Rabu, 01 Desember 2010

Desah di Tegalan Singkong

TE Priyono
http://www.kr.co.id/

DERU NAFASNYA bak dengusan laju kereta, membelah sunyi malam. Ini kali pertama segalanya berjalan tanpa ada tekanan. Tak ada rontaan, apalagi teriakan dan sumpah serapah menjijikkan. Dibiarkannya rabaan tangan yang semakin nakal menelusuri tubuhnya, mengikuti lekuk-liku tubuh sintal yang menjadi kebanggaannya. Dia pilih menyerah, menikmati liarnya gairah yang selama hidup baru kali ini bisa dirasakannya. Kian riuh desah nafasnya. Semakin dalam tubuhnya ditanam memasuki dunia khayalan, membangun imajinasi kemesraan yang selama ini hanya sebagai gincu kehidupannya.

“Kali ini biarlah, untuk perkenalan kau kugratiskan,” begitu jujurnya ucapan itu meluncur tanpa ada beban dari mulut Kadarsih. Laki-laki itu cuma tersenyum sembari membenahi kancing celananya.

Tidak seperti biasa, tamu yang satu ini begitu mengesankan hati. Sudah ratusan bahkan ribuan lebih lelaki yang datang dan pergi meneguk kenikmatan tubuhnya, sesaat. Semua tidak ada yang meninggalkan kesan. Bahkan, kebanyakan justru hanya menjadikan tubuhnya sebagai pelampiasan, tempat pembuangan sampah syahwat. Menyakitkan memang. Tetapi begitulah jalan nasib yang harus dijalani.

Kalau saja orangtuanya tidak mendesak dia ikut Darman bekerja di Surabaya, mungkin cerita kehidupannya akan menjadi lain. Dia tidak akan pernah jadi penghuni kompleks Dolly. Paling tidak, seperti yang pernah dikatakan kepada Narsih, temannya sepermainan di kampung. Dia kepingin jadi seorang ibu yang baik, mengasuh anak-anaknya. Suatu keinginan yang wajar bagi gadis. Naluri keperempuanannya selalu bergerak untuk menjadi kekasih-abadi bagi belahan hati.

Tapi kemiskinan yang melibas kehidupan orangtuanya, telah membutakan mata dan kejernihan fikir. Begitulah kenyataan yang terjadi. Dalam keadaan miskin, segalanya bisa terjadi. Kemiskinan bisa mengubah seseorang menjadi pendusta, perampok, pembunuh, bahkan murtad. Keluar dari keyakinan agama. Sehingga tidak berlebihan ketika Darman, pemuda yang dulu sering bikin onar dan menjadi jagoan di kampungnya, menjanjikan pekerjaan bagi Kadarsih. Kedua orangtuanya percaya, lalu melepas anak gadisnya, yang sebenarnya belum dewasa benar.

“Lik Jino tidak perlu khawatir. Juraganku orang baik. Lik Jino bisa lihat sendiri. Dulu aku suka bikin onar, pengangguran dan miskin. Tetapi sekarang, aku bisa beli motor, jam tangan emas, gelang, cincin, kalung emas dan lainnya. Ini semua barang mahal Lik,” tutur Darman sembari menunjukkan barang yang dipakainya.

Kadarsih tercengang. Takjub melihat untaian kalung dan gelang yang dipakai Darman. Belum pernah seumur hidupnya membayangkan, apalagi mengimpikan memiliki perhiasan semewah itu.

“Kalau Kadarsih mau ikut aku, dia nanti juga bisa memiliki semua ini, Lik. Mungkin bisa melebihi apa yang aku pakai sekarang ini!” tutur Darman lagi sambil tersenyum.

Entah bayangan apa yang tiba-tiba muncul di benak orangtua Kadarsih, begitu Darman menjatuhkan dua lembar uang kertas duapuluhribuan. Kedua orangtuanya mengikhlaskan anaknya dibawa Darman untuk diberi pekerjaan.

“Ini aku tinggali uang sedikit, Lik Jino. Nanti kalau Kadarsih sudah kerja di kota, dia pasti akan kirim uang lebih banyak lagi!” ucapan Darman bagai memiliki kekuatan hipnotis yang memukau.

Kadarsih cuma bisa menerima keputusan sepihak itu. Orang-tuanya tidak pernah tahu, Darman pernah berbuat kurangajar kepadanya. Darman pernah mencium dan meremas dadanya secara paksa. Pernah juga laki-laki itu hampir menidurkannya di tegalan singkong, sewaktu dia merumput di tegalan dekat gunung. Untung saja belum sampai niatnya terlaksana, tangan Kadarsih sempat mengayunkan sabit. Tepat mengenai bagian paha Darman, yang kemudian lari tunggang langgang berlumuran darah.

Rahasia itu tidak pernah diceritakan pada siapapun. Dia tidak mau semua orang mengetahui aib itu. Dia tidak mau orang tahu kalau dirinya pernah dicium Darman, dicabuli laki-laki kurangajar itu.

Sejak kejadian itu, Darman pergi entah ke mana. Tidak pernah ada yang tahu. Kadarsih pun tidak pernah mempersoalkan lagi peristiwa itu. Kemunculan Darman yang tiba-tiba itu, hampir menggegerkan seisi kampung. Tapi ternyata Darman sudah berubah. Pengangguran yang suka bikin onar itu, sekarang menjadi laki-laki perlente!

**

DARMAN tidak lagi memiliki nafsu syahwat. Sabetan sabit Kadarsih dulu, ternyata tidak hanya melukai bagian paha, tetapi telak mengenai alat vitalnya. Ada bagian otot penting yang berfungsi membangkitkan seks, putus. Darman impoten total!

Jalan hidup Darman jadi berubah. Dia memang tidak kurangajar lagi. Paling tidak begitulah kesannya setelah muncul kembali. Karena itu, dia memperlakukan Kadarsih seperti menjaga mutiara.

“Kita sudah sampai, Sih. Bosku baru pergi. Kau tunggu dulu di sini ya. Aku buatkan minuman. Kamu pasti haus,” Darman dengan sopan menyuruh Kadarsih duduk di sofa. Dia sebetulnya enggan. Tetapi Darman begitu saja meninggalkannya di ruangan yang sangat mewah, dalam pandangan Kadarsih yang lugu.

Setelah menikmati minuman yang diberikan Darman, Kadarsih merasakan pening luarbiasa. Tubuhnya tiba-tiba terasa ringan dan pandangan kabur. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi.

Kadarsih mendapatkan dirinya terdampar di kasur busa tanpa ada sehelai kain yang menutupi tubuhnya. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi. Hanya rasa perih yang sangat pada alat kelaminnya, begitu badannya bergerak hendak meraih pakaiannya yang berserakan di lantai. Kadarsih baru menyadari, Darman telah menjual keperawanannya pada Bosnya. Kadarsih pun menangis sejadinya.
***

“NAMAKU Sumarsih. Kau boleh panggil Asih atau siapa saja sesukamu,” tutur Kadarsih sambil menebar senyum. Laki-laki itu hanya mengangguk pelan.

“Kau hebat. Baru sekali ini dalam hidupku merasakan kenikmatan seperti itu. Lucu memang, perempuan sundal seperti aku, baru bisa merasakan nikmatnya persetubuhan setelah sekian tahun!” tutur Kadarsih sambil tertawa.

Laki-laki itu tidak memberikan komentar. Dicabutnya selembar limapuluhribuan dari dompetnya. Dilemparnya uang itu di atas ranjang yang masih kusut selimutnya. Tidak ada lagi basa-basi. Semua berlalu layaknya perpisahan antara penjual dan pembeli. Laki-laki itu berlalu.

“Tunggu!” pinta Kadarsih dengan lembut. Laki-laki itu berhenti. Sejenak dipandanginya Kadarsih yang kemudian berdiri tepat di depannya.

“Kuminta kau menerima tawaranku tadi. Sebagai perkenalan, kau kugratiskan,” tutur Kadarsih sembari memagut leher laki-laki itu.

“Terima kasih. Tetapi aku keberatan. Kau jual tubuhmu, aku membelinya. Sudah seharusnya aku membayar untuk itu,” tutur laki-laki itu kalem.

“Tapi kau tidak keberatan jadi teman baikku kan?”
“Mmm… baiklah!”

“Trims!! dan Kadarsih sekali lagi memagut leher lelaki itu.
***

SEJAK MENJADI penghuni gang Dolly, Kadarsih tidak pernah lagi pulang ke kampungnya. Dia tidak berani. Darman telah membalas dendam atas peristiwa di ladang singkong itu, dengan menjual keperawanan Kadarsih pada Bosnya. Laki-laki itu kemudian menyerahkan Kadarsih pada seorang germo di kompleks Dolly. Bukan itu saja, Darman kemudian juga menyebarkan kabar kalau Kadarsih di Surabaya hidup sebagai pelacur. Darman pun tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya.

Tapi, suatu hari Surabaya geger. Ditemukan sesosok mayat yang mengerikan keadaannya. Menurut identitasnya, orang itu bernama Darman. Sudarman nama lengkapnya.

“Ini baru berita namanya!” teriak Darsih di kamarnya Gang Dolly, setelah membaca koran hari itu. “Maka jangan meremehkan wanita!”

Bantul, Maret 2002

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar