M. Dawam Rahardjo
http://kendaripos.co.id/
Hari sudah larut malam. Rembulan nampak mengapung di langit di malam yang sudah sunyi itu, sehingga bunyi musik itu terdengar cukup nyaring dari rumah sebelah yang dihuni anak saya, Heri. Bunyi musik itu jelas menyenandungkan suara Teresa Teng, penyayi China asal Hongkong yang terkenal. Teresa Teng, meninggal di Bangkok dalam usia yang masih cukup muda pada masa kejayaannya. Lagu yang berulang diputar dari kaset itu adalah Sushata yang menceriterakan dua anak muda yang telah berpisah dari berpacaran.
Lagu itu agaknya mencerminkan suasana hati yang dirasakan anak saya itu. Ia lagi berpisah dari pacarnya Lilie, gadis China yang tinggal di Kun Ming, kota bunga beriklim subtropis dengan musim semi sepanjang tahun dari Provinsi Yunan yang banyak berpenduduk muslim itu. Perpisahan itu harus ia alami, tapi ia merasa sangat sedih karena masih menaruh cinta yang mendalam pada Lilie.
Heri adalah anak kedua saya yang memegang jabatan manager perusahaan impor-ekspor yang saya miliki, khususnya dalam hubungan dagang China dan Vietnam yang terkenal dengan produk tekstil murah. Selain China, Vietnam juga memproduksi tekstil yang sangat murah, sehingga saya memilih Kun Ming sebagai basis. Karena berdekatan dengan Vietnam, yang bisa ditempuh dengan pesawat ke Kota Ho Chin Min yang dulu Saigon itu.
Kakaknya Heru adalah direktur eksekutif yang khusus bertugas melakukan distribusi atau penjualan di Indonesia. Sedang adiknya perempuan, Hera, memegang jabatan manajer keuangan. Sebagai manajer impor-ekspor Heri sering pergi ke Kun Ming dan tinggal sebulan di sana. Di Kun Ming itulah ia berkenalan dengan Lilie, seorang gadis remaja yang bekerja pada biro perjalanan yang menjadi langganan kami menyiapkan tiket. Sebagai pegawai biro perjalanan yang sering melayani orang asing, Lilie lancar berbahasa Inggris yang jarang dimiliki orang China. Melalui percakapan dalam bahasa Inggris itulah Heri menjalin hubungan yang makin akrab.
Salah satu hobi Lilie adalah mendengarkan dan ikut menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan Teresa Teng. Ia belajar lagu-lagu itu melalui VCD karaoke, sehingga ia bisa menghafal lirik-liriknya. Ketika sudah akrab, Heri juga tertarik dengan lagu-lagu Teresa dan ikut belajar melalui karaoke bersama-sama dengan Lilie. Heri bisa cepat menghafal karena ia sudah lancar berbahasa China. Di Kun Ming Heri mengambil kursus bahasa China dan melatihnya dengan Lilie. Heri yang kulitnya putih seperti ibunya yang berasal dari Palembang itu, juga mirip orang China, sehingga di Kun Ming tak ada yang mengira bahwa ia adalah orang Indonesia.
Ternyata Lilie berstatus anak angkat Pak Susanto, orang China yang lama tinggal di Indonesia –persisnya di Kota Surabaya. Pada masa G 30 S, ia termasuk orang China yang dipulangkan ke negeri asalnya, karena keluarganya masih berstatus warga negara China. Istrinya yang orang Indonesia tidak mau diajak pindah ke China. Demikian juga dua anaknya, laki-laki dan perampuan, sehingga Pak Susanto terpaksa harus pulang ke China sendirian. Di China ia menjadi padagang teksil dan masih memelihara hubungan dagang dengan Indonesia yang sering dikunjunginya ketika menengok anak istrinya. Dengan Pak Susanto itulah saya berkorespondensi dagang. Kenyataan ini rupanya ikut mempererat hubungan Heri dengan Lilie. Selain Pak Susanto, saya juga menjalin hubungan dagang dengan Pak Komar yang dulu tinggal di Pontianak. Keduanya punya nasib yang sama, harus pulang ke negeri asalnya, tapi masih memelihara hubungan dengan Indonesia. Keduanya memelihara hubungan persaudaraan dengan saya dan anak saya. Heri dianggap sebagai keponakan.
Heri sering bepergian bersama Lilie, bermain-main di taman kota yang ramai dikunjungi orang, duduk bersama di bawah pohon-pohon yang rindang dan dikelilingi oleh taman bunga yang didominasi warna kuning itu. Hubungan cinta itu makin lama makin mendalam dan Heri memberi tahu pada saya bahwa mereka akan mengikat hubungan itu dengan sebuah perkawinan. Sampai pada suatu hari sahabat saya, Pak Komar, datang ke rumah. Ia rupanya memprihatinkan hubungan Heri dan Lilie. Ketika bertemu di rumah dalam kunjunganya ke Jakarta, Pak Komar berkata, ’’Mas, tanpa maksud mencampuri urusan keluarga Mas, saya ingin memberi tahu sesuatu demi Heri,’’ katanya.
’’ Apa itu Pak Komar?’’
’’Begini, saya sarankan agar Heri mempertimbangkan rencana perkawinannya dengan Lilie.’’
’’Lho, emangnya kenapa?’’
’’Saya beritahukan bahwa Lilie itu sebenarnya bukan anak angkat Pak Susanto sesungguhnya.’’
’’Lalu, hubungannya apa?’’
’’Pak Susanto itu sebenarnya bujang lokal di Kun Ming yang mengangkat Lilie dan Susy sebagai anak angkat. Tapi, sebenarnya keduanya dipelihara sebagai perempuan simpanan. Mereka itu tinggal serumah dan bisa melakukan apa saja. Pak Susanto, sekembalinya ke China tidak mau kawin lagi, tapi ia butuh perempuan karena kebutuhan seksnya tinggi. Saya diberi tahu bahwa ia butuh tiga kali hubungan badan seminggu. Karena itu, ia memerlukan dua perempuan. Anak angkat lainnya adalah Susy yang dipungut dari keluarga miskin, ketika menginjak remaja.’’
Tentu saja saya sangat terkejut mendengar cerita Pak Komar itu. Hal itu kemudian saya sampaikan kepada ibunya Heri, kakaknya Heru, dan adiknya Hera. Mereka sebenarnya belum pernah ketemu dengan Lilie maupun Susy. Tapi kesemuanya percaya kepada cerita Pak Komar.
Kami kemudian sepakat menyampaikan hal itu kepada Heri langsung. Anak saya itu tak kurang terkejutnya dan menjawab ingin mengecek hal itu kepada Lilie. Ketika pulang dari Kun Ming Heri memberi tahu kepada kami terus terang bahwa cerita Pak Komar itu benar. Lilie mengakui sendiri. Hanya saja, Lilie memberi tahu bahwa semenjak berpacaran dengan Heri, ia berhenti berhubungan seks dengan Pak Susanto. Lilie juga telah menyampaikan niatnya kepada bapak angkatnya itu bahwa ia ingin membebaskan diri dari pemeliharaan Pak Susanto dan minta diizinkan kawin dengan Heri.
Heri ternyata menerima kejujuran Lilie, walaupun tidak bisa menyembuhkan kekecewaannya. Dua saudara Heri tegas menolak perkawinan keduanya. Ibunya netral, demikian pula saya sendiri. Yang saya hargai adalah niat Heri untuk membebaskan Lilie dari kehidupan berdosa dan menjadikan Lilie sebagai orang merdeka. Dengan kawin itulah Lilie bisa terbebas. Dan, Heri bersedia menolong Lilie yang memang ia cintai itu. Tapi, kedua saudaranya tetap menolak, sehingga Heri tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memutuskan hubungan cintanya pada Lilie. Itulah dilema yang dihapi Heri ketika mendengarkan senandung lagu Sushata. Sebagai bapaknya yang menyayanginya, saya ikut sedih melihatnya.
Pada malam berikutnya, dalam suasana senandung Sushata yang sama, ketika saya menengoknya, tiba-tiba Heri menerima telepon. Saya bertanya siapa yang menelepon, Heri menjawab, Pak Susanto dari Kun Ming. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi saya mendengar perkataan Heri bahwa ia akan segera berangkat ke Kun Ming dan memecahkan masalahnya. Setelah selesai berbicara di telepon saya bertanya kepada Heri, mengapa ia harus pergi ke Kun Ming dan bagaimana memecahkan masalahnya. Heri tidak memberi jawaban apa-apa. Dan, memang, tiga hari bertikutnya Heri berangkat ke Kun Ming dengan tidak memberi tahu apa yang akan ia lakukan.
Sesampai di Kun Ming, Heri berkirim surat yang menceritakan bahwa kondisi Lilie sangat memprihatinkan setelah putus cinta. Ia bahkan mengancam hendak bunuh diri jika tidak dikembalikan cintanya. Ia tidak mau makan dan terus-menerus menangis. Hati Heri menjadi sangat terenyuh dan akhirnya memutuskan untuk menyambung cintanya, bahkan meminta Lilie untuk jadi istrinya, asalkan Lilie mau menikah secara tradisi muslim China dan bersedia untuk tinggal di Indonesia. Mendengar lamaran Heri itu, kontan Lilie merasa sangat berbahagia dan bersedia memenuhi permintaan Heri.
Akhirnya, pada hari pernikahan yang ditentukan, saya dan ibu Heri datang ke Kun Ming untuk menghadiri dan ikut serta dalam upacara pernikahan menurut adat China muslim itu. Kahadiran saya dan istri menandai persetujuan kami sebagai orang tua atas perkawinan dua remaja itu. Dengan perkawinan itu, maka Lilie terbebas dari hidup di kubang dosa yang selama ini ia jalani.
Kembang-kembang musim semi ketika itu seolah-olah ikut menyambut perkawinan dua remaja lain bangsa dan lain kepercayaan itu, walapun pada akhirnya Lilie dengan sukarela memeluk agama Islam dan menjadi anggota komunitas muslim Provinsi Yunan. ***
Jakarta, 8 Juli 2008
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar