Jumat, 10 September 2010

Mistik Pesantren dalam Puisi dan Cerpen I

Bagian pertama dari dua tulisan
Binhad Nurrohmat
http://www.infoanda.com/Republika

Keberadaan pesantren selama ratusan tahun di negeri ini telah menjadikannya sebagai satuan ranah subkultur dengan corak tradisi yang khas dan hidup di antara kultur-kultur yang lain. Pesantren mempertahankan dan mengembangkan keberadaannya dalam jangka waktu panjang dengan mentransformasi secara eklektik kondisi masyarakat sekitarnya tanpa melenyapkan jati dirinya.

Kultur dan tradisi pesantren dalam kehidupan nyata sehari-hari mendasarkan diri pada hadits dan Alquran, kitab kuning (fiqih klasik), dan mewarisi sebagian watak kultur dan tradisi lokal (mistik, misalnya) tempat pesantren berada. Dalam sejarahnya, kultur dan tradisi pesantren menghargai kultur dan tradisi lokal secara halus dan kreatif sehingga terhindar dari konflik.

Kiprah Wali Sembilan yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa menjadi model eklektik kultur dan tradisi pesantren. Tradisi sastra yang diciptakan para penyebar Islam awal di Nusantara itu memakai Bahasa Jawa, bukan bahasa primer sumber ajaran Islam, yaitu Bahasa Arab.

Tembang dan syair berbahasa Jawa kreasi sastra para wali itu hidup hingga kini di surau, langgar, dan masjid di berbagai pelosok (khususnya) tanah Jawa. Strategi kebudayaan eklektik para wali itu menjadi prestasi legendaris dalam sejarah kebudayaan Islam di negeri ini dan menjadi watak kultur dan tradisi pesantren hingga kini.

Tradisi sastra itu lumrah terselenggara karena masyarakat pesantren punya tradisi baca yang kuat atau kental tradisi literaturnya. Pesantren, sejak awal hingga kini, menjadikan kitab-kitab klasik (bahasa Arab, filsafat, fiqih, logika, dan ilmu-ilmu lainnya) sebagai sumber ilmu dan pengetahuan yang menjaga tiang-tiang utama eksistensinya.

Dalam perkembangannya, pesantren juga mengadopsi model pendidikan sekolah yang mengajarkan ilmu dan pengetahuan yang telah mengalami perkembangan pesat dalam peradaban masyarakat Barat (bahasa Inggris dan ilmu-ilmu lainnya).

Banyak intelektual dan budayawan Muslim terpenting di negeri ini adalah pribadi yang dekat dengan kultur dan tradisi pesantren. Mereka memiliki kemampuan kosmopolit yang menggali atau mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dari sumber-sumber asli berbahasa Arab maupun berbahasa Inggris. Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Najib, dan Nurcholish Madjid merupakan sedikit contoh tokoh intelektual dan budayawan terkemuka yang memiliki basis kultur dan tradisi pesantren itu.

Sebagai satuan ranah subkultur yang khas, maka corak maupun pernik sosial, antropologis, maupun religiusitas dunia pesantren menyata dalam keseharian masyarakatnya dan muncul dalam karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang yang tumbuh dalam ranah subkultur itu.

Setelah Jamil Suherman yang pada dekade 1970-an menulis cerpen-cerpen yang digali dari kehidupan kultur dan tradisi pesantren, pada dekade 2000-an hingga sekarang muncul cerpen-cerpen yang menjadikan kehidupan pesantren sebagai sumber penciptaan karya sastra secara spesifik dan dengan kecenderungan perspektif mistik Islam (Sufisme).

Kecenderungan itu memiliki perspektif yang senafas dengan puisi-puisi yang ditulis para penyair Indonesia (dekade 1980-an hingga sekarang) yang punya kedekatan dengan kultur dan tradisi pesantren. D Zawawi Imron, Emha Ainun Najib, Acep Zamzam Noor, Jamal D Rahman, Kuswaidi Syafii, Mathori A Elwa, Amien Wangsitalaja, Ahmad Syubbanuddin Alwy, Abidah el Khaliqy, Ulfatin Ch adalah para penyair yang dekat dengan kultur dan tradisi pesantren yang puisinya punya kecenderungan mistik Islam. Nama-nama itu merupakan garda depan puisi mistik Islam Indonesia yang berlatarkan kultur dan tradisi pesantren.

Puisi berperspektif mistik Islam tak hanya ditulis penyair yang dekat dengan kultur dan tradisi pesantren. Banyak penyair Muslim di negeri ini yang tanpa pengalaman hidup dalam kultur dan tradisi pesantren juga menulis puisi bernafaskan mistik Islam yang menonjol, misalnya Abdul Hadi WM, Ahmadun Yosi Herfanda, Abdul Wahid BS, Isbedy Stiawan ZS, Edy A Effendi, dan Sutardji Calzoum Bachri. Nama-nama ini merupakan garda depan puisi mistik Islam di negeri ini. Kemusliman membuat kepekaan mistik Islam mereka sekuat penyair Muslim yang memiliki kedekatan dengan kultur dan tradisi pesantren.

Gejala mistik Islam menjadi kecenderungan yang kuat dalam perpuisian penyair Indonesia — yang punya kedekatan dengan kultur dan tradisi pesantren atau tidak — hingga hari ini dan menjadi gelombang utama yang kuat dalam perpuisian Indonesia pada dekade 1980-an dan berlanjut hingga kini meski tak lagi menjadi gelombang utama.

Kultur agamis masyarakat di negeri ini, setidaknya lingkungan tempat asal bertumbuhnya para penyair itu, membuat puisi mistik Islam itu memiliki latar yang kukuh untuk tetap terus bisa bertahan. Gelombang sekularitas tak mampu menggerus habis arus mistik Islam itu, justru membuat puisi mistik Islam punya tantangan untuk bertahan, dengan sebuah kecenderungan: mistik Islam dalam puisi Indonesia bukan menjadi wilayah yang ‘tenang’ seperti mistik Islam dalam puisi tradisional, melainkan mengalami ‘ketegangan’ yang luka dan perih karena serangan sekularitas dari berbagai arah.

Begitulah gambaran puisi mistik Islam Indonesia yang muncul sebagai gelombang utama di suatu masa dan menghadapi tantangan sekularitas tanpa pernah takluk.

Bagaimana dengan perkembangan cerpen di negeri ini? Bersamaan dengan munculnya cerpen-cerpen agamis yang menyeruak dari komunitas Forum Lingkar Pena (FLP) yang menggali sumber penciptaan dari kehidupan agamis kaum Muslim, kini cerpen-cerpen agamis yang perspektif mistik Islam bermunculan dan menjadikan kehidupan pesantren sebagai bahan penciptaan secara spesifik.

Para pengarang cerpen yang menjadikan kehidupan pesantren sebagai bahan penciptaan secara spesifik dan dengan perspektif mistik Islam itu adalah mereka yang memiliki kedekatan dengan kultur dan tradisi pesantren. Dengan kata lain, cerpen yang menyuarakan dunia pesantren ditulis oleh orang dari dunia pesantren. Gejala ini terjadi karena pengarang yang memiliki pengalaman hidup secara dekat dengan dunia pesantren yang cenderung lebih punya penguasaan bahan dan penghayatan yang kuat tentang dunia pesantren.

KHA Mustofa Bisri (Gus Mus) menulis dan memublikasikan sejumlah cerpen pada awal dekade 2000-an yang dikumpulkan dalam buku Lukisan Kaligrafi (2003). Cerpen-cerpen dalam buku ini terilhami kisah-kisah yang khas dalam kultur dan tradisi pesantren.

Gus Mus merupakan contoh pengarang yang juga ‘orang dalam’ dunia pesantren. Gus Mus lahir dan tubuh di dalam dunia pesantren. Ayah dan kakeknya adalah kiai pengasuh pesantren yang berpengaruh dan mendidik banyak santri. Kini Gus Mus pun menjadi kiai pengasuh pesantren dan mendidik banyak santri.

*) Penyair, mantan santri Krapyak

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar