M.D. Atmaja
http://www.sastra-indonesia.com/
Setelah 65 tahun bangsa yang kita sebut dengan bangganya sebagai negara Kesatuan Republik Indonesia ini telah merdeka. Tanggal 17 Agustus selalu kita peringati dalam degup jantung keharuan atas kemenangan perjuangan rakyat di seluruh pelosok tanah dalam mewujudkan Indonesia merdeka. Proklamasi kemerdekaan di hari ke 17 pada bulan Agustus di tahun 1945 merupakan buah dari kerja keras, semangat perjuangan, pengorbanan, darah dan berbagai macam usaha rakyat. Rasa cinta tanah air, kesamaan nasib, dan dorongan kuat untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajahan membawa pada kedaulatan bangsa. Di sekolah-sekolah, kita telah diajari bahwa kita para generasi muda patut bangga atas kemerdekaan bangsa karena beberapa faktor, salah satu faktor yang paling penting adalah bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukan atas pemberian dari bangsa lain. Kebanggan itu menjadikan warna merah dan putih sebagai bendera menjadi lebih berarti.
Di dalam sebuah film perjuangan kemerdekaan Amerika, The Patriot, di sana sempat dimunculkan keraguan akan perjuangan kemerdekaan. Sang Benjamin mengungkapkan dan dikutip bebas, bahwa “Apa kita akan melawan dan menghancurkan tirani yang letaknya jauh dengan tirani yang berada di dekat kita?” Pernyataan ini mengatakan pada publik, bahwa di dalam sebuah negara yang telah merdeka akan melahirkan tirani baru, penjajah baru yang lebih sulit untuk di lawan. Hal ini disebabkan karena apabila dahulu, perjuangan kemerdekaan adalah melawan bangsa asing akantetapi perjuangan mengisi kemerdekaan akan melawan bangsa kita sendiri.
Penindasan dan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri, oleh pemerintah sendiri biasanya lahir dalam bentuk kebijakan yang tidak memasyarakat. Kebijakan yang tidak memihak rakyat kecil. Di sini terjadi penindasan dan kesewenang-wenangan pemerintah Republik yang telah sah dan berdaulat sebagai bangsa. Hari kemerdekaan seharusnya tidak hanya sebagai peringatan akan kesakralan detik-detik lahirnya sebuah negara. Peringatan ini, seharusnya mengajak setiap rakyat untuk mengenang perjuangan para kesatria tanah air dalam merebut kedalautan negara. Sebenarnya, apa yang dahulu di lawan dengan tumpah darah itu? Apakah kemerdekaan di atas kaki sendiri? Atau perjuangan melawan kesewenangan manusia (baca: penguasa) atas manusia yang lainnya. Apabila setelah bangsa ini memproklamasikan diri sebagai bangsa, maka setiap warga negara memiliki kewajiban untuk “menghapuskan segala penjajahan di atas dunia”.
Di tahun-tahun Indonesia muda, kita seringkali menemukan adanya banyak perlawanan sebagai usaha menghapuskan penjajahan seperti yang termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945. Anggota masyarakat berperan aktif sesuai dengan bidang masing-masing. Ketika sebuah ketimpangan sosial terjadi, kejahatan birokrasi merajalela, biasanya ada kelompok yang berada di tengah dan mengkritisi pemerintah. Hal ini, seperti yang dilakukan berbagai pihak, salah satunya dari golongan sastrawan. Dalam kesempatan kali ini saya mencoba untuk mengetengahkan sajak Pidato Seorang Demonstran karya Mansur Samin, yaitu:
PIDATO SEORANG DEMONSTRAN
Mereka telah tembak teman kita
Ketika mendobrak sekretariat negara
Sekarang jelas bagi saudara
Sampai mana kebenaran hukum di Indonesia.
Ketika kesukaran tambah menjadi
Para menteri sibuk ke luar negeri
Tapi korupsi makin meraja
Sebab percaya keadaan berubah
Rakyat diam saja.
Ketika produksi negara kosong
Para pemimpin asyik ngomong
Tapi harga-harga terus menanjak
Sebab percaya diatasi dengan mupakat
Rakyat masih diam saja.
Di masa gestok rakyat dibunuh
Para menteri saling menuduh
Kaum penjilat mulai berjangkit
Maka fitnah makin berjangkit
Toh rakyat masih terus diam saja.
Mereka diupah oleh jerih orang tua kita
Tapi tak tahu caara terima kasih, bahkan memfitnah:
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
Apakah kita masih terus diam saja?
Sajak yang ditulis oleh Mansur Samin di atas memberikan motivasi bagi para generasi muda di dalam melakukan gerakan penyelamatan negara. Banyak kekisruhan yang terjadi, namun pemerintah mengatakan kalau semua akan baik-baik saja, biarkan hukum yang bertindak sebagaimana mestinya. Akantetapi, bagaimana hukum di negara kita ketika menghadapi kasus BLBI maupun kasus Century yang merugikan negara lebih dari 6 trilyun. Akhir-akhir ini, kita disibukkan dengan berbagai macam kasus korupsi yang tidak pernah tuntas. Banyak pejabat korup yang melupakan kesengsaraan rakyat.
Entah dengan data-data yang di dapat atas perhitungan yang bagaimana, pemerintah seringkali mengatakan kalau rakyat berada di dalam kesejahteraan dengan BLT yang diberikan sebulan sekali. Program BLT memberikan bantuan pada rakyat untuk mengatasi kesulitan hidup yang seringkali datang dan tidak mampu diselesaikan dengan BLT tersebut. Kasus yang sangat tragis terjadi, ada seorang ibu yang membakar diri bersama dengan dua orang anaknya karena terlilit hutang 20 ribu rupiah. Hal ini seharusnya menjadi pukulan dan koreksi bagi pemerintah setempat dan pusat bahwa di negara Indonesia yang makmur masih terdapat rakyat yang sengsara karena faktor ekonomi. Melihat kasus-kasus seperti ini, apakah layak apabila para pemimpin di dalam kemewahan mereka mengatakan kalau program pengentasan kemiskinan telah mengalami sukses besar?
Korupsi di Negara Kesatuan Republik Indonesia juga menjadi bagian dari permasalahan yang serius. Korupsi adalah kejahatan besar yang merugikan negara dan rakyat. Uang yang seharusnya dapat digunakan sebagai media lain dalam mengentaskan kemiskinan dan memberikan kehidupan rakyat yang layak, justru dinikmati oleh golongan tertentu yang dengan tidak bertanggung jawab. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam dua tahap pemerintahannya menggaungkan akan keseriusan pemberantasan korupsi. Korupsi dianggap sebagai musuh negara yang perlu mendapatkan prioritas. Hal ini digunakan oleh SBY sebagai kredo dalam menarik simpati rakyat. Selama pemerintahan SBY di tahap pertama, banyak para koruptor yang masuk penjara. Rakyat pun membusungkan dada, merasakan kebanggaan pada sang SBY yang telah berhasil membersihkan pemerintahan dari para Tikus Kantor. Walau pun belum tuntas, kinerja pemerintahan SBY di tahap pertama memang patut diacungi jempol.
Kita juga bisa melihat dari sisi lain, bahwa bagaimana para koruptor bisa jera dengan kejahatannya kalau hukuman yang dia peroleh tidak sebanding dengan kejahatan yang dilakukan? Politisi dari Golkar, Bambang Soesatyo mengungkapkan mengenai adanya remisi bagi para koruptor adalah sebagai sikap yang tidak serius atas kredo Presiden di dalam menangai masalah korupsi. Menurutnya, seperti yang dilansir DetikNews tanggal 20 Agustus 2010, secara tidak langsung diungkapkan adanya ketidak-seriusan atau hanya sebagai formalitas belaka usaha pemberantasan korupsi selama ini. Sebagai kosmetik, begitu Bambang S mengungkapkannya.
Berbagai macam kasus yang dapat kita temukan di dalam kehidupan sehar-hari, dapat dilihat sebagai proses pembodohan pada rakyat. Pemerintah seperti sedang bersandiwara atas sesuatu hal yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Berbagai macam ketimpangan dari BLBI ke Century, dari berbagai penggusuran secara paksa ke masalah lumpur Lapindo yang masih menyisakan masalah. Kita secara bersama-sama melihat ini semua, lantas, kembali ke sajak Pidato Seorang Demonstran: Apa kita masih terus diam saja?
Bantul – Studio SDS Fictionbooks, 21 Agustus 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar