Minggu, 22 Februari 2009

See, I Can Fly!!!

Ressa Novita
http://oase.kompas.com/

Gedung ini tidak terlalu tinggi, sekitar 20 lantai. Dan aku sudah berdiri di lantai tertinggi tanpa atap. Lantai pelindung dalam gedung yang selalu kosong tanpa apapun dan siapapun. Hanya aku yang siap mencobanya.

Rumah Sakit ini, tempat bermainku sehari-hari, malah lebih cocok disebut tempat tinggalku selama ini. Ayahku Dokter Bedah, Ibuku Psikolog, kakak perempuan semata wayangku bekerja sebagai perawat yang mendampingi seorang Dokter Muda yang sebentar lagi akan resmi menikahinya. Keluargaku, semuanya, hidup dibawah gedung yang menjulang tak kalah dengan menara-menara di sekitarnya. Tak terkecuali aku.

Sampai di tepi lantai tertinggi, kurentangkan kedua tanganku sejajar dengan bahu. Kubiarkan angin yang berhembus menghempas tubuhku dari ujung rambut hingga ke ujung jari kaki. Sama sekali tidak terasa dingin, seperti yang kurasakan sebelumnya yang seketika akan memaksaku kembali ke kamar. Hangat dan sedikit sejuk malah.

Kuarahkan pandanganku pada sekelompok dara yang melayang tak beraturan di bawah awan, terlihat indah berbenturan dengan biru oranye dari langit siang hari.

Kuhirup udara dalam-dalam yang kian tanpa rasa. Kuanggap saja oksigen yang dimiliki udara itu sedikit banyak telah menyegarkan kembali sekujur tubuh serta pikiranku. Anggap saja begitu.

Kualihkan pandanganku ke bawah. Halaman yang luas tanpa sedikitpun tanah cokelat yang terlihat. Rerumputan dan bunga liar yang semula sengaja ditanam itu, telah memenuhi halaman tanpa cacat sedikitpun. Cantik sekali.

Tapi mungkin sakit kalau tubuh manusia dibenturkan disana. Yah, tempat itu tujuanku selanjutnya “jika” aku gagal untuk percobaanku yang pertama ini. Mudah-mudahan saja tidak akan terasa apa-apa.

Kulemparkan tubuhku dengan segenap tekad dan keberanian untuk dapat melewati pembatas gedung yang berukuran kurang dari setengah meter itu.

“Aku Terbang!!!” teriakku tanpa bisa mengendalikan rasa gembira bercampur haru yang ada.

Aku menukik lambat ke bawah. Saking lambatnya, aku bingung harus berpikir apa.

Ah, aku gagal lagi! Seharusnya kalau terbang itu ke atas, kalau ke bawah ini namanya jatuh. Ah, aku jatuh! Bagaimana ini?!

Sedikit muncul rasa takut, tiba-tiba. Kupejamkan kedua belah mataku, pasrah. Aku akan berakhir pasti.

Huh, padahal ini impian yang telah lama kupendam. Impian yang hanya sebatas impian dalam malam ketika aku mulai kehilangan kemampuanku untuk melangkah. Aku tidak bisa melangkah secara tiba-tiba diusiaku yang beranjak remaja! Kedua kakiku lumpuh! Bagaimana mungkin aku melompat untuk belajar terbang?!

Haha! Kamu seperti anak burung dara!

Seseorang pernah mengejekku demikian, setiap kali aku mengungkapkan keinginanku yang tak masuk akal ini. Sekarang aku baru sadar, bagaimanapun memang tidak bisa.

Tiba-tiba aku merasakan hangat mengalir dalam darahku. Aku berhenti terjatuh akibat gravitasi bumi.

“Perjalananmu menyenangkan, Nona?!” suara yang begitu kukenal memaksaku membuka mata.

“Yoga?!”

Ternyata aku sudah berada di antara kedua tangan Yoga. Tapi, bagaimana caranya ia menangkap tubuhku yang melayang jatuh dari lantai 20 ?!

“Oh, ternyata aku kejatuhan malaikat yang mencoba bunuh diri. Tidak punya sayap. Pantas frustasi. Tapi, kok bisa pas jatuh disini yah! Seharusnya jatuh di sungai, biar langsung di makan buaya!” ocehnya kesal melihat tingkahku.

“Yoga turunin, donk!”

Tanpa banyak tanya lagi, ia menurunkanku duduk di atas rumput yang basah karena gerimis beberapa waktu yang lalu.

“Kok, kamu ringan banget sich?! Tidak punya dosa ya?! Hah, untung saja aku kebetulan lewat dan melihatmu terjun dari atap gedung dan berhasil menangkapmu. Bagaimana kalau tidak?! Sebenarnya apa sich yang kamu inginkan?! Terbang?! Aku kan sudah bilang itu tidak mungkin! Lho?! Lho?! Kamu kok tiba-tiba menangis?!”

“Ka…Kamu sudah sembuh Yoga?!” tanyaku. Kedua tanganku berusaha menggapai wajahnya yang terlihat makin memerah, reaksi dari kondisi tubuhnya yang mulai membaik.

“Entahlah, mukjizat mungkin?! Ada wanita yang berpesan agar jantungnya didonorkan padaku untuk dicangkokkan ke tubuhku jika ia meninggal nanti. Eh, tiba-tiba wanita itu meninggal. Kasihan padahal usianya masih sangat muda. Tapi, berkat wanita itu aku tidak jadi mati deh. Sekarang pasti dia sudah beristirahat dengan tenang! Semoga Tuhan Yang Maha Esa menerimanya disisiNya! Eh, Nadia?!”

“Apa?!”

“Aku harus nyanyi lagu apa agar kamu berhenti menangis?!”

“Tidak ada! Aku mual jika mendengar nyanyianmu, sungguh. Aku hanya terlalu senang, aku kira aku tidak bisa melihatmu lagi. Aku kira, aku akan kehilangan kamu. Aku kira, aku akan sendirian lagi disini. Aku kira, …”

“Aku kira juga begitu! Tapi, seperti semangat yang pernah kamu ucapkan padaku. Tuhan pasti beri jalan!”

“Haha, syukurlah!”

“Kalau begitu, berhentilah menangis!” ucapnya sambil menyeka airmata di wajahku dengan jemarinya.

“Tidak bisa. Aku sudah kehilangan semangat itu. Tuhan tidak memberikan jalan pada keputusasaanku. Aku tidak bisa terbang! Aku sudah mencoba lompat dari lantai tertinggi, tapi aku tetap tidak bisa terbang. Padahal kan aku…” aku segera menghentikan kata-kataku, begitu aku sadar ada yang tidak perlu ia ketahui saat ini. “Aku ingin sekali terbang!”

“Aku kan sudah bilang itu tidak mungkin! Manusia tidak punya sayap! Kalau aku sudah sehat betul dan kamu sudah bisa berjalan lagi, aku akan ajak kamu terbang naik parasut, bagaimana?!”

“Aku tidak mungkin sembuh! Lagipula aku tidak ingin terbang pakai alat bantu apapun!”

“Dasar keras kepala! Ya sudah, aku kedalam dulu mengambil kursi rodamu! Atau kamu mau aku ngendong ke dalam?! Tapi, lantai 14 itu jauh lho! Kalau lift nya rusak bagaimana?!”

“Jangan banyak alasan! Kamu memang malas mengendongku kan?!”

“Yah, aku kan lagi masa penyembuhan!”

“Sudah, pergi sana! Dan jangan pake lama!”

Kutatap kepergiannya dengan sisa airmataku. Mungkin kamu akan kecewa jika nanti kamu kembali dengan kursi rodaku, Yoga. Atau kamu malah bangga.

Perlahan aku gerakan sendi-sendi kakiku yang semula sengaja kudiamkan. Aku berdiri tegak untuk melangkah ke halaman belakang yang lebih luas. Disana banyak pohon besar, aku akan coba terbang dari sana. Siapa tahu berhasil!

Yoga, kekasihku! Aku akan memperlihatkan padamu, kalau aku benar-benar bisa terbang! Memang aku butuh waktu untuk itu! Tadi Rara bilang begitu sebelum meninggalkanku.

“Nadia!!! Nadia!!! Nadia!!!”

Ah, aku belum menemukan pohon yang cocok. Kenapa Yoga sudah kembali?!

“Nadia… Apa maksud semua ini?! Jelaskan padaku?!”

Kulihat Yoga berlari kearahku. Ia menggendong tubuh seorang gadis, tubuhku, tubuh yang tak lagi bernyawa.

“Jangan mendekat!!!”

Yoga berhenti dan membaringkan tubuhku di bangku taman yang ada di dekatnya.

“Kamu masih bisa kembali ke tubuh ini kan, Nadia?!”

Aku menggeleng lemah.

“Aku akan cari orang pintar yang bisa menggembalikanmu masuk ke tubuhmu”

Aku kembali menggeleng, kali ini dengan airmata yang membanjiri wajahku.

“Aku sudah tidak punya jantung! Apapun cara yang kamu lakukan, aku sudah mati! Aku juga tidak mengerti kenapa kamu bisa menyentuh raga halus ini. Tapi aku benar-benar sudah mati! Tadi aku menggorok nadiku dengan pisau di depan kamarmu. Agar jika mereka menemukan mayatku, mereka bisa menggunakan jantungku untuk menyelamatkanmu”

“Tapi, kenapa Nadia?! Kenapa kamu lakukan ini?!”

“Aku berhutang banyak tawa padamu, Yoga! Kamu telah memberikan nyawa yang tak terhitung jumlahnya. Jantung yang aku berikan tidak ada apa-apanya! Aku mengaku ingin sekali terbang, itu hanya sekedar harapan kecil. Tiap kali aku naik ke atap gedung, aku hanya ingin melompat untuk mengakhiri semuanya. Karena, apa gunaku?! Berdiri saja aku tidak bisa. Tapi sejak aku bertemu kamu, aku malah kasihan pada diriku sendiri, kamu bilang aku seperti anak burung dara yang berusaha terbang, kamu bilang kamu bersedia menjadi indukku untuk mengajariku terbang, setelah itu kamu mengejekku lagi. Aku kasihan pada diriku sendiri. Setiap saat kamu memberiku semangat agar jangan pernah menyerah, padahal aku tahu kamu sama halnya dengan anak burung dara yang tidak bisa terbang itu. Malah lebih dari itu, kamu anak burung dara yang sudah sekarat. Tapi kamu malah memberiku semangat yang begitu besar. Kamu menghiasi hari-hari yang semula kuanggap tanpa arti. Kamu malaikatku, karena itu aku tidak akan membiarkan malaikatku mati. 3 tahun bersama mu begitu singkat, tapi juga begitu indah. Kuharap kamu tidak akan pernah lupa, kalau kamu pernah melamarku untuk menjadi istrimu. Kamu juga jangan melepas cincin pertunangan ini dari tubuhku ya, aku mau membawa cincin ini ke surga”

“Nadia, kamu ngomong apa sih?! Aku tidak mengijinkan kamu pergi! Tidak akan pernah!!!”

“Nadia! Bagaimana kamu sudah bisa terbang?!” tiba-tiba Rara muncul disampingku. Dia malaikat yang akan mengantarku ke alam baka.

Aku menggeleng pelan padanya.

“Tentu saja karena aku belum memberikan sayap roh padamu”

Malaikat yang sedikit humoris itu tertawa terbahak-bahak karena merasa sudah membuatku melompat dari gedung 20 lantai itu.

“Rara, tadi aku hampir terjatuh!” protesku setengah berbisik pada Rara.

“Kamu tidak perlu lagi naik ke atap gedung atau ke atas pohon untuk terbang!”

Rara menempelkan sebuah sinar putih dari tangannya ke punggungku.

“Sudah bisa digunakan?!”

“Kamu bisa coba sekarang!” usul Rara sambil menepuk-nepuk punggungku.

Seketika sepasang sayap putih besar tumbuh dipunggungku. Mengepak-ngepak siap untuk diterbangkan.

“Ini benar-benar sayap?!” tanyaku tak percaya.

“Sayap yang akan membawamu terbang meninggalkan dunia ini” jawab Rara.

“Yoga, kamu harus lihat aku terbang!”

“Tidak! Kalau kamu terbang, itu artinya kamu tidak akan kembali lagi!”

“Tentu saja aku tidak akan kembali. Tapi, kamu harus lihat aku terbang! Pokoknya aku tidak ijinkan kamu menutup mata!”

“Nadia, sudah waktunya kita pergi! Lihatlah cahaya di atas sana!” perintah Rara.

Aku mengikuti perintah Rara untuk melihat cahaya di atas kepalaku. Perlahan sayap maya di punggungku mengepak cepat. Raga halusku terbang bersamanya. Aku terbang!

“Yoga, aku bisa terbang!”

“Nadia, jangan pergi! Aku mohon! Aku mencintaimu! Jadi jangan pergi!”

“Yoga, aku terbang untukmu… Kamu lihatkan! Kamu cukup membalasnya dengan menjaga jantungku. Aku akan mencekikmu dari alam baka kalau kamu berani merusaknya!” ucapku tanpa sanggup menjaga bendungan airmata. “Yoga, aku mencintaimu! Aku ingin kamu tahu, aku akan selalu mencintaimu. Aku tidak akan melupakan kebahagiaan yang kamu berikan padaku selama ini! Kamu juga tidak boleh lupa!” teriakku untuk terakhir kalinya.

Aku melayang semakin tinggi. Kehilangan sosok Yoga juga suaranya yang memanggilku dengan airmata. Sayap-sayapku membawaku menembus cahaya langit itu. Aku harap disana ada surga.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar