Kunthi Hastorini
http://www.sinarharapan.co.id/
Sebaris puisi mendarat di pinggir jendela tua. Lirih suaranya menyapa perempuan yang tengah pulas dalam pembaringannya. Diusapnya pipi perempuan itu dengan mesra.
”Selamat pagi cintaku,” demikian ia bersuara.
Perlahan mata perempuan yang terpejam itu terbuka. Sebinar cahaya melesat dari kedua bilik matanya yang bening. Demi melihat kehadiran puisi, ia tersenyum.
”Selamat pagi,” sahutnya manja.
Perlahan disibaknya selimut tebal yang menutup tubuh rampingnya. Direntangkan kedua tangannya ke udara sambil mendesah pelan, ”Kau tahu aku begitu merindumu. Tadi malam aku bermimpi tentangmu.”
Dan sebaris demi sebaris kata menyatu menjadi sebait puisi. Mengangkasa ia ke udara berputar-putar selaksa tiba-tiba berubah menjadi sosok manusia. Dengan matanya yang lembut menyerpih rindu ke bilik jiwa perempuan. Demikian ia kerap hadir, sebagaimana perempuan menyebutnya: lelaki puisi.
”Kau tahu aku rindu padamu,” lirih suara perempuan. Lelaki puisi menatap perempuan, lalu seusap jemarinya menyentuh wajah perempuan.
”Aku pun merindumu,” bisiknya lembut, ”Tapi bukankah aku selalu hadir bagimu, perempuanku. Meski melalui puisi cukuplah basuh dahagamu.”
Perempuan tertunduk pilu, ”Puisi-puisi telah berterbangan mengusap letihku. Tapi, tak-kah Kau tahu semakin kurengkuh ia semakin dahaga jiwaku.”
”Kau adalah puisiku, perempuanku. Tak henti mengalir menganak-sungai muara rinduku,” sahut lelaki.
”Tak kau merindu aku,” rintih perempuan dengan nyala mata menahan resah.
”Aku merindukan dirimu. Jika tak, untuk apa aku hadir di sini tuk sapa dirimu,”
”Ahhh…rindu sebatas puisi bagimu,” desah perempuan meratap menatap angkasa yang biru. Perlahan bulir bening mengalir dari kelopak matanya.
Sekerjap mata lelaki tak mengerti mencoba meraih wajah perempuan berlinang airmata. Namun, perempuan menepis.
”Pergilah!” desahnya di sela rimis gerimis tiba-tiba meluncur dari angkasa, ”Aku harus segera memulai aktivitasku,” usirnya.
Lelaki puisi membisu. Segurat luka terbaca dari matanya. Namun, perempuan tak peduli. Dilipatnya selimut tanpa menoleh ke arah lelaki.
Demikian udara tiba-tiba berputar-putar. Bercerai-berai sosok lelaki, menyerpih menjadi huruf-huruf yang bersedih, mengucap, ”Aku akan kembali padamu.” Lalu menghilang dalam hitungan detik waktu.Dan perempuan tertunduk pilu.
****
Hari begitu terik, perempuan melangkah telusuri trotoar. Seperti hari-hari lalu, ia harus segera tuntaskan agenda-agendanya. Jika tak ingin Pak Agus, bosnya, menegur dan mengejeknya sebagai pemalas. Bukan sekali-dua kali lelaki itu menyemprotnya dengan kata-kata yang tajam, tapi hampir setiapkali. Dan, perempuan mulai bosan dengan sikap bosanya itu. Di mata bosnya seolah-olah tak satu pun tugas yang dikerjakannya dengan benar.
Memasuki kantor full ac perempuan mencoba menebar senyum, sembunyikan capai batinnya. Segamit tangan menyapanya dari belakang. Kiranya May, sahabatnya tersenyum padanya.
”Sas, Pak Agus sudah datang. Ia mencarimu,” ujarnya.
Sudah datang? Sepagi ini? Saskia terbelalak, padahal satu laporan belum lagi selesai dikerjakannya. Terbayang di benaknya wajah dingin Pak Agus menatapnya sinis dengan mulut penuh cacian.
”Sudahlah! Tak usah tegang, Sas!” May coba menghiburnya, ”Tak separah bayanganmu.”
Saskia menghela napas pelan. ”Aku pergi, May,” ujarnya.
Krek. Pintu ruang Pak Agus terkuak perlahan.
”Permisi, Pak,” ujar Saskia dekat pintu, ”Bapak mencari saya?”
Lelaki berperawakan kurus itu mengangguk tanpa menoleh sedikit pun ke arah Saskia. Saskia mendekat seraya duduk di hadapannya.
”Bagaimana dengan laporan kemarin, Sas?” tanyanya.
”Sudah saya kerjakan, Pak” sahut Saskia sambil mengangsurkan lembar-lembar pekerjaannya ke dekat Pak Agus.
Lembar-lembar itu kini ada di tangan lelaki itu. Matanya tajam meneliti satu-satu lembarnya. Kepalanya yang botak menganguk-angguk, ”Bagus juga!” pujinya.
”Tapi…,” ujarnya, ”Ada yang kurang kan Sas?”
Saskia mengangguk pelan, ”Ya Pak, laporan pemasaran yang kemarin baru separuh saya selesaikan. Rencananya saya selesaikan siang ini. ”
”Lambat sekali Kau Sas!” tandas lelaki itu tajam.
Setajam belati matanya menusuk ulu hati Saskia. Saskia tak bersuara. Hanya, hatinya berontak, sungguh tak berperikemanusiaan! Begitu banyak laporan harus diselesaikan dalam satu waktu. Aku bukannya mesin tapi manusia biasa!.
”Sudahlah! Aku beri waktu sampai siang ini,” tak seperti biasa lelaki itu mengakhiri cemoohannya begitu cepat.
Setelah mengucapkan salam, Saskia segera meninggalkan ruang yang terasa kian pengap baginya itu. Wajah gelisah May menyambutnya di luar.
****
Senja demikian jingga, perempuan menatap cakrawala nun di sana. Seperti ingin diadukannya segala peristiwa yang mendera hatinya sehari itu. Tapi, hanya bisu memburu, sebab cakrawala pun tak berkata-kata.
Helaian rambutnya menari-nari dipermainkan udara. Dingin tiba-tiba menelusup di antara lapisan epidermis kulitnya. Seperti sajak yang tiba-tiba merajuk bersama udara, bergumul ia dalam sebentuk puisi.
”Aku datang, Sayang,” bisiknya pelan sepelan desirnya meniup telinga Saskia, ”Kenapa kau tampak begitu sedih?”
Saskia meronta, seperti coba ditepisnya bayang dari jasad yang lama dinantinya. Namun, tak ketika tiba-tiba ia merengkuh bahu Saskia dengan telapak lembutnya.
”Usah bersedih, sedang hari begitu indah untuk kau nikmati,” bisiknya.
”Aku letih, Kau tahu?” demikian rintih perempuan, ”Seharian ini atasanku yang sinis itu mencemoohku. Seolah aku benda mati yang tak punya hati, ”
” Bersabarlah, sayang!”
”Aku sudah cukup bersabar!” protesnya, ”Tapi apa yang kudapat. Aku ingin pindah kerja saja!”
Seusap jemari menyentuh helai rambut perempuan, ”Tak-kah kau pikir dulu baik-buruknya?”
Perempuan mengeluh. Seiris pilu kembali menikam batinnya.
”Harusnya kau hadir di sini menemani aku, ” keluhnya.
Jemari itu berhenti mengusap. Sebisu cakrawala, ia membeku.
”Tak-kah kau tahu. Aku bosan dengan imajimu. Aku tak butuh imaji itu, aku butuh kamu sebagai dirimu sendiri, aku letih.”
Lelaki puisi memandang perempuan dalam-dalam. Perempuan yang selalu menjadi inspirasi baginya, terus mengalir seperti air. Seperti napas yang diirup dan diembuskannya, seperti itu pula ia selalu mencintai perempuannya itu.
”Mengapa tak kau nikmati saja kehadiranku ini?” bisik lembut lelaki merajuk, ”Bukankah Kau mencintai aku sebagai adanya aku,”
” Ya, tapi…”
”Sudahlah. Usah kau menuntut jasadku untuk merengkuh jasadmu. Biar saja jiwa kita yang bertemu berpadu seperti ini,” bisiknya lagi, ”Akan lebih indah bagi kita. Jasad hanya akan membuat gesekan-gesekan meniada sebentuk ideal.”
”Aku tak butuh sebuah keidealan semu! Aku butuh kamu!” lengking suara perempuan, ”Aku telah bosan menantimu.”
”Hidup hanya sebuah kesemuan, sayang.”
Sebisu cakrawala bibir perempuan terkatup. Segores luka kembali menganga. Tak lebih dari sekadar inspirasi aku bagimu, lelakiku. Demikian jerit batin perempuan berloncatan. Bulir-bulir bening tiba-tiba menghening. Sekuyup harap basah meresah punah. Punah digilas gelisah.
”Pergilah!” tiba-tiba mulut beku perempuan kembali bersuara. Matanya tak siratkan bahagia. Hatinya seakan meratap ke arah cakrawala yang masih tetap jingga.
Lelaki menggeleng, ”Tak kan kutinggalkan kau.”
”Pergilah!” ulang perempuan, ”Tak-kah jelas bagimu ucapku!”
”Aku mencintamu.”
”Cukuplah itu menipuku,” sahut perempuan, ”Pergilah!”
”Beri aku kata itu sekali lagi, sayang!”
Perempuan menggeleng. Hening semakin menikam teduh matanya. Tak sampai tangan lelaki yang mencoba meraihnya.
Seketika itu huruf-huruf berhamburan ke udara. Huruf–huruf yang menangis seperti gerimis yang tiba-tiba meluncur dari angkasa. Teduh mata perempuan memandang rimisnya. Huruf-huruf yang tertiup membawa pergi Lelaki Puisi, menghilang. Seperti gersang yang ditinggalkannya dalam ruang. Perempuan berdiri seketika merentang tangan menyapa udara. Seakan ucapkan salam perpisahan bagi sebuah penantian yang panjang.
****
Di tempat yang jauh, di waktu yang sama. Lelaki dengan jasadnya tengah terpekur di hadapan kotak komputernya yang bisu. Tiba-tiba jemarinya berhenti menari di atas tuts keyboard-nya. Sesepi senja yang menyelinap pergi dengan kerudung jingganya. Tak perempuan hadir dalam kata. Tak mengalir seperti biasa. Beku! Bisu! Mencumbu pilu. Mungkin, rindu pun telah membatu. Menatap monitor masihlah kosong!.
Malang, 2002
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar