Kamis, 05 Agustus 2010

Diah Hadaning: Dewi Penumbuh Benih

Iwan Gunadi*
http://www.lampungpost.com/

Buku setebal 700 halaman yang memuat 700 puisi itu diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat siang, 7 Mei lalu. Jumlah puisi tersebut tentu berkaitan dengan 70 tahun usia penulisnya.

Penerbitan dan peluncuran buku itu tentu juga salah satu cara merayakan ulang tahunnya yang ke-70. Ulang tahunnya sendiri sudah berlalu beberapa hari sebelumnya. Tepatnya 4 Mei 2010. Jumlah 700 puisi itu membuktikan produktivitas yang luar biasa seorang Diah Hadaning. Karena buku terbitan Pustaka Yashiba, Jakarta, itu bertajuk 700 Puisi Pilihan Perempuan yang Mencari, kata pilihan tersebut tentu menunjukkan bahwa puisi yang pernah ditulis perempuan bernama lengkap Sinaryu Indiah Hadaning ini lebih dari itu atau bahkan jauh lebih dari itu.

Boleh jadi, belum ada satu buku pun besutan seorang perempuan penyair di Tanah Air yang setebal itu dan memuat puisi sebanyak itu. Tak heran jika Museum untuk Rekor Dunia-Indonesia (MURI) menasbihkannya sebagai penulis buku puisi tertebal pada usia tertua pada saat peluncuran buku itu.

Perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah, ini seolah tak pernah lelah memadu-padankan kata menjadi karya sastra, khususnya puisi. Sejak puisinya pertamanya dipublikasikan di harian Simfoni pada 1973 hingga sekarang, lebih dari 40 buku telah ditulisnya. Belasan di antaranya merupakan buku antologi puisi tunggal. Tujuh di antaranya terbit pada tahun ini: selain buku puisi tadi, enam lainnya adalah Tembang Tanah Merdeka, Dunia Dongeng, Antara Jogja dan Bali, Mozaik Jakarta, Ada Bara Api di Jakarta, serta Elegi Muria dan Semak Bakau. Semuanya terbitan Pustaka Yashiba.

Boleh jadi pula, belum ada seorang pun perempuan penyair atau bahkan termasuk lelaki penyair yang buku antologi puisinya diterbitkan dalam jumlah sebanyak itu dan dalam rentang waktu sependek itu. Fakta tersebut seperti ingin menabrak fakta lain bahwa buku puisi—siapa pun penulisnya—merupakan produk tak laku yang tak jemu diproduksi.

Mbak Diha, begitu banyak orang menyapanya, juga seolah tak pernah lelah melangkah. Menyambangi pelbagai acara sastra di berbagai pelosok Nusantara, baik karena diundang maupun lantaran keinginan sendiri. Wilayah yang sulit dijangkau dengan kendaraan umum pun tak menghalangi langkahnya. Entah ketika langit masih terang atau ketika gelap sudah mengepung sejauh mata memandang.

Di sela-sela kunjungannya ke berbagai tempat, jebolan Sekolah Pekerjaan Sosial Atas, Semarang, pada 1960 ini selalu membuka diri atau menyempatkan diri memotivasi dan membimbing bakat-bakat muda yang sedang belajar menulis karya sastra. Cara menjelaskannya yang sederhana, tutur katanya yang halus, serta sikapnya yang santun dan ngemong memang membuat mereka senang dan nyaman berbincang dan menggali ilmu penulisan dan kehidupan darinya. Sepanjang pergaulan dengannya sejak 1996 hingga sekarang, saya tak pernah mendengar satu kata kasar pun dilontarkan perempuan yang pernah bekerja di Bahagian Bimbingan dan Penyuluhan Sosial, Kantor Wilayah Departemen Sosial Semarang selama 1960-1965 ini.

Peran mantan guru di Sekolah Tuna Netra Dristarastra, Cawangan, Semarang, selama 1962-1963 ini sebagai talent scouter bermula–kalau tak salah ingat–dari posisinya sebagai redaktur mingguan Swadesi terbitan Jakarta sepanjang sebelas tahun (1987-1998). Melalui koran tersebut, Mbak Diha menyediakan sejumlah rubrik yang tak jauh berbeda dengan yang disediakan Umbu Landu Paranggi di mingguan Pelopor terbitan Yogyakarta pada 1970-an, lalu dilakoninya kembali di harian Bali Post terbitan Denpasar, Bali, pada 1980-an. Begitu pula yang dilakukan Saini K.M. sejak 1979 melalui harian Pikiran Rakyat terbitan Bandung, Jawa Barat.

Yang membedakan mereka, Mbak Diha berdialog secara tertulis dengan para “mitra”-nya, sapaan yang kerap diucapkan atau ditulisnya untuk mengawali perbincangan di ruang publik. Selain menjawab dan atau membahas surat-surat konsultasi sastra yang datang dari pelbagai penjuru Tanah Air dalam rubrik bertajuk “Warung Sastra Diha”, penyair yang menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ini pun lumayan rajin memberi konsultasi lewat surat-surat balasan yang dikirim secara pribadi. Bahkan, sejak 1988, Rubrik “Warung Sastra Diha” dikembangkannya menjadi suatu komunitas sastra untuk mendukung aktivitas dan perannya di dunia sastra Indonesia.

Setelah mingguan Swadesi tak lagi terbit sejak 1999, perannya sebagai talent scouter tak surut. Malah, kesempatannya untuk lebih sering mengunjungi para “mitra”-nya di berbagai daerah menjadi lebih luas. Lebih-lebih para “mitra” di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) yang memang berada pada orbit yang dekat dengan tempat tinggalnya di Cimanggis, Bogor. Kalau Umbu dapat disebut sebagai dewa penumbuh dan pemelihara benih di Yogyakarta serta Saini di Jawa Barat, di Jabodetabek, Mbak Dihalah dewinya. Banyak pekerja sastra sering menyebutnya sebagai ibu penyair Jabodetabek.

Mungkin, dialah satu-satunya perempuan yang menjalani peran talent scouter secara intens dan tak kenal lelah di dunia sastra Indonesia. Sebuah peran yang tak diminati banyak orang. Hanya sedikit orang yang melakukannya. Itu pun kebanyakan lelaki. Selain yang fenomenal seperti Umbu dan Saini, beberapa lelaki lain dapat dijadikan contoh, yakni Herman Ks. di Medan, Sumatra Utara, pada 1970-an; Victor G. Rusdiyanto di Semarang pada 1980-an; Korrie Layun Rampan di Jakarta sekitar 1980-an, serta Piek Ardijanto Soeprijadi dan Widjati di Tegal dan sekitarnya pada era yang kurang lebih sama.

Awal 2000-an, karena merasa sudah sepuh, Mbak Diha pernah mengungkapkan niatnya untuk tak lagi wara-wiri dalam pelbagai kegiatan sastra. Sebagai salah satu anggota Presidium Dewan Pengurus Komunitas Sastra Indonesia (KSI) periode 2001-2004, dia juga mengajukan surat pengunduran diri. Salah seorang pendiri KSI ini ingin menjalani sisa hidupnya di Kaliurang, Yogyakarta, bersama keluarganya. Tapi, penyair yang gemar berpakaian serbahitam ini bertekad akan terus menulis karya sastra hingga napas terakhir, tapi perannya dalam kegiatan sastra hanya dilakoninya dari jauh. Tak terlibat langsung.

Namun, masa istirahat tersebut tak berlangsung lama. Mbak Diha kembali wara-wiri untuk membaca puisi dan mengayomi para pemula di dunia sastra. Di KSI, dia lebih aktif menggerakkan sejumlah kegiatan. Sejak Juni 2009, Warung Sastra Diha juga hadir di dunia maya melalui www.warungsastradiha.blogspot.com. Bahkan, penyair yang pernah meraih Anugerah Puisi dari Gapena Anugrah Puisi, Malaysia, pada 1980 untuk manuskrip buku puisi Surat dari Kota ini dipercaya sebagai salah satu anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta periode 2009-2012.

Semua itu bisa dijalaninya lantaran hidupnya telah diserahkannya kepada dunia sastra tanpa melupakan perannya sebagai istri, ibu, sekaligus nenek. Yang tak kalah penting adalah dukungan ketangguhan fisik perempuan yang pernah menawarkan satu jam paduan pertunjukan puisi, teater, gending Jawa, tari, dan tembang dengan tajuk Kesaksian Anak Perempuan Ki Suto Kluthuk asal ada orang yang berani membayarnya Rp1 miliar ini.

Perihal vitalitasnya tersebut, Mbak Diha pernah mengungkapkan resepnya kepada sastrawan Kurnia Effendi: “Minum tirta-baskara, Dik.” Ketika Kurnia mengartikan tirta sebagai air dan baskara sebagai matahari, Mbak Diha membenarkannya: “Saya menyimpan air dalam botol warna hijau yang dijemur seharian, kemudian diembunkan sepanjang malam di luar rumah. Nah, pada pagi hari berikutnya, kita minum. Itu untuk vitalitas. Jika Adik kurang darah atau darah rendah, gunakan botol warna merah.” Resep tersebut telah dijalaninya sejak usia 35 tahun.

Kepada Kurnia pula, Mbak Diha pernah menyampaikan satu obsesinya yang mulia dan belum terlaksana: “Dik, seandainya Tuhan memberi saya umur dan diparingi kekuatan, saya ingin memiliki padepokan kecil di pinggiran Jakarta atau Bogor yang dapat mewadahi kegiatan sastra dan budaya. Juga, untuk menampung para seniman yang masih terlantar di jalanan.” Semoga panjang umur, Mbak Diha dan keinginan itu menjadi kenyataan.

*) pemerhati komunitas sastra, salah seorang pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI)

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar