Ressa Novita
http://oase.kompas.com/
Gedung ini tidak terlalu tinggi, sekitar 20 lantai. Dan aku sudah berdiri di lantai tertinggi tanpa atap. Lantai pelindung dalam gedung yang selalu kosong tanpa apapun dan siapapun. Hanya aku yang siap mencobanya.
Rumah Sakit ini, tempat bermainku sehari-hari, malah lebih cocok disebut tempat tinggalku selama ini. Ayahku Dokter Bedah, Ibuku Psikolog, kakak perempuan semata wayangku bekerja sebagai perawat yang mendampingi seorang Dokter Muda yang sebentar lagi akan resmi menikahinya. Keluargaku, semuanya, hidup dibawah gedung yang menjulang tak kalah dengan menara-menara di sekitarnya. Tak terkecuali aku.
Sampai di tepi lantai tertinggi, kurentangkan kedua tanganku sejajar dengan bahu. Kubiarkan angin yang berhembus menghempas tubuhku dari ujung rambut hingga ke ujung jari kaki. Sama sekali tidak terasa dingin, seperti yang kurasakan sebelumnya yang seketika akan memaksaku kembali ke kamar. Hangat dan sedikit sejuk malah.
Kuarahkan pandanganku pada sekelompok dara yang melayang tak beraturan di bawah awan, terlihat indah berbenturan dengan biru oranye dari langit siang hari.
Kuhirup udara dalam-dalam yang kian tanpa rasa. Kuanggap saja oksigen yang dimiliki udara itu sedikit banyak telah menyegarkan kembali sekujur tubuh serta pikiranku. Anggap saja begitu.
Kualihkan pandanganku ke bawah. Halaman yang luas tanpa sedikitpun tanah cokelat yang terlihat. Rerumputan dan bunga liar yang semula sengaja ditanam itu, telah memenuhi halaman tanpa cacat sedikitpun. Cantik sekali.
Tapi mungkin sakit kalau tubuh manusia dibenturkan disana. Yah, tempat itu tujuanku selanjutnya “jika” aku gagal untuk percobaanku yang pertama ini. Mudah-mudahan saja tidak akan terasa apa-apa.
Kulemparkan tubuhku dengan segenap tekad dan keberanian untuk dapat melewati pembatas gedung yang berukuran kurang dari setengah meter itu.
“Aku Terbang!!!” teriakku tanpa bisa mengendalikan rasa gembira bercampur haru yang ada.
Aku menukik lambat ke bawah. Saking lambatnya, aku bingung harus berpikir apa.
Ah, aku gagal lagi! Seharusnya kalau terbang itu ke atas, kalau ke bawah ini namanya jatuh. Ah, aku jatuh! Bagaimana ini?!
Sedikit muncul rasa takut, tiba-tiba. Kupejamkan kedua belah mataku, pasrah. Aku akan berakhir pasti.
Huh, padahal ini impian yang telah lama kupendam. Impian yang hanya sebatas impian dalam malam ketika aku mulai kehilangan kemampuanku untuk melangkah. Aku tidak bisa melangkah secara tiba-tiba diusiaku yang beranjak remaja! Kedua kakiku lumpuh! Bagaimana mungkin aku melompat untuk belajar terbang?!
Haha! Kamu seperti anak burung dara!
Seseorang pernah mengejekku demikian, setiap kali aku mengungkapkan keinginanku yang tak masuk akal ini. Sekarang aku baru sadar, bagaimanapun memang tidak bisa.
Tiba-tiba aku merasakan hangat mengalir dalam darahku. Aku berhenti terjatuh akibat gravitasi bumi.
“Perjalananmu menyenangkan, Nona?!” suara yang begitu kukenal memaksaku membuka mata.
“Yoga?!”
Ternyata aku sudah berada di antara kedua tangan Yoga. Tapi, bagaimana caranya ia menangkap tubuhku yang melayang jatuh dari lantai 20 ?!
“Oh, ternyata aku kejatuhan malaikat yang mencoba bunuh diri. Tidak punya sayap. Pantas frustasi. Tapi, kok bisa pas jatuh disini yah! Seharusnya jatuh di sungai, biar langsung di makan buaya!” ocehnya kesal melihat tingkahku.
“Yoga turunin, donk!”
Tanpa banyak tanya lagi, ia menurunkanku duduk di atas rumput yang basah karena gerimis beberapa waktu yang lalu.
“Kok, kamu ringan banget sich?! Tidak punya dosa ya?! Hah, untung saja aku kebetulan lewat dan melihatmu terjun dari atap gedung dan berhasil menangkapmu. Bagaimana kalau tidak?! Sebenarnya apa sich yang kamu inginkan?! Terbang?! Aku kan sudah bilang itu tidak mungkin! Lho?! Lho?! Kamu kok tiba-tiba menangis?!”
“Ka…Kamu sudah sembuh Yoga?!” tanyaku. Kedua tanganku berusaha menggapai wajahnya yang terlihat makin memerah, reaksi dari kondisi tubuhnya yang mulai membaik.
“Entahlah, mukjizat mungkin?! Ada wanita yang berpesan agar jantungnya didonorkan padaku untuk dicangkokkan ke tubuhku jika ia meninggal nanti. Eh, tiba-tiba wanita itu meninggal. Kasihan padahal usianya masih sangat muda. Tapi, berkat wanita itu aku tidak jadi mati deh. Sekarang pasti dia sudah beristirahat dengan tenang! Semoga Tuhan Yang Maha Esa menerimanya disisiNya! Eh, Nadia?!”
“Apa?!”
“Aku harus nyanyi lagu apa agar kamu berhenti menangis?!”
“Tidak ada! Aku mual jika mendengar nyanyianmu, sungguh. Aku hanya terlalu senang, aku kira aku tidak bisa melihatmu lagi. Aku kira, aku akan kehilangan kamu. Aku kira, aku akan sendirian lagi disini. Aku kira, …”
“Aku kira juga begitu! Tapi, seperti semangat yang pernah kamu ucapkan padaku. Tuhan pasti beri jalan!”
“Haha, syukurlah!”
“Kalau begitu, berhentilah menangis!” ucapnya sambil menyeka airmata di wajahku dengan jemarinya.
“Tidak bisa. Aku sudah kehilangan semangat itu. Tuhan tidak memberikan jalan pada keputusasaanku. Aku tidak bisa terbang! Aku sudah mencoba lompat dari lantai tertinggi, tapi aku tetap tidak bisa terbang. Padahal kan aku…” aku segera menghentikan kata-kataku, begitu aku sadar ada yang tidak perlu ia ketahui saat ini. “Aku ingin sekali terbang!”
“Aku kan sudah bilang itu tidak mungkin! Manusia tidak punya sayap! Kalau aku sudah sehat betul dan kamu sudah bisa berjalan lagi, aku akan ajak kamu terbang naik parasut, bagaimana?!”
“Aku tidak mungkin sembuh! Lagipula aku tidak ingin terbang pakai alat bantu apapun!”
“Dasar keras kepala! Ya sudah, aku kedalam dulu mengambil kursi rodamu! Atau kamu mau aku ngendong ke dalam?! Tapi, lantai 14 itu jauh lho! Kalau lift nya rusak bagaimana?!”
“Jangan banyak alasan! Kamu memang malas mengendongku kan?!”
“Yah, aku kan lagi masa penyembuhan!”
“Sudah, pergi sana! Dan jangan pake lama!”
Kutatap kepergiannya dengan sisa airmataku. Mungkin kamu akan kecewa jika nanti kamu kembali dengan kursi rodaku, Yoga. Atau kamu malah bangga.
Perlahan aku gerakan sendi-sendi kakiku yang semula sengaja kudiamkan. Aku berdiri tegak untuk melangkah ke halaman belakang yang lebih luas. Disana banyak pohon besar, aku akan coba terbang dari sana. Siapa tahu berhasil!
Yoga, kekasihku! Aku akan memperlihatkan padamu, kalau aku benar-benar bisa terbang! Memang aku butuh waktu untuk itu! Tadi Rara bilang begitu sebelum meninggalkanku.
“Nadia!!! Nadia!!! Nadia!!!”
Ah, aku belum menemukan pohon yang cocok. Kenapa Yoga sudah kembali?!
“Nadia… Apa maksud semua ini?! Jelaskan padaku?!”
Kulihat Yoga berlari kearahku. Ia menggendong tubuh seorang gadis, tubuhku, tubuh yang tak lagi bernyawa.
“Jangan mendekat!!!”
Yoga berhenti dan membaringkan tubuhku di bangku taman yang ada di dekatnya.
“Kamu masih bisa kembali ke tubuh ini kan, Nadia?!”
Aku menggeleng lemah.
“Aku akan cari orang pintar yang bisa menggembalikanmu masuk ke tubuhmu”
Aku kembali menggeleng, kali ini dengan airmata yang membanjiri wajahku.
“Aku sudah tidak punya jantung! Apapun cara yang kamu lakukan, aku sudah mati! Aku juga tidak mengerti kenapa kamu bisa menyentuh raga halus ini. Tapi aku benar-benar sudah mati! Tadi aku menggorok nadiku dengan pisau di depan kamarmu. Agar jika mereka menemukan mayatku, mereka bisa menggunakan jantungku untuk menyelamatkanmu”
“Tapi, kenapa Nadia?! Kenapa kamu lakukan ini?!”
“Aku berhutang banyak tawa padamu, Yoga! Kamu telah memberikan nyawa yang tak terhitung jumlahnya. Jantung yang aku berikan tidak ada apa-apanya! Aku mengaku ingin sekali terbang, itu hanya sekedar harapan kecil. Tiap kali aku naik ke atap gedung, aku hanya ingin melompat untuk mengakhiri semuanya. Karena, apa gunaku?! Berdiri saja aku tidak bisa. Tapi sejak aku bertemu kamu, aku malah kasihan pada diriku sendiri, kamu bilang aku seperti anak burung dara yang berusaha terbang, kamu bilang kamu bersedia menjadi indukku untuk mengajariku terbang, setelah itu kamu mengejekku lagi. Aku kasihan pada diriku sendiri. Setiap saat kamu memberiku semangat agar jangan pernah menyerah, padahal aku tahu kamu sama halnya dengan anak burung dara yang tidak bisa terbang itu. Malah lebih dari itu, kamu anak burung dara yang sudah sekarat. Tapi kamu malah memberiku semangat yang begitu besar. Kamu menghiasi hari-hari yang semula kuanggap tanpa arti. Kamu malaikatku, karena itu aku tidak akan membiarkan malaikatku mati. 3 tahun bersama mu begitu singkat, tapi juga begitu indah. Kuharap kamu tidak akan pernah lupa, kalau kamu pernah melamarku untuk menjadi istrimu. Kamu juga jangan melepas cincin pertunangan ini dari tubuhku ya, aku mau membawa cincin ini ke surga”
“Nadia, kamu ngomong apa sih?! Aku tidak mengijinkan kamu pergi! Tidak akan pernah!!!”
“Nadia! Bagaimana kamu sudah bisa terbang?!” tiba-tiba Rara muncul disampingku. Dia malaikat yang akan mengantarku ke alam baka.
Aku menggeleng pelan padanya.
“Tentu saja karena aku belum memberikan sayap roh padamu”
Malaikat yang sedikit humoris itu tertawa terbahak-bahak karena merasa sudah membuatku melompat dari gedung 20 lantai itu.
“Rara, tadi aku hampir terjatuh!” protesku setengah berbisik pada Rara.
“Kamu tidak perlu lagi naik ke atap gedung atau ke atas pohon untuk terbang!”
Rara menempelkan sebuah sinar putih dari tangannya ke punggungku.
“Sudah bisa digunakan?!”
“Kamu bisa coba sekarang!” usul Rara sambil menepuk-nepuk punggungku.
Seketika sepasang sayap putih besar tumbuh dipunggungku. Mengepak-ngepak siap untuk diterbangkan.
“Ini benar-benar sayap?!” tanyaku tak percaya.
“Sayap yang akan membawamu terbang meninggalkan dunia ini” jawab Rara.
“Yoga, kamu harus lihat aku terbang!”
“Tidak! Kalau kamu terbang, itu artinya kamu tidak akan kembali lagi!”
“Tentu saja aku tidak akan kembali. Tapi, kamu harus lihat aku terbang! Pokoknya aku tidak ijinkan kamu menutup mata!”
“Nadia, sudah waktunya kita pergi! Lihatlah cahaya di atas sana!” perintah Rara.
Aku mengikuti perintah Rara untuk melihat cahaya di atas kepalaku. Perlahan sayap maya di punggungku mengepak cepat. Raga halusku terbang bersamanya. Aku terbang!
“Yoga, aku bisa terbang!”
“Nadia, jangan pergi! Aku mohon! Aku mencintaimu! Jadi jangan pergi!”
“Yoga, aku terbang untukmu… Kamu lihatkan! Kamu cukup membalasnya dengan menjaga jantungku. Aku akan mencekikmu dari alam baka kalau kamu berani merusaknya!” ucapku tanpa sanggup menjaga bendungan airmata. “Yoga, aku mencintaimu! Aku ingin kamu tahu, aku akan selalu mencintaimu. Aku tidak akan melupakan kebahagiaan yang kamu berikan padaku selama ini! Kamu juga tidak boleh lupa!” teriakku untuk terakhir kalinya.
Aku melayang semakin tinggi. Kehilangan sosok Yoga juga suaranya yang memanggilku dengan airmata. Sayap-sayapku membawaku menembus cahaya langit itu. Aku harap disana ada surga.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 22 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar