Minggu, 22 Februari 2009

A M A N D A

Dodiek Adyttya Dwiwanto
http://oase.kompas.com/

Amanda Amalia. Begitu nama lengkapnya. Nama yang cantik, setara dengan kejelitaan parasnya.

Aku bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu, di sebuah casting sebuah iklan. Pertemuan yang tidak sengaja. Saat itu, aku baru saja kembali dari Washington DC, setelah beberapa tahun ditempatkan di kota, sebagai first secretary bidang ekonomi Kedutaan Besar RI untuk Amerika Serikat. Baru dua tiga hari aku menghirup udara Jakarta yang penuh polusi ini, tiba-tiba kawan akrabku, Bobby, seorang creative director biro iklan ternama di Jakarta, menelpon. “Daripada kamu bengong saja, lebih baik kamu ikut aku. Ada casting untuk iklan sabun mandi. Eh, banyak cewek-cewek cantiknya lho.”

Aku manut saja dengan ajakannya. Kebetulan juga aku sudah lama tidak berputar-putar di kota yang supersemrawut ini. Siapa tahu juga ada perempuan cantik yang bisa aku jadikan pacar. Sudah lama juga tak merasakan sentuhan perempuan lokal.

Selama berada di Washington, aku selalu berpacaran dengan diplomat-diplomat asing, atau juga perempuan-perempuan dari berbagai bangsa. Entah itu perempuan asal Meksiko, Italia hingga keturunan Timur Tengah, sudah pernah jatuh ke dalam pelukanku. Pernah juga sih pacaran dengan perempuan Indonesia, kebetulan ia sedang berkuliah mengambil gelar doktor ilmu politik. Sayangnya aku tak tahan dengan kelakuan sadisnya saat bercinta. Ternyata, perempuan cantik bergelar doktor itu seorang sado maschokis!

Ah, ternyata benar juga omongan Bobby tempo hari, kalau banyak sekali perempuan-perempuan cantik dan seksi yang berkeliaran di sini. Bobby pun memperkenalkanku dengan seorang pendatang baru bernama Amanda Amalia, yang menurutnya tidak hanya cantik tetapi juga pintar. Aku ikuti saja rekomendasinya, mengingat reputasi pergaulan Bobby yang memang terkenal sebagai salah satu selebritis. Lagi pula, Amanda belum pernah jatuh dalam pelukan Bobby! Itu hal yang terpenting!

Sejak pertemuan dengan Amanda di tempat casting itu, aku dan Amanda sering berkencan di mana saja. Dan setelah beberapa kali kencan dengannya, akhirnya terjadilah peristiwa menghebohkan itu. Sepele sih, hanya masalah umur tetapi sumpah mati, hal itu malah bisa membuatku seperti kena serangan jantung mendadak.

Selama ini, Amanda menyangka kalau umurku baru 28-29 tahun. Amanda sempat kaget tatkala aku memberitahunya, kalau umurku sudah 37 tahun! Yang tak kalah kaget, saat aku menyangka kalau umurnya paling tidak sekitar 23-24 tahun, ternyata ia baru 18 tahun! Ia baru masuk kuliah! Mahasiswi baru di jurusan komputer grafis.

Kami sejenak diam. Entah apa yang berkecamuk di benak kami masing-masing. Yang pasti aku sedang pusing tujuh keliling memikirkan hal ini. Kalau saja ia telah 20 tahunan, mungkin aku tidak sekaget ini. Wah, ia seumur dengan keponakanku yang paling besar. Aku sendiri mengakui tak pernah berpacaran dengan perempuan yang jauh lebih muda. Rata-rata seumuran atau malah lebih tua. Malah aku seringkali berpacaran dengan dosen-dosenku saat kuliah, entah saat masih mengambil gelar tingkat sarjana hingga doktoral, selalu saja ada dosen-dosen perempuan yang jatuh mabuk kepayang dengan sentuhan dan belaianku. Bisa jadi aku mengidap Oedipus Complex.
“Jadi aku panggil pakai om atau bapak?”

Mati aku. Masa’ aku dipanggil om? Memangnya om senang! Atau pakai bapak? Ini kan bukan negosiasi perlucutan senjata! Serius benar kalau pakai embel-embel itu!
“Seperti biasa aja, cukup dengan mas.”

Ia mengangguk. Kami pun melanjutkan perbincangan kami. Obrolan ngalor ngidul. Ia tak canggung ketika aku bicara masalah terorisme global, film-film seni, musik jazz hingga karya sastra kelas berat macam Ernest Hemingway. Ternyata untuk remaja seusianya, ia sangat cerdas. Maklum saja kalau ayah-ibunya sama-sama menyandang gelar doktor. Ayahnya seorang pakar bisnis dan manajemen yang menyelesaikan program master dan doktornya di Belanda dan Amerika Serikat sedangkan ibunya seorang ahli psikologi lulusan Sorbonne, Perancis. Tak heran kepandaian orangtuanya menurun pada Amanda. Apalagi ia suka membaca, menonton film dan sudah tentu berselancar di dunia maya internet.

Maka tak mengherankan kalau Amanda malah suka mendebatku. Bacaannya terbilang lengkap, dari komik-komik manga Jepang hingga karya-karya Milan Kundera dan Franz Kafka. Ia juga suka melihat tak hanya film-film roman picisan macam Bridget Jones Diary tetapi juga sudah melototi masterpiece-nya Aiko Kurosawa, The Seven Samurai!

Walah, seringkali aku kedodoran saat berdiskusi dengannya. Baru kali ini aku merasakan kalah berdebat. Padahal aku salah satu tim mediator saat terjadi perundingan antara AS-RI mengenai kuota dagang. Menteri perdagangan AS bisa tak berdaya, eh sama anak kemarin sore, aku malah bertekuk lutut!

Aku makin jatuh cinta dengan Amanda. Sosoknya tak hanya cantik tetapi juga cerdas. Aku pun tak ragu untuk melepas masa lajangku untuk mempersunting dirinya. Aku pun berencana pulang ke Solo untuk mengabarkannya kepada Romo dan Ibu.
“Masih ingat rumahmu, le?”

Seperti biasanya Ibu menyindirku dengan pernyataan seperti itu. Ketika aku kuliah di Yogyakarta, aku jarang sekali pulang ke Solo, meski jaraknya hanya satu jam saja. Aku pulang hanya di saat lebaran saja. Begitu juga saat, kuliah S-2 dan S-3, hanya beberapa tahun sekali saja pulang.
“Kapan kamu kawin?”
Itu pertanyaan kedua yang biasanya Ibu tanyakan. Klasik dan membosankan, tetapi sebagai anak yang berbakti, aku hanya senyum-senyum saja. Untuk menangkis segala pertanyaan yang bakal dicecarkan Ibu, langsung saja aku sodorkan foto Amanda.
“Wah, ini calon istri kamu, tho?”
Aku mengangguk. Romo langsung mengambil foto dari tangan Ibu, namun tidak berkomentar apa-apa. Hanya manggut-manggut seperti burung perkutut kesayangannya.
“Namanya siapa? Kerja di mana? Orangtuanya tinggal di mana? Keluarga siapa? Jawa atau bukan?”

Sederetan pertanyaan langsung dilontarkan Ibu tanpa memberikan jeda sedikitpun kepadaku. Romo dan Ibu tak keberatan ketika tahu Amanda bukanlah orang Jawa, melainkan blasteran Menado-Padang-Sunda dan sederetan lainnya. Romo dan Ibu juga tidak keberatan kalau ia masih kuliah. Mungkin Romo dan Ibu menyangka kalau Amanda sedang kuliah S-2. Romo dan Ibu malahan senang ketika tahu profesi orangtua Amanda yang dianggapnya sangat sederajat. Romo dan Ibu mendesakku untuk langsung menikahinya, yang langsung aku tolak. Romo dan Ibu kontan langsung pucat pasi kalau aku berterus terang umurnya baru 18 tahun!

“Kamu edan! Dia masih anak-anak, seumuran dengan Diandra, keponakan kamu. Mbok ya, cari yang umurnya 20-an,” ujar Ibu, lagi-lagi nyerocos tanpa memberikan kesempatan kepadaku untuk menjelaskan.
“Tapi kami saling mencinta, meski umur kami berbeda jauh, Bu.”
“Makan itu cinta.”

Ibu sangat terpukul dengan kejadian ini. Romo tak bisa berkata-kata apa. Romo mencoba menenangkan Ibu seraya menyuruhku kembali ke Jakarta.

Ketika di Jakarta, aku menghubungi Amanda untuk berkunjung ke rumahnya, sesuatu yang belum pernah aku lakukan sejak berpacaran dengannya. Aku belum pernah bertemu dengan orangtuanya, paling-paling hanya bertegur sapa lewat telepon saja.

Aku bermaksud melamar Amanda tanpa restu Romo dan Ibu. Aku tak peduli lagi dengan mereka, yang penting Amanda sudah setuju dengan rencanaku. Ternyata rencanaku untuk melamar Amanda gagal total. Ayah dan Ibu Amanda terkejut bukan kepalang tatkala melihatku. Mereka mengira aku adalah seorang mahasiswa seangkatan Amanda, yang mungkin berpenampilan urakan berambut gondrong dengan anting di hidung dan telinga. Yang mereka hadapi adalah seorang pria seumuran mereka! Orangtua Amanda menikah di umur yang terbilang muda, saat masih 20 tahunan, maka usia mereka saat ini baru sekitar 39 tahun, alias sebaya denganku!
“Apa nggak ada perempuan seumuran yang bisa kamu pacari?”

Pertanyaan yang begitu menohok dan memojokkan dari orangtua Amanda. Amanda sendiri hanya membisu. Aku juga membisu, diam seribu bahasa, tak bisa menjawabnya. Saat orangtua Amanda menyuruhku pulang, Amanda tak sedikitpun membantuku. Aku maklum kalau ia tak berkutik di depan orangtuanya.

Hancurlah harapanku untuk meminang Amanda. Di tengah kehancuran hatiku yang berkeping-keping ini, beberapa kawan akrabku yang tahu diri malah menambah runyam masalah yang kuhadapi. Aku sempat maklum saja kalau mereka tak tahu kalau percintaanku dengan Amanda sudah game over.

“Katanya pacaran sama anak kecil ya? Wah, konser boyband Blue tempo hari nonton dong?” tanya kawanku Annisa, disainer interior yang bahenol itu tiba-tiba menelponku dari Bali. Ia sedang mengerjakan proyek renovasi sebuah rumah mewah di Denpasar.

Sialan, belum tahu Annisa tentang kesukaan Amanda, jauh yang ia bisa bayangkan. Lagi pula Amanda bukan lagi anak kecil, ia sudah 18 tahun!

Pertanyaan kurang ajar lainnya datang dari Darma, kawanku yang seorang pengacara flamboyan. “Kamu pacaran dengan anak di bawah umur? Kamu pedofilia ya? Waduh kalau kamu dituntut ke pengadilan, kamu masih ingat ‘kan nomor telepon kantorku?”

Asem tenan. Amanda bukan anak kecil! Ia sudah remaja. Sebentar lagi, ia juga akan menjadi perempuan dewasa yang tak hanya cantik tetapi juga pintar.

Tak ada yang mendukungku untuk melanjutkan kisah cintaku dengan Amanda. Tidak orangtuanya, tidak juga orangtuaku dan juga teman-temanku termasuk Bobby, si creative director sinting yang mengenalkanku dengan Amanda. Hanya satu orang saja, temanku yang ternyata mendukung kisah percintaanku yang terhalang dan dilarang ini.
“Teruskan saja percintaanmu itu, cinta itu buta kok, nggak ada batasannya! Aku dukung kisah cintamu dengan Amanda, kebetulan jadi inspirasiku untuk menulis cerita pendek, mungkin beberapa bulan aku jadikan skenario film,” begitu hibur Didit.

Cerpen? Skenario film? Sialan! Didit sialan! Diancuk! Asem tenan! Penulis edan ini ternyata masih saja suka menari-nari di atas penderitaan orang lain. Di saat aku tengah merana karena cinta, eh dia malah asyik dapat ide cerita gratis!

Jakarta, 8 Maret - 6 Oktober - 6 Desember 2004

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar