Rabu, 16 September 2009

Gde Dharna, Kenekatan Sastra Bali

Putu Fajar Arcana
http://www2.kompas.com/

SAMPAI kini mungkin tak banyak yang tahu kalau penulis lagu daerah Bali berjudul Merah Putih bernama I Gde Dharna (69). Padahal hampir setiap anak Bali yang pernah mencicipi sekolahan pasti bisa menyanyikannya. Lagu yang dimaksudkan untuk membangkitkan heroisme para pejuang pada tahun 50-an itu, hingga kini sering ditembangkan dalam pementasan kesenian tradisi di Bali. Para anak muda juga suka mengumandangkan lagu itu di pos-pos keamanan lingkungan. Lagu ini secara resmi pernah diajarkan di sekolah-sekolah di Bali.

Seringkali hasil karya seseorang lebih dikenal daripada pengarangnya sendiri. Kenyataan ini pulalah yang dialami oleh Gde Dharna ketika namanya disebut sebagai salah satu penerima Hadiah Sastra “Rancage” tahun 2000. Khusus kepada para sastrawan Bali, hadiah ini mulai diberikan pada tahun 1998. Awalnya Hadiah Sastra “Rancage” sejak tahun 1989 diberikan kepada para sastrawan Sunda. Menyusul tahun 1994 kepada para sastrawan bahasa Jawa.

“Saya kaget. Baru tahu hari ini. Selama ini saya pikir tidak ada yang memperhatikan apa yang saya kerjakan,” ujar Gde Dharna, ketika ditemui akhir pekan lalu di Desa Sukasada, Buleleng (Bali). Namun, suami dari Ni Luh Telaga ini tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Ia mengeluarkan beberapa buku karyanya dalam cetakan-cetakan sederhana.

“Saya sudah cari koran yang menyebut nama saya sebagai penerima “Rancage,” tetapi habis, ndak dapat,” ujarnya. Kebanggaan Dharna seperti mengalir pula pada gemericik air di selokan dekat rumahnya. Rumputan yang tersentuh air bergoyang riang sekali.

Tentu saja, bukan hanya karena lagu Merah Putih itu Gde Dharna pantas dihargai. Sebagai penulis lagu, Dharna telah menciptakan lebih dari 200 lagu sejak ia memimpin Orkes Keroncong Murai tahun 50-an. Selain lagu-lagu keroncong berbahasa daerah, ia juga menulis lagu seriosa, lagu dolanan, pop daerah, serta tembang-tembang untuk seni janger dan genjek. Sebagian besar lagu yang diciptakannya itu pernah memperoleh penghargaan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digelar saban tahun.

Sejak tahun 1970-an hingga 1990-an Dharna setia mengisi acara mendongeng di RRI Singaraja. Pensiunan pegawai Departemen Perdagangan di Singaraja ini tak pernah lelah mejalani laku kesenian. Bersama beberapa yuniornya seperti Putu Wijaya, Faisal Baraas, dan Made Taro, ia melakukan apresiasi sastra lewat radio.

Tahun 1955 saat Dharna menjadi guru swasta di Desa Busungbiu (Buleleng), ia mendengar ada lomba bintang radio di Denpasar.

“Saya penasaran ingin ikut lomba. Maka saya rela bersepeda gayung untuk ikut berlomba,” tutur lelaki bertubuh gempal itu. Singaraja-Denpasar yang berjarak 80 km dan harus mengayuh sepeda melintasi pegunungan, tak menjadi hambatan bagi Dharna. “Kebetulan saya mendapat juara II. Belakangan baru saya tahu lagu yang saya nyanyikan itu berjenis seriosa.”
***

DI tengah-tengah ketekunannya menggeluti dunia musik, Dharna juga menulis sastra. Kecintaan pada sastra bermula ketika ia menjadi pemenang pertama lomba puisi menyambut Hari Kartini se-Nusatenggara, tahun 1954.

“Waktu itu saya sudah SMA, tetapi masih pakai celana pendek. Maka ketika menerima hadiah dari Gubernur Nusra Sarimin, saya pinjam celana panjang dari seorang teman,” kata Dharna terkekeh. Walau hadiahnya hanya sebuah pulpen, ia menilainya sebagai luar biasa.

Akibat pengabdiannya yang “keras kepala” dan cenderung nekat kepada dunia seni, hidupnya jadi tak berketentuan. Ia pernah marah pada kemiskinan.

“Karena itulah anak-anak saya larang mendalami kesenian. Saya tak mau mereka melarat seperti saya. Seluruh alat musik saya jual,” katanya tersedak. Tiba-tiba penerima penghargaan seni Wija Kusuma dari Pemda Buleleng tahun 1981 ini menunduk. Ia terlihat menyesali apa yang pernah dilakukannya.

Penyesalan tiada tara itu, katanya, justru berbalik menjadi semangat untuk terus-menerus menggeluti kesenian, terutama musik, sastra, dan drama. Selain menciptakan lagu-lagu daerah untuk pelajaran di SD, hingga sekarang Dharna tetap menulis drama dan puisi berbahasa Bali. Buku terbarunya berupa kumpulan drama berbahasa daerah Bali berjudul Kobarang Apine (Kobarkan Api) diterbitkan Sanggar Buratwangi, Amlapura tahun 1999 lalu. Rencananya pada bulan April 2000 mendatang, Dharna akan menerbitkan buku berjudul Perang Bali. Buku ini berisi puisi-puisi berbahasa Bali yang menceritakan tentang perang yang dialami Bali di masa lalu.

Dharna memang seorang veteran pejuang. Di masa revolusi ia tergabung dalam Gerakan Rahasia Rakyat Indonesia. Sampai kini ia menjadi Sekretaris Markas Cabang Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Buleleng.
***

DHARNA tak pernah berhenti. Ia melangkah terus meski jalanan makin terjal dan berliku. Sementara kondisi sekarang ini, katanya, masyarakat tak pernah menggubris bahasa dan sastra Bali Anyar (Bali Baru). Mereka bahkan menganggap orang-orang seperti Dharna hanya berkelangenan dengan masa lalu. Namun menulis sudah menjadi kebutuhannya sehari-hari. Masalahnya kemudian, kebutuhan publikasi. Tak banyak media atau penerbit yang sukarela menerbitkan tulisan-tulisan kesusastraan, apalagi sastra daerah.

Maka sering buku-bukunya diterbitkan dalam bentuk sederhana seperti stensilan. Tak jarang ia mengupayakan biayanya sendiri. Belum lagi persoalan, kalangan mana yang membaca hasil karyanya.

“Bagi saya merupakan kebanggaan luar biasa kalau hasil karya saya dibaca. Sejak dulu saya tidak tahu siapa yang membacanya,” ujar mantan Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) Buleleng ini.

Dharna menyatakan sangat prihatin terhadap perkembangan sastra dan bahasa daerah, khususnya Bali. Ia benar-benar tidak mengerti akan sikap generasi belakangan ini.

“Jangankan membaca, di rumah saja mereka tak mau menggunakan bahasa daerahnya,” kata Dharna.

Padahal, tambahnya, sastra dan bahasa daerah merupakan akar dari satu komunitas budaya. Jika akarnya tercerabut, niscaya sendi-sendi komunitas budaya ikut hancur. Kehancuran sebuah komunitas budaya, berarti pula penghilangan identitas. Tambahnya, “Bayangkan kalau kita kehilangan jati diri sebagai bangsa.”

Oleh karena itulah Dharna tidak hanya berharap kepada Pemda Bali, tetapi yayasan-yayasan harus lebih aktif memikirkan soal kelestarian budaya daerah.

Bagi Dharna, menulis sastra, menyanyi seriosa dan mengingat celana panjang pinjaman atau sepeda gayung, bu,kan semata romantisme. Bukan pula sekadar cerita kebanggaan di hadapan para cucunya. Ia justru telah menjadi semacam simbol kecintaan dan pengabdiannya pada akar budaya daerahnya sendiri.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar