Rabu, 01 Desember 2010

Lelaki Puisi dan Perempuan Menanti

Kunthi Hastorini
http://www.sinarharapan.co.id/

Sebaris puisi mendarat di pinggir jendela tua. Lirih suaranya menyapa perempuan yang tengah pulas dalam pembaringannya. Diusapnya pipi perempuan itu dengan mesra.

”Selamat pagi cintaku,” demikian ia bersuara.

Perlahan mata perempuan yang terpejam itu terbuka. Sebinar cahaya melesat dari kedua bilik matanya yang bening. Demi melihat kehadiran puisi, ia tersenyum.

”Selamat pagi,” sahutnya manja.

Perlahan disibaknya selimut tebal yang menutup tubuh rampingnya. Direntangkan kedua tangannya ke udara sambil mendesah pelan, ”Kau tahu aku begitu merindumu. Tadi malam aku bermimpi tentangmu.”

Dan sebaris demi sebaris kata menyatu menjadi sebait puisi. Mengangkasa ia ke udara berputar-putar selaksa tiba-tiba berubah menjadi sosok manusia. Dengan matanya yang lembut menyerpih rindu ke bilik jiwa perempuan. Demikian ia kerap hadir, sebagaimana perempuan menyebutnya: lelaki puisi.

”Kau tahu aku rindu padamu,” lirih suara perempuan. Lelaki puisi menatap perempuan, lalu seusap jemarinya menyentuh wajah perempuan.

”Aku pun merindumu,” bisiknya lembut, ”Tapi bukankah aku selalu hadir bagimu, perempuanku. Meski melalui puisi cukuplah basuh dahagamu.”

Perempuan tertunduk pilu, ”Puisi-puisi telah berterbangan mengusap letihku. Tapi, tak-kah Kau tahu semakin kurengkuh ia semakin dahaga jiwaku.”

”Kau adalah puisiku, perempuanku. Tak henti mengalir menganak-sungai muara rinduku,” sahut lelaki.

”Tak kau merindu aku,” rintih perempuan dengan nyala mata menahan resah.

”Aku merindukan dirimu. Jika tak, untuk apa aku hadir di sini tuk sapa dirimu,”

”Ahhh…rindu sebatas puisi bagimu,” desah perempuan meratap menatap angkasa yang biru. Perlahan bulir bening mengalir dari kelopak matanya.

Sekerjap mata lelaki tak mengerti mencoba meraih wajah perempuan berlinang airmata. Namun, perempuan menepis.

”Pergilah!” desahnya di sela rimis gerimis tiba-tiba meluncur dari angkasa, ”Aku harus segera memulai aktivitasku,” usirnya.

Lelaki puisi membisu. Segurat luka terbaca dari matanya. Namun, perempuan tak peduli. Dilipatnya selimut tanpa menoleh ke arah lelaki.

Demikian udara tiba-tiba berputar-putar. Bercerai-berai sosok lelaki, menyerpih menjadi huruf-huruf yang bersedih, mengucap, ”Aku akan kembali padamu.” Lalu menghilang dalam hitungan detik waktu.Dan perempuan tertunduk pilu.

****
Hari begitu terik, perempuan melangkah telusuri trotoar. Seperti hari-hari lalu, ia harus segera tuntaskan agenda-agendanya. Jika tak ingin Pak Agus, bosnya, menegur dan mengejeknya sebagai pemalas. Bukan sekali-dua kali lelaki itu menyemprotnya dengan kata-kata yang tajam, tapi hampir setiapkali. Dan, perempuan mulai bosan dengan sikap bosanya itu. Di mata bosnya seolah-olah tak satu pun tugas yang dikerjakannya dengan benar.

Memasuki kantor full ac perempuan mencoba menebar senyum, sembunyikan capai batinnya. Segamit tangan menyapanya dari belakang. Kiranya May, sahabatnya tersenyum padanya.

”Sas, Pak Agus sudah datang. Ia mencarimu,” ujarnya.

Sudah datang? Sepagi ini? Saskia terbelalak, padahal satu laporan belum lagi selesai dikerjakannya. Terbayang di benaknya wajah dingin Pak Agus menatapnya sinis dengan mulut penuh cacian.

”Sudahlah! Tak usah tegang, Sas!” May coba menghiburnya, ”Tak separah bayanganmu.”

Saskia menghela napas pelan. ”Aku pergi, May,” ujarnya.

Krek. Pintu ruang Pak Agus terkuak perlahan.

”Permisi, Pak,” ujar Saskia dekat pintu, ”Bapak mencari saya?”

Lelaki berperawakan kurus itu mengangguk tanpa menoleh sedikit pun ke arah Saskia. Saskia mendekat seraya duduk di hadapannya.

”Bagaimana dengan laporan kemarin, Sas?” tanyanya.

”Sudah saya kerjakan, Pak” sahut Saskia sambil mengangsurkan lembar-lembar pekerjaannya ke dekat Pak Agus.

Lembar-lembar itu kini ada di tangan lelaki itu. Matanya tajam meneliti satu-satu lembarnya. Kepalanya yang botak menganguk-angguk, ”Bagus juga!” pujinya.

”Tapi…,” ujarnya, ”Ada yang kurang kan Sas?”

Saskia mengangguk pelan, ”Ya Pak, laporan pemasaran yang kemarin baru separuh saya selesaikan. Rencananya saya selesaikan siang ini. ”

”Lambat sekali Kau Sas!” tandas lelaki itu tajam.

Setajam belati matanya menusuk ulu hati Saskia. Saskia tak bersuara. Hanya, hatinya berontak, sungguh tak berperikemanusiaan! Begitu banyak laporan harus diselesaikan dalam satu waktu. Aku bukannya mesin tapi manusia biasa!.

”Sudahlah! Aku beri waktu sampai siang ini,” tak seperti biasa lelaki itu mengakhiri cemoohannya begitu cepat.

Setelah mengucapkan salam, Saskia segera meninggalkan ruang yang terasa kian pengap baginya itu. Wajah gelisah May menyambutnya di luar.

****
Senja demikian jingga, perempuan menatap cakrawala nun di sana. Seperti ingin diadukannya segala peristiwa yang mendera hatinya sehari itu. Tapi, hanya bisu memburu, sebab cakrawala pun tak berkata-kata.

Helaian rambutnya menari-nari dipermainkan udara. Dingin tiba-tiba menelusup di antara lapisan epidermis kulitnya. Seperti sajak yang tiba-tiba merajuk bersama udara, bergumul ia dalam sebentuk puisi.

”Aku datang, Sayang,” bisiknya pelan sepelan desirnya meniup telinga Saskia, ”Kenapa kau tampak begitu sedih?”

Saskia meronta, seperti coba ditepisnya bayang dari jasad yang lama dinantinya. Namun, tak ketika tiba-tiba ia merengkuh bahu Saskia dengan telapak lembutnya.

”Usah bersedih, sedang hari begitu indah untuk kau nikmati,” bisiknya.

”Aku letih, Kau tahu?” demikian rintih perempuan, ”Seharian ini atasanku yang sinis itu mencemoohku. Seolah aku benda mati yang tak punya hati, ”

” Bersabarlah, sayang!”
”Aku sudah cukup bersabar!” protesnya, ”Tapi apa yang kudapat. Aku ingin pindah kerja saja!”

Seusap jemari menyentuh helai rambut perempuan, ”Tak-kah kau pikir dulu baik-buruknya?”

Perempuan mengeluh. Seiris pilu kembali menikam batinnya.

”Harusnya kau hadir di sini menemani aku, ” keluhnya.

Jemari itu berhenti mengusap. Sebisu cakrawala, ia membeku.

”Tak-kah kau tahu. Aku bosan dengan imajimu. Aku tak butuh imaji itu, aku butuh kamu sebagai dirimu sendiri, aku letih.”

Lelaki puisi memandang perempuan dalam-dalam. Perempuan yang selalu menjadi inspirasi baginya, terus mengalir seperti air. Seperti napas yang diirup dan diembuskannya, seperti itu pula ia selalu mencintai perempuannya itu.

”Mengapa tak kau nikmati saja kehadiranku ini?” bisik lembut lelaki merajuk, ”Bukankah Kau mencintai aku sebagai adanya aku,”

” Ya, tapi…”

”Sudahlah. Usah kau menuntut jasadku untuk merengkuh jasadmu. Biar saja jiwa kita yang bertemu berpadu seperti ini,” bisiknya lagi, ”Akan lebih indah bagi kita. Jasad hanya akan membuat gesekan-gesekan meniada sebentuk ideal.”

”Aku tak butuh sebuah keidealan semu! Aku butuh kamu!” lengking suara perempuan, ”Aku telah bosan menantimu.”

”Hidup hanya sebuah kesemuan, sayang.”

Sebisu cakrawala bibir perempuan terkatup. Segores luka kembali menganga. Tak lebih dari sekadar inspirasi aku bagimu, lelakiku. Demikian jerit batin perempuan berloncatan. Bulir-bulir bening tiba-tiba menghening. Sekuyup harap basah meresah punah. Punah digilas gelisah.

”Pergilah!” tiba-tiba mulut beku perempuan kembali bersuara. Matanya tak siratkan bahagia. Hatinya seakan meratap ke arah cakrawala yang masih tetap jingga.

Lelaki menggeleng, ”Tak kan kutinggalkan kau.”

”Pergilah!” ulang perempuan, ”Tak-kah jelas bagimu ucapku!”

”Aku mencintamu.”

”Cukuplah itu menipuku,” sahut perempuan, ”Pergilah!”

”Beri aku kata itu sekali lagi, sayang!”

Perempuan menggeleng. Hening semakin menikam teduh matanya. Tak sampai tangan lelaki yang mencoba meraihnya.

Seketika itu huruf-huruf berhamburan ke udara. Huruf–huruf yang menangis seperti gerimis yang tiba-tiba meluncur dari angkasa. Teduh mata perempuan memandang rimisnya. Huruf-huruf yang tertiup membawa pergi Lelaki Puisi, menghilang. Seperti gersang yang ditinggalkannya dalam ruang. Perempuan berdiri seketika merentang tangan menyapa udara. Seakan ucapkan salam perpisahan bagi sebuah penantian yang panjang.

****
Di tempat yang jauh, di waktu yang sama. Lelaki dengan jasadnya tengah terpekur di hadapan kotak komputernya yang bisu. Tiba-tiba jemarinya berhenti menari di atas tuts keyboard-nya. Sesepi senja yang menyelinap pergi dengan kerudung jingganya. Tak perempuan hadir dalam kata. Tak mengalir seperti biasa. Beku! Bisu! Mencumbu pilu. Mungkin, rindu pun telah membatu. Menatap monitor masihlah kosong!.

Malang, 2002

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar