Dodiek Adyttya Dwiwanto
http://oase.kompas.com/
Amanda Amalia. Begitu nama lengkapnya. Nama yang cantik, setara dengan kejelitaan parasnya.
Aku bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu, di sebuah casting sebuah iklan. Pertemuan yang tidak sengaja. Saat itu, aku baru saja kembali dari Washington DC, setelah beberapa tahun ditempatkan di kota, sebagai first secretary bidang ekonomi Kedutaan Besar RI untuk Amerika Serikat. Baru dua tiga hari aku menghirup udara Jakarta yang penuh polusi ini, tiba-tiba kawan akrabku, Bobby, seorang creative director biro iklan ternama di Jakarta, menelpon. “Daripada kamu bengong saja, lebih baik kamu ikut aku. Ada casting untuk iklan sabun mandi. Eh, banyak cewek-cewek cantiknya lho.”
Aku manut saja dengan ajakannya. Kebetulan juga aku sudah lama tidak berputar-putar di kota yang supersemrawut ini. Siapa tahu juga ada perempuan cantik yang bisa aku jadikan pacar. Sudah lama juga tak merasakan sentuhan perempuan lokal.
Selama berada di Washington, aku selalu berpacaran dengan diplomat-diplomat asing, atau juga perempuan-perempuan dari berbagai bangsa. Entah itu perempuan asal Meksiko, Italia hingga keturunan Timur Tengah, sudah pernah jatuh ke dalam pelukanku. Pernah juga sih pacaran dengan perempuan Indonesia, kebetulan ia sedang berkuliah mengambil gelar doktor ilmu politik. Sayangnya aku tak tahan dengan kelakuan sadisnya saat bercinta. Ternyata, perempuan cantik bergelar doktor itu seorang sado maschokis!
Ah, ternyata benar juga omongan Bobby tempo hari, kalau banyak sekali perempuan-perempuan cantik dan seksi yang berkeliaran di sini. Bobby pun memperkenalkanku dengan seorang pendatang baru bernama Amanda Amalia, yang menurutnya tidak hanya cantik tetapi juga pintar. Aku ikuti saja rekomendasinya, mengingat reputasi pergaulan Bobby yang memang terkenal sebagai salah satu selebritis. Lagi pula, Amanda belum pernah jatuh dalam pelukan Bobby! Itu hal yang terpenting!
Sejak pertemuan dengan Amanda di tempat casting itu, aku dan Amanda sering berkencan di mana saja. Dan setelah beberapa kali kencan dengannya, akhirnya terjadilah peristiwa menghebohkan itu. Sepele sih, hanya masalah umur tetapi sumpah mati, hal itu malah bisa membuatku seperti kena serangan jantung mendadak.
Selama ini, Amanda menyangka kalau umurku baru 28-29 tahun. Amanda sempat kaget tatkala aku memberitahunya, kalau umurku sudah 37 tahun! Yang tak kalah kaget, saat aku menyangka kalau umurnya paling tidak sekitar 23-24 tahun, ternyata ia baru 18 tahun! Ia baru masuk kuliah! Mahasiswi baru di jurusan komputer grafis.
Kami sejenak diam. Entah apa yang berkecamuk di benak kami masing-masing. Yang pasti aku sedang pusing tujuh keliling memikirkan hal ini. Kalau saja ia telah 20 tahunan, mungkin aku tidak sekaget ini. Wah, ia seumur dengan keponakanku yang paling besar. Aku sendiri mengakui tak pernah berpacaran dengan perempuan yang jauh lebih muda. Rata-rata seumuran atau malah lebih tua. Malah aku seringkali berpacaran dengan dosen-dosenku saat kuliah, entah saat masih mengambil gelar tingkat sarjana hingga doktoral, selalu saja ada dosen-dosen perempuan yang jatuh mabuk kepayang dengan sentuhan dan belaianku. Bisa jadi aku mengidap Oedipus Complex.
“Jadi aku panggil pakai om atau bapak?”
Mati aku. Masa’ aku dipanggil om? Memangnya om senang! Atau pakai bapak? Ini kan bukan negosiasi perlucutan senjata! Serius benar kalau pakai embel-embel itu!
“Seperti biasa aja, cukup dengan mas.”
Ia mengangguk. Kami pun melanjutkan perbincangan kami. Obrolan ngalor ngidul. Ia tak canggung ketika aku bicara masalah terorisme global, film-film seni, musik jazz hingga karya sastra kelas berat macam Ernest Hemingway. Ternyata untuk remaja seusianya, ia sangat cerdas. Maklum saja kalau ayah-ibunya sama-sama menyandang gelar doktor. Ayahnya seorang pakar bisnis dan manajemen yang menyelesaikan program master dan doktornya di Belanda dan Amerika Serikat sedangkan ibunya seorang ahli psikologi lulusan Sorbonne, Perancis. Tak heran kepandaian orangtuanya menurun pada Amanda. Apalagi ia suka membaca, menonton film dan sudah tentu berselancar di dunia maya internet.
Maka tak mengherankan kalau Amanda malah suka mendebatku. Bacaannya terbilang lengkap, dari komik-komik manga Jepang hingga karya-karya Milan Kundera dan Franz Kafka. Ia juga suka melihat tak hanya film-film roman picisan macam Bridget Jones Diary tetapi juga sudah melototi masterpiece-nya Aiko Kurosawa, The Seven Samurai!
Walah, seringkali aku kedodoran saat berdiskusi dengannya. Baru kali ini aku merasakan kalah berdebat. Padahal aku salah satu tim mediator saat terjadi perundingan antara AS-RI mengenai kuota dagang. Menteri perdagangan AS bisa tak berdaya, eh sama anak kemarin sore, aku malah bertekuk lutut!
Aku makin jatuh cinta dengan Amanda. Sosoknya tak hanya cantik tetapi juga cerdas. Aku pun tak ragu untuk melepas masa lajangku untuk mempersunting dirinya. Aku pun berencana pulang ke Solo untuk mengabarkannya kepada Romo dan Ibu.
“Masih ingat rumahmu, le?”
Seperti biasanya Ibu menyindirku dengan pernyataan seperti itu. Ketika aku kuliah di Yogyakarta, aku jarang sekali pulang ke Solo, meski jaraknya hanya satu jam saja. Aku pulang hanya di saat lebaran saja. Begitu juga saat, kuliah S-2 dan S-3, hanya beberapa tahun sekali saja pulang.
“Kapan kamu kawin?”
Itu pertanyaan kedua yang biasanya Ibu tanyakan. Klasik dan membosankan, tetapi sebagai anak yang berbakti, aku hanya senyum-senyum saja. Untuk menangkis segala pertanyaan yang bakal dicecarkan Ibu, langsung saja aku sodorkan foto Amanda.
“Wah, ini calon istri kamu, tho?”
Aku mengangguk. Romo langsung mengambil foto dari tangan Ibu, namun tidak berkomentar apa-apa. Hanya manggut-manggut seperti burung perkutut kesayangannya.
“Namanya siapa? Kerja di mana? Orangtuanya tinggal di mana? Keluarga siapa? Jawa atau bukan?”
Sederetan pertanyaan langsung dilontarkan Ibu tanpa memberikan jeda sedikitpun kepadaku. Romo dan Ibu tak keberatan ketika tahu Amanda bukanlah orang Jawa, melainkan blasteran Menado-Padang-Sunda dan sederetan lainnya. Romo dan Ibu juga tidak keberatan kalau ia masih kuliah. Mungkin Romo dan Ibu menyangka kalau Amanda sedang kuliah S-2. Romo dan Ibu malahan senang ketika tahu profesi orangtua Amanda yang dianggapnya sangat sederajat. Romo dan Ibu mendesakku untuk langsung menikahinya, yang langsung aku tolak. Romo dan Ibu kontan langsung pucat pasi kalau aku berterus terang umurnya baru 18 tahun!
“Kamu edan! Dia masih anak-anak, seumuran dengan Diandra, keponakan kamu. Mbok ya, cari yang umurnya 20-an,” ujar Ibu, lagi-lagi nyerocos tanpa memberikan kesempatan kepadaku untuk menjelaskan.
“Tapi kami saling mencinta, meski umur kami berbeda jauh, Bu.”
“Makan itu cinta.”
Ibu sangat terpukul dengan kejadian ini. Romo tak bisa berkata-kata apa. Romo mencoba menenangkan Ibu seraya menyuruhku kembali ke Jakarta.
Ketika di Jakarta, aku menghubungi Amanda untuk berkunjung ke rumahnya, sesuatu yang belum pernah aku lakukan sejak berpacaran dengannya. Aku belum pernah bertemu dengan orangtuanya, paling-paling hanya bertegur sapa lewat telepon saja.
Aku bermaksud melamar Amanda tanpa restu Romo dan Ibu. Aku tak peduli lagi dengan mereka, yang penting Amanda sudah setuju dengan rencanaku. Ternyata rencanaku untuk melamar Amanda gagal total. Ayah dan Ibu Amanda terkejut bukan kepalang tatkala melihatku. Mereka mengira aku adalah seorang mahasiswa seangkatan Amanda, yang mungkin berpenampilan urakan berambut gondrong dengan anting di hidung dan telinga. Yang mereka hadapi adalah seorang pria seumuran mereka! Orangtua Amanda menikah di umur yang terbilang muda, saat masih 20 tahunan, maka usia mereka saat ini baru sekitar 39 tahun, alias sebaya denganku!
“Apa nggak ada perempuan seumuran yang bisa kamu pacari?”
Pertanyaan yang begitu menohok dan memojokkan dari orangtua Amanda. Amanda sendiri hanya membisu. Aku juga membisu, diam seribu bahasa, tak bisa menjawabnya. Saat orangtua Amanda menyuruhku pulang, Amanda tak sedikitpun membantuku. Aku maklum kalau ia tak berkutik di depan orangtuanya.
Hancurlah harapanku untuk meminang Amanda. Di tengah kehancuran hatiku yang berkeping-keping ini, beberapa kawan akrabku yang tahu diri malah menambah runyam masalah yang kuhadapi. Aku sempat maklum saja kalau mereka tak tahu kalau percintaanku dengan Amanda sudah game over.
“Katanya pacaran sama anak kecil ya? Wah, konser boyband Blue tempo hari nonton dong?” tanya kawanku Annisa, disainer interior yang bahenol itu tiba-tiba menelponku dari Bali. Ia sedang mengerjakan proyek renovasi sebuah rumah mewah di Denpasar.
Sialan, belum tahu Annisa tentang kesukaan Amanda, jauh yang ia bisa bayangkan. Lagi pula Amanda bukan lagi anak kecil, ia sudah 18 tahun!
Pertanyaan kurang ajar lainnya datang dari Darma, kawanku yang seorang pengacara flamboyan. “Kamu pacaran dengan anak di bawah umur? Kamu pedofilia ya? Waduh kalau kamu dituntut ke pengadilan, kamu masih ingat ‘kan nomor telepon kantorku?”
Asem tenan. Amanda bukan anak kecil! Ia sudah remaja. Sebentar lagi, ia juga akan menjadi perempuan dewasa yang tak hanya cantik tetapi juga pintar.
Tak ada yang mendukungku untuk melanjutkan kisah cintaku dengan Amanda. Tidak orangtuanya, tidak juga orangtuaku dan juga teman-temanku termasuk Bobby, si creative director sinting yang mengenalkanku dengan Amanda. Hanya satu orang saja, temanku yang ternyata mendukung kisah percintaanku yang terhalang dan dilarang ini.
“Teruskan saja percintaanmu itu, cinta itu buta kok, nggak ada batasannya! Aku dukung kisah cintamu dengan Amanda, kebetulan jadi inspirasiku untuk menulis cerita pendek, mungkin beberapa bulan aku jadikan skenario film,” begitu hibur Didit.
Cerpen? Skenario film? Sialan! Didit sialan! Diancuk! Asem tenan! Penulis edan ini ternyata masih saja suka menari-nari di atas penderitaan orang lain. Di saat aku tengah merana karena cinta, eh dia malah asyik dapat ide cerita gratis!
Jakarta, 8 Maret - 6 Oktober - 6 Desember 2004
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 22 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar