I Nyoman Darma Putra
http://www.balipost.co.id/
Perkembangan sastra Bali modern (sastra yang ditulis dalam bahasa Bali dalam bentuk modern seperti puisi, cerpen dan novel) dalam lima tahun terakhir ini semarak sekali. Kesemarakannya tak hanya ditandai dengan munculnya karya-karya asli yang beberapa di antaranya sudah meraih hadiah sastra Rancage, tetapi juga muncul banyak karya terjemahan ke dalam bahasa Bali atas karya-karya sastra berbahasa Indonesia.
PUISI-PUISI karya Amir Hamzah, Chairil Anwar, Taufiq Ismail dan Sapardi Djoko Damono sudah muncul dalam versi bahasa Bali. Begitu juga cerpen-cerpen karya Mocthar Lubis, Budi Darma, Ajip Rosidi dan Umar Kayam. Novel-novel karya Sutan Takdir Alisjahbana dan Panji Tisna juga sudah muncul dalam versi bahasa Bali. Sebagian karya terjemahan itu terbit dalam bentuk buku yang dicetak secara amat sederhana dan dijual di toko-toko buku, sebagian lainnya menghiasi halaman majalah sastra seperti Buratwangi dan Canangsari.
Usaha alih-bahasa ini dilakukan oleh sastrawan Bali modern yang sehari-hari juga banyak menulis karya asli dalam bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Mereka adalah I Nyoman Manda, Made Sanggra, Windhu Sancaya, Raka Kusuma dan Komang Beratha. Di antara penerjemah itu, Nyoman Manda yang paling produktif. Dialah yang menerjemahkan ke dalam bahasa Bali antologi puisi “Deru Campur Debu”-nya Chairil Anwar, “Tirani” dan “Benteng”-nya Taufiq Ismail, “Sukreni Gadis Bali”-nya novel Panji Tisna, “Layar Terkembang”-nya STA, dan cerpen “Di Tengah Keluarga”-nya Ajip Rosidi, “Bawuk”-nya Umar Kayam dan “Gauhati”-nya Budi Darma.
Yang tak kalah produktifnya adalah Made Sanggra. Dia sudah menerjemahkan cerpen Umar Kayam “Seribu Kunang-kunang di Manhattan”. Terjemahan ini diterbitkan oleh Yayasan Obor (1999) dalam buku berjudul “Seribu Kunang-kunang di Manhattan” yang berisi terjemahan cerpen tersebut dalam 14 bahasa daerah, seperti Jawa, Sunda, Minangkabau, Madura, Toraja, dan Bugis.
Made Sanggra juga menerjemahkan cerpen “Bromocorah”-nya Mocthar Lubis dan diterbitkan di Bali Post dan cerpen Nyoman Rasta Sindhu “Ketika Kentongan Dipukul di Bale Banjar” — cerpen yang pernah terpilih sebagai cerpen terbaik majalah sastra Horison tahun 1968. Terjemahan Made Sanggra ini dimuat dalam antologi puisi dan cerpen Bali modern berjudul “Goak Mabunga Sandat” (Gagak Berbunga Sandat). Dalam antologi ini, Made Sanggra juga menerjemahkan sajak “Aku” Chairil Anwar.
Penerjemah lain, Raka Kusuma mambahasabalikan sajak-sajak Sapardi Djoko Damono dan diterbitkan dalam antologi dwibahasa berjudul “Sunaran Bulan Tengah Lemeng” (Cahaya Bulan Tengah Malam) tahun 1999. Puisi dalam antologi ini diambil dari dua antologi Sapardi, yaitu “Hujan Bulan Juni” dan “Perahu Kertas”. Sementara itu, Komang Berata menerjemahkan sembilan puisi Chairil dari kumpulan “Aku Ini Binatang Jalang”, dimuat dalam majalah Buratwangi (edisi Januari-April 2002).
Daftar terjemahan di atas menunjukkan bahwa karya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Bali semuanya hasil karya pengarang terkemuka, yang telah menjadi bagian kanon sastra Indonesia. Kerap dan banyaknya sajak-sajak Chairil muncul dalam bahasa Bali menunjukkan bahwa nama Chairil masih menduduki puncak popularitas di kalangan sastrawan Bali.
Bagian Integral
Usaha terjemahan karya sastra dari satu bahasa ke bahasa lain merupakan hal biasa dan bagian integral dari perkembangan sastra bersangkutan. Hal ini juga benar untuk perkembangan sastra-sastra daerah di Indonesia. George Quinn (1984) menunjukkan bahwa perkembangan sastra Jawa modern ditandai dengan terbitnya sejumlah novel terjemahan. Contohnya, “Robinson Grusu” (1881) terjemahan dari “Robinson Crusoe”, kisah-kisah “Sewu Setunggal Dalu” dari “Thousand and One Nights”, kisah Aladin, dan lain-lain.
Hal yang sama juga terjadi dalam sastra Sunda pada pertengahan abad ke-19. Ajip Rosidi (1983) menyebutkan bahwa pengarang Sunda H. Muhammad Musa, selain menulis karya orisinal juga menyadur dongeng “La Fontaine” menjadi “Dongeng-dongeng Pieunteungeun” (dongeng-dongeng cermin hidup). Yang dijadikan sumber oleh Musa adalah “La Fontaine” versi Jawa yang ditulis C.F. Winters, seorang Belanda yang ahli bahasa Jawa. Karya terjemahan ini pertama-tama tentu memperkaya kosa sastra Jawa dan Sunda.
Dibandingkan sastra Sunda dan Jawa anyar, sastra Bali modern yang muncul awal 1910-an, bebas dari hadirnya karya terjemahan. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa cerpen-cerpen awal karya Made Pasek, Mas Nitisastro, Made Gelgel dan Wayan Jiwa, yang menandai lahirnya sastra Bali modern adalah karya-karya asli. Meski demikian, dalam perkembangan selanjutnya, sastra Bali modern juga menerima kontribusi sastra terjemahan.
Usaha menerjemahkan karya sastra berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Bali dimulai akhir 1960-an. Pelopor di bidang ini adalah penyair Ketut Suwidja yang menerjemahkan puisi “Wind” karya Boris Pasternak menjadi “Angin”, dimuat dalam harian Angkatan Bersendjata edisi Nusa Tenggara tahun 1968. Sesudah ini, karya terjemahan muncul sewaktu-waktu saja, sebelum akhirnya menjadi begitu semarak dalam lima tahun terakhir ini.
Gairah Kreativitas
Kegandrungan sastrawan Bali membahasabalikan sastra Indonesia bisa dilihat sebagai usaha untuk menampung gairah kreativitas. Nyoman Manda, misalnya, seperti dicantumkan dalam pengantar terjemahan “Deru Campur Debu” merasa sangat kagum pada sajak-sajak Chairil. Rasa kagum inilah yang mendorongnya untuk mengapresiasi karya Chairil dengan menerjemahkan ke dalam bahasa Bali. Selain itu, Nyoman Manda ingin menguji kemampuan bahasa Bali untuk mengekspresikan gagasan-gagasan modern. Berdasarkan pengalamannya, bahasa Bali terasa miskin untuk menerjemahkan gagasan dalam karya sastra Indonesia, terutama untuk karya sastra yang tidak bertema budaya Bali. Penerjemahan sastra Indonesia ke dalam bahasa Bali juga penting dilihat dalam konteks perkembangan sastra Bali modern. Sejak awal kelahirannya, kehidupan sastra Bali modern bisa dikatakan bagai “kerakap tumbuh di batu” alias hidup segan mati tak mau. Usaha memajukan banyak ditempuh tahun 1970-am tetapi tidak bisa memberikan hasil menggembirakan. Terbatasnya penerbitan adalah salah satu kendala.
Namun, menyusul terbitnya dua majalah berbahasa Bali, Canang Sari dan Buratwangi tahun 1999, karya-karya yang siap terbit sangat terbatas. Redaktur kesulitan mencari naskah. Dalam konteks inilah karya menunjukkan manfaatnya. Raka Kusuma dan Komang Berata sering mempublikasikan karya terjemahan dalam majalah Buratwangi yang mereka kelola, termasuk sajak-sajak Chairil yang disediakan dua halaman penuh. Karya terjemahan tersebut dimuat berdampingan dengan karya asli penulis pemula sehingga bisa dipakai bahan perbandingan tentang contoh “modern” sajak yang baik. Di samping itu, bersamaan dengan karya asli, karya terjemahan bisa menjawab permintaan akan terbatasnya jumlah teks yang bisa dijadikan materi pengajaran oleh para pengajar bahasa dan sastra Bali (dari SD sampai perguruan tinggi). Di era otonomi daerah yang membuka peluang lebih luas untuk pemasukan muatan lokal, tersedianya karya sastra Bali modern (asli dan terjemahan) secara memadai jelas merupakan hal yang sangat ideal. Hal ini tak hanya benar untuk dunia pendidikan, tetapi juga untuk mendukung bangkitnya wacana identitas Bali.
Masalah Pem-Bali-an
Penerjemahan bukanlah proses yang gampang, apalagi untuk karya sastra. Kandungan budaya teks sumber selalu menjadi kendala dalam proses pemindahan ke dalam bahasa target. Makanya, sangat mudah menerima komentar Nyoman Manda ketika dia mengatakan bahwa jauh lebih mudah menerjemahkan ke dalam bahasa Bali novel “Sukreni Gadis Bali” dibandingkan novel “Layar Terkembang”. Ini terjadi karena novel pertama berlatar belakang budaya Bali.
Selain faktor kandungan budaya teks sumber, faktor yang juga menyulitkan penerjemahan ke dalam bahasa Bali adalah karena bahasa Bali memiliki tingkatan (sor-singgih). Ada ragam bahasa halus dan ada ragam bahasa biasa (kasar). Sajak “Aku” Chairil Anwar tidak tepat jika diterjemahkan dengan ragam bahasa “halus” dan juga tidak pas jika dituangkan ke dalam “bahasa kasar”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa halus, maka kata “aku” menjadi titiang, sedangkan dengan ragam-kasar menjadi icang. Kedua ragam bahasa Bali ini tidak mampu mengekspresikan karakter lugas dan penuh vitalitas sajak-sajak Chairil Anwar.
Kesulitan lain adalah karena bahasa Bali tidak mempunyai istilah untuk kata ganti orang kedua jamak (”kami” dan “kita”) dan kata ganti orang ketiga (mereka). Masalah ini misalnya dihadapi Made Sanggra ketika menerjemahkan cerpen “Seribu Kunang-kunang di Manhattan”. Kalimat pertama cerpen ini yang berbunyi: “Mereka duduk bermalas-malasan di sofa”, diterjemahkan menjadi “Ipun sareng kaliha”, yang secara kata demi kata dalam bahasa Indonesia berarti “dia berdua”, bukan “mereka”. Kebetulan dalam konteks cerpen ini, kata “mereka” mengacu pada dua orang (Marno dan Jane). Penerjemahan ke dalam bahasa Bali akan selalu direpotkan oleh pencarian kata ganti. Agaknya kesulitan seperti itulah yang membuat Raka Kusuma ketika menerjemahkan sajak-sajak Sapardi, seperti, “Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari”, menghilangkan begitu saja kata ganti “kami”. Akibatnya makna sajak mengalami distorsi. Penciutan makna seperti itu merupakan hal lumrah dalam karya terjemahan.
Dalam kesulitan seperti di atas, penerjemah Komang Berata melakukan terobosan yang sangat berani ketika menerjemahkan sajak-sajak Cahiril Anwar dari kumpulan “Aku Ini Binatang Jalan”. Dia tak hanya mengganti kata ganti “aku” dengan padanan titiang (aku), tetapi juga dengan kata ganti lain seperti beli (kakak), sedangkan kata ganti “kau” diganti dengan kata Nyoman (nama awal orang Bali untuk anak ketiga). Sajak “Aku” yang judul dan bait pertamanya berbunyi: “aku / kalau sampai waktuku / kumau tak seorang ‘kan merayu / tidak juga kau” diterjemahkan menjadi: “yening teka pingenan beline / sinah beli ten wenten ane nungkulang / Ten masih Nyoman”.
Pemakaian padanan kata ganti beli dan Nyoman jelas mengubah isi sajak secara substantif. Dalam teks sumber, kata “aku” dan “kau” tidak memiliki acuan yang pasti. Kata “aku” bisa berarti “penyair” (Chairil) atau “pembaca”, sedangkan kata “kau” bisa berarti “pendengar”. Sajak “Aku” bisa dianggap sebagai dialog antara “penyair” dengan “pembaca”-nya. Dalam terjemahan Komang Berata dialog terjadi antara “seorang kakak” dengan adiknya yang bernama Nyoman. Komang Berata juga memasukkan subjek Nyoman dalam terjemahan sajak Chairil Anwar yang lain, yaitu “Kerawang Bekasi”. Baris yang berbunyi : “Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi” diterjemahkan menjadi “Tiang ngeraos tekening Nyoman nuju galang di petenge ane mungmung”. Kata ganti “-mu” dalam “padamu” diterjemahkan menjadi Nyoman. Kreativitas Komang Berata membuat sajak Chairil menjadi sangat terasa Bali. Bisa jadi, orang yang tidak membaca karya aslinya dan tidak mendapat informasi bahwa itu adalah karya terjemahan, akan menganggap karya terjemahan Komang Berata sebagai karya asli Bali!
Makanya, kalau mau, pembaca karya terjemahan, tak hanya terpaku memahami makna teks yang dihadapi tetapi juga mencermati makna “impor” yang dimasukkan dan makna “ekspor” yang dikeluarkan dalam proses terjemahan.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar