Jumat, 10 September 2010

Apakah kita masih terus diam saja?

M.D. Atmaja
http://www.sastra-indonesia.com/

Setelah 65 tahun bangsa yang kita sebut dengan bangganya sebagai negara Kesatuan Republik Indonesia ini telah merdeka. Tanggal 17 Agustus selalu kita peringati dalam degup jantung keharuan atas kemenangan perjuangan rakyat di seluruh pelosok tanah dalam mewujudkan Indonesia merdeka. Proklamasi kemerdekaan di hari ke 17 pada bulan Agustus di tahun 1945 merupakan buah dari kerja keras, semangat perjuangan, pengorbanan, darah dan berbagai macam usaha rakyat. Rasa cinta tanah air, kesamaan nasib, dan dorongan kuat untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajahan membawa pada kedaulatan bangsa. Di sekolah-sekolah, kita telah diajari bahwa kita para generasi muda patut bangga atas kemerdekaan bangsa karena beberapa faktor, salah satu faktor yang paling penting adalah bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukan atas pemberian dari bangsa lain. Kebanggan itu menjadikan warna merah dan putih sebagai bendera menjadi lebih berarti.

Di dalam sebuah film perjuangan kemerdekaan Amerika, The Patriot, di sana sempat dimunculkan keraguan akan perjuangan kemerdekaan. Sang Benjamin mengungkapkan dan dikutip bebas, bahwa “Apa kita akan melawan dan menghancurkan tirani yang letaknya jauh dengan tirani yang berada di dekat kita?” Pernyataan ini mengatakan pada publik, bahwa di dalam sebuah negara yang telah merdeka akan melahirkan tirani baru, penjajah baru yang lebih sulit untuk di lawan. Hal ini disebabkan karena apabila dahulu, perjuangan kemerdekaan adalah melawan bangsa asing akantetapi perjuangan mengisi kemerdekaan akan melawan bangsa kita sendiri.

Penindasan dan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri, oleh pemerintah sendiri biasanya lahir dalam bentuk kebijakan yang tidak memasyarakat. Kebijakan yang tidak memihak rakyat kecil. Di sini terjadi penindasan dan kesewenang-wenangan pemerintah Republik yang telah sah dan berdaulat sebagai bangsa. Hari kemerdekaan seharusnya tidak hanya sebagai peringatan akan kesakralan detik-detik lahirnya sebuah negara. Peringatan ini, seharusnya mengajak setiap rakyat untuk mengenang perjuangan para kesatria tanah air dalam merebut kedalautan negara. Sebenarnya, apa yang dahulu di lawan dengan tumpah darah itu? Apakah kemerdekaan di atas kaki sendiri? Atau perjuangan melawan kesewenangan manusia (baca: penguasa) atas manusia yang lainnya. Apabila setelah bangsa ini memproklamasikan diri sebagai bangsa, maka setiap warga negara memiliki kewajiban untuk “menghapuskan segala penjajahan di atas dunia”.

Di tahun-tahun Indonesia muda, kita seringkali menemukan adanya banyak perlawanan sebagai usaha menghapuskan penjajahan seperti yang termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945. Anggota masyarakat berperan aktif sesuai dengan bidang masing-masing. Ketika sebuah ketimpangan sosial terjadi, kejahatan birokrasi merajalela, biasanya ada kelompok yang berada di tengah dan mengkritisi pemerintah. Hal ini, seperti yang dilakukan berbagai pihak, salah satunya dari golongan sastrawan. Dalam kesempatan kali ini saya mencoba untuk mengetengahkan sajak Pidato Seorang Demonstran karya Mansur Samin, yaitu:

PIDATO SEORANG DEMONSTRAN

Mereka telah tembak teman kita
Ketika mendobrak sekretariat negara
Sekarang jelas bagi saudara
Sampai mana kebenaran hukum di Indonesia.

Ketika kesukaran tambah menjadi
Para menteri sibuk ke luar negeri
Tapi korupsi makin meraja
Sebab percaya keadaan berubah
Rakyat diam saja.

Ketika produksi negara kosong
Para pemimpin asyik ngomong
Tapi harga-harga terus menanjak
Sebab percaya diatasi dengan mupakat
Rakyat masih diam saja.

Di masa gestok rakyat dibunuh
Para menteri saling menuduh
Kaum penjilat mulai berjangkit
Maka fitnah makin berjangkit
Toh rakyat masih terus diam saja.

Mereka diupah oleh jerih orang tua kita
Tapi tak tahu caara terima kasih, bahkan memfitnah:
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
Apakah kita masih terus diam saja?

Sajak yang ditulis oleh Mansur Samin di atas memberikan motivasi bagi para generasi muda di dalam melakukan gerakan penyelamatan negara. Banyak kekisruhan yang terjadi, namun pemerintah mengatakan kalau semua akan baik-baik saja, biarkan hukum yang bertindak sebagaimana mestinya. Akantetapi, bagaimana hukum di negara kita ketika menghadapi kasus BLBI maupun kasus Century yang merugikan negara lebih dari 6 trilyun. Akhir-akhir ini, kita disibukkan dengan berbagai macam kasus korupsi yang tidak pernah tuntas. Banyak pejabat korup yang melupakan kesengsaraan rakyat.

Entah dengan data-data yang di dapat atas perhitungan yang bagaimana, pemerintah seringkali mengatakan kalau rakyat berada di dalam kesejahteraan dengan BLT yang diberikan sebulan sekali. Program BLT memberikan bantuan pada rakyat untuk mengatasi kesulitan hidup yang seringkali datang dan tidak mampu diselesaikan dengan BLT tersebut. Kasus yang sangat tragis terjadi, ada seorang ibu yang membakar diri bersama dengan dua orang anaknya karena terlilit hutang 20 ribu rupiah. Hal ini seharusnya menjadi pukulan dan koreksi bagi pemerintah setempat dan pusat bahwa di negara Indonesia yang makmur masih terdapat rakyat yang sengsara karena faktor ekonomi. Melihat kasus-kasus seperti ini, apakah layak apabila para pemimpin di dalam kemewahan mereka mengatakan kalau program pengentasan kemiskinan telah mengalami sukses besar?

Korupsi di Negara Kesatuan Republik Indonesia juga menjadi bagian dari permasalahan yang serius. Korupsi adalah kejahatan besar yang merugikan negara dan rakyat. Uang yang seharusnya dapat digunakan sebagai media lain dalam mengentaskan kemiskinan dan memberikan kehidupan rakyat yang layak, justru dinikmati oleh golongan tertentu yang dengan tidak bertanggung jawab. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam dua tahap pemerintahannya menggaungkan akan keseriusan pemberantasan korupsi. Korupsi dianggap sebagai musuh negara yang perlu mendapatkan prioritas. Hal ini digunakan oleh SBY sebagai kredo dalam menarik simpati rakyat. Selama pemerintahan SBY di tahap pertama, banyak para koruptor yang masuk penjara. Rakyat pun membusungkan dada, merasakan kebanggaan pada sang SBY yang telah berhasil membersihkan pemerintahan dari para Tikus Kantor. Walau pun belum tuntas, kinerja pemerintahan SBY di tahap pertama memang patut diacungi jempol.

Kita juga bisa melihat dari sisi lain, bahwa bagaimana para koruptor bisa jera dengan kejahatannya kalau hukuman yang dia peroleh tidak sebanding dengan kejahatan yang dilakukan? Politisi dari Golkar, Bambang Soesatyo mengungkapkan mengenai adanya remisi bagi para koruptor adalah sebagai sikap yang tidak serius atas kredo Presiden di dalam menangai masalah korupsi. Menurutnya, seperti yang dilansir DetikNews tanggal 20 Agustus 2010, secara tidak langsung diungkapkan adanya ketidak-seriusan atau hanya sebagai formalitas belaka usaha pemberantasan korupsi selama ini. Sebagai kosmetik, begitu Bambang S mengungkapkannya.

Berbagai macam kasus yang dapat kita temukan di dalam kehidupan sehar-hari, dapat dilihat sebagai proses pembodohan pada rakyat. Pemerintah seperti sedang bersandiwara atas sesuatu hal yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Berbagai macam ketimpangan dari BLBI ke Century, dari berbagai penggusuran secara paksa ke masalah lumpur Lapindo yang masih menyisakan masalah. Kita secara bersama-sama melihat ini semua, lantas, kembali ke sajak Pidato Seorang Demonstran: Apa kita masih terus diam saja?

Bantul – Studio SDS Fictionbooks, 21 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar