sering melayani orang asing, Lilie lancar berbahasa Inggris yang jarang dimiliki orang China. Melalui percakapan dalam bahasa Inggris itulah Heri menjalin hubungan yang makin akrab.

Salah satu hobi Lilie adalah mendengarkan dan ikut menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan Teresa Teng. Ia belajar lagu-lagu itu melalui VCD karaoke, sehingga ia bisa menghafal lirik-liriknya. Ketika sudah akrab, Heri juga tertarik dengan lagu-lagu Teresa dan ikut belajar melalui karaoke bersama-sama dengan Lilie. Heri bisa cepat menghafal karena ia sudah lancar berbahasa China. Di Kun Ming Heri mengambil kursus bahasa China dan melatihnya dengan Lilie. Heri yang kulitnya putih seperti ibunya yang berasal dari Palembang itu, juga mirip orang China, sehingga di Kun Ming tak ada yang mengira bahwa ia adalah orang Indonesia.

Ternyata Lilie berstatus anak angkat Pak Susanto, orang China yang lama tinggal di Indonesia –persisnya di Kota Surabaya. Pada masa G 30 S, ia termasuk orang China yang dipulangkan ke negeri asalnya, karena keluarganya masih berstatus warga negara China. Istrinya yang orang Indonesia tidak mau diajak pindah ke China. Demikian juga dua anaknya, laki-laki dan perampuan, sehingga Pak Susanto terpaksa harus pulang ke China sendirian. Di China ia menjadi padagang teksil dan masih memelihara hubungan dagang dengan Indonesia yang sering dikunjunginya ketika menengok anak istrinya. Dengan Pak Susanto itulah saya berkorespondensi dagang. Kenyataan ini rupanya ikut mempererat hubungan Heri dengan Lilie. Selain Pak Susanto, saya juga menjalin hubungan dagang dengan Pak Komar yang dulu tinggal di Pontianak. Keduanya punya nasib yang sama, harus pulang ke negeri asalnya, tapi masih memelihara hubungan dengan Indonesia. Keduanya memelihara hubungan persaudaraan dengan saya dan anak saya. Heri dianggap sebagai keponakan.

Heri sering bepergian bersama Lilie, bermain-main di taman kota yang ramai dikunjungi orang, duduk bersama di bawah pohon-pohon yang rindang dan dikelilingi oleh taman bunga yang didominasi warna kuning itu. Hubungan cinta itu makin lama makin mendalam dan Heri memberi tahu pada saya bahwa mereka akan mengikat hubungan itu dengan sebuah perkawinan. Sampai pada suatu hari sahabat saya, Pak Komar, datang ke rumah. Ia rupanya memprihatinkan hubungan Heri dan Lilie. Ketika bertemu di rumah dalam kunjunganya ke Jakarta, Pak Komar berkata, ’’Mas, tanpa maksud mencampuri urusan keluarga Mas, saya ingin memberi tahu sesuatu demi Heri,’’ katanya.

’’ Apa itu Pak Komar?’’

’’Begini, saya sarankan agar Heri mempertimbangkan rencana perkawinannya dengan Lilie.’’

’’Lho, emangnya kenapa?’’

’’Saya beritahukan bahwa Lilie itu sebenarnya bukan anak angkat Pak Susanto sesungguhnya.’’

’’Lalu, hubungannya apa?’’

’’Pak Susanto itu sebenarnya bujang lokal di Kun Ming yang mengangkat Lilie dan Susy sebagai anak angkat. Tapi, sebenarnya keduanya dipelihara sebagai perempuan simpanan. Mereka itu tinggal serumah dan bisa melakukan apa saja. Pak Susanto, sekembalinya ke China tidak mau kawin lagi, tapi ia butuh perempuan karena kebutuhan seksnya tinggi. Saya diberi tahu bahwa ia butuh tiga kali hubungan badan seminggu. Karena itu, ia memerlukan dua perempuan. Anak angkat lainnya adalah Susy yang dipungut dari keluarga miskin, ketika menginjak remaja.’’

Tentu saja saya sangat terkejut mendengar cerita Pak Komar itu. Hal itu kemudian saya sampaikan kepada ibunya Heri, kakaknya Heru, dan adiknya Hera. Mereka sebenarnya belum pernah ketemu dengan Lilie maupun Susy. Tapi kesemuanya percaya kepada cerita Pak Komar.

Kami kemudian sepakat menyampaikan hal itu kepada Heri langsung. Anak saya itu tak kurang terkejutnya dan menjawab ingin mengecek hal itu kepada Lilie. Ketika pulang dari Kun Ming Heri memberi tahu kepada kami terus terang bahwa cerita Pak Komar itu benar. Lilie mengakui sendiri. Hanya saja, Lilie memberi tahu bahwa semenjak berpacaran dengan Heri, ia berhenti berhubungan seks dengan Pak Susanto. Lilie juga telah menyampaikan niatnya kepada bapak angkatnya itu bahwa ia ingin membebaskan diri dari pemeliharaan Pak Susanto dan minta diizinkan kawin dengan Heri.

Heri ternyata menerima kejujuran Lilie, walaupun tidak bisa menyembuhkan kekecewaannya. Dua saudara Heri tegas menolak perkawinan keduanya. Ibunya netral, demikian pula saya sendiri. Yang saya hargai adalah niat Heri untuk membebaskan Lilie dari kehidupan berdosa dan menjadikan Lilie sebagai orang merdeka. Dengan kawin itulah Lilie bisa terbebas. Dan, Heri bersedia menolong Lilie yang memang ia cintai itu. Tapi, kedua saudaranya tetap menolak, sehingga Heri tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memutuskan hubungan cintanya pada Lilie. Itulah dilema yang dihapi Heri ketika mendengarkan senandung lagu Sushata. Sebagai bapaknya yang menyayanginya, saya ikut sedih melihatnya.

Pada malam berikutnya, dalam suasana senandung Sushata yang sama, ketika saya menengoknya, tiba-tiba Heri menerima telepon. Saya bertanya siapa yang menelepon, Heri menjawab, Pak Susanto dari Kun Ming. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi saya mendengar perkataan Heri bahwa ia akan segera berangkat ke Kun Ming dan memecahkan masalahnya. Setelah selesai berbicara di telepon saya bertanya kepada Heri, mengapa ia harus pergi ke Kun Ming dan bagaimana memecahkan masalahnya. Heri tidak memberi jawaban apa-apa. Dan, memang, tiga hari bertikutnya Heri berangkat ke Kun Ming dengan tidak memberi tahu apa yang akan ia lakukan.

Sesampai di Kun Ming, Heri berkirim surat yang menceritakan bahwa kondisi Lilie sangat memprihatinkan setelah putus cinta. Ia bahkan mengancam hendak bunuh diri jika tidak dikembalikan cintanya. Ia tidak mau makan dan terus-menerus menangis. Hati Heri menjadi sangat terenyuh dan akhirnya memutuskan untuk menyambung cintanya, bahkan meminta Lilie untuk jadi istrinya, asalkan Lilie mau menikah secara tradisi muslim China dan bersedia untuk tinggal di Indonesia. Mendengar lamaran Heri itu, kontan Lilie merasa sangat berbahagia dan bersedia memenuhi permintaan Heri.

Akhirnya, pada hari pernikahan yang ditentukan, saya dan ibu Heri datang ke Kun Ming untuk menghadiri dan ikut serta dalam upacara pernikahan menurut adat China muslim itu. Kahadiran saya dan istri menandai persetujuan kami sebagai orang tua atas perkawinan dua remaja itu. Dengan perkawinan itu, maka Lilie terbebas dari hidup di kubang dosa yang selama ini ia jalani.

Kembang-kembang musim semi ketika itu seolah-olah ikut menyambut perkawinan dua remaja lain bangsa dan lain kepercayaan itu, walapun pada akhirnya Lilie dengan sukarela memeluk agama Islam dan menjadi anggota komunitas muslim Provinsi Yunan. ***

Jakarta, 8 Juli 2008

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar